41. Malam pertama

170 16 2
                                    

            Setelah berpamitan dengan keluarga mereka masing masing, Chandra dan Arsy akhirnya memutuskan untuk pulang. Pulang ke rumah dimana rumah itu di bangun oleh keringat Chandra sendiri, dan khusus untuk keluarga kecil nya.

            Itulah mengapa dulu utari selalu menyuruh Chandra untuk menikah. Di lain sisi, dia ingin segera melihat cucu nya karena umur tidak ada yang tahu kan?. Dan di sisi lain, Untuk menikah Chandra udah siap dalam segala hal. Contoh kecil saja, misalkan rumah dia sudah punya, bahkan Chandra juga sudah memiliki usaha sendiri.

             Dan juga, Chandra mempunyai prinsip jika sudah menikah nanti dia harus membahagiakan istri nya. Jangan sampai istri nya merasa kesusahan, dalam hal apapun. Karena Chandra berfikir, orangtua istri nya susah payah membahagiakan dia waktu kecil sampai dewasa,  jadi jangan sampai dia membuat istri nya merasa kesusahan setelah menikah dengannya nanti. Memang ya Chandra itu suami idaman.

              Dan akhirnya, setelah menempuh perjalanan  selama 15 menit lama nya, mereka pun sampai di rumah. Arsy merasa kagum dengan rumah milik Chandra, apalagi sama Chandra nya lebih kagum. Karena di usia muda dia udah terbilang sukses.

"Mau mampir dulu?," tanya Chandra pada Rasya dan Satya.

"Gak usah nanti malam pertama kalian keganggu kita lagi ye gak sya?," ujar Satya sambil tertawa. Seru aja kalau ngegoda pasutri baru gini.

"Hooh kita kan baik, jadi mampir nya besok aja deh," ujar Rasya.

"Yeu dasar, ya udah makasih ya udah mau nganter gua hehe, nanti gua kasih hadiah," ujar Chandra yang membuat Rasya langsung melihat ke arah nya.

"Restuin gua sama Amel ya?," ujar Rasya tiba tiba dan membuat Chandra terdiam. Ini Rasya beneran mau sama Amel? Terus Arkan gimana?.

"Sadar Amel masih sma," ujar Satya sambil memukul bahu Rasya.

"Ya kan udah mau lulus tahun ini," ujar Rasya.

"Ya masa lo mau langsung nikahin anak sma? Pendekatan dulu atuh bambang, nanti di kira pedofil mau lo?," ujar Satya pada Rasya. Kalau aja Amel bukan saudara nya mungkin Satya juga udah kayak Rasya.

"Gua mah restuin aja, tapi Amel? Berjuang dulu buat Amel dia mah suka di perjuangkan, jangan terlalu berlebihan kalau menunjukkan rasa cinta lo sama dia, yang ada malah kesel dia nya, ya udah gua duluan makasih ya, hati hati kalian di jalan, ayo Arsy," ujar Chandra lalu keluar dari mobil.

"Makasih ya Rasya, Satya hati hati di jalan, assalamualaikum," ujar Arsy lalu keluar dari mobil menyusul Chandra.

"Waalaikumsalam," ujar Rasya dan Satya bersamaan.

              Chandra pun membuka kunci gembok pagar nya, lalu membuka pagar nya. Serasa mimpi dia malam ini satu rumah sama Arsy. Chandra melihat ke arah Arsy yang masih terdiam di belakangnya. Gemes pengen cubit, pengen makan Arsy kalau boleh.

"Ayo masuk duluan, mandi gih aa mau kunci pagar dulu," ujar Chandra sambil mengelus pipi Arsy.

"Ya udah aku duluan ya a," ujar Arsy lalu melangkahkan kaki nya untuk masuk ke rumah. Namun,
"Kamar nya yang mana a?," tanya Arsy.

"Lantai dua, sebelah kanan pintu warna putih," ujar Chandra.

"Oooo oke oke, aku duluan," ujar Arsy lalu membuka pintu rumah dan masuk.

Chandra pun mengunci pagar lagi, sebenernya dia agak gugup juga buat masuk ke rumah. Padahal dia dulu semangat banget buat malam ini, tapi kenapa sekarang malah gugup.

"Duh gimana ya? Kan gua udah baca baca di Google juga tentang malam pertama, terus dari buku yang di kasih Abi buat gua juga dah gua pelajari berkali kali sampe tegang sendiri, tapi ko sekarang lupa semuaaa," Chandra terlihat frustasi karena memikirkan apa yang harus di lakukan nanti bersama Arsy.
"Gua belum siap, gua terlalu gugup." Chandra terlihat memerkirakan sesuatu sampai akhirnya dia memutuskan untuk menelfon seseorang.
"Assalamualaikum,"

Sepertiga malam - Lee Haechan ( tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang