28. Pergi?

3.6K 227 7
                                    

Hola amigos! Como estas? Lama sekali waktu berlalu tanpa pertemuan kita ya. Oke, tanpa basa-basi lagi langsung aja nih aku kasih kelanjutan kisah Abi dan Shakilla. Semoga suka🤍

🌺Happy Reading🌺

"Tunggu! Kenapa kalian cabut alat-alat itu? Shakilla harus tetap hidup." ucap Abi yang menerobos masuk ke ruang ICU.

"Mohon maaf, Pak--"

"Tidak! Shakilla masih hidup dan kalian tidak berhak mengatakan apapun." sentak Abi sembari menghampiri Killa yang masih setia memejamkan matanya. "Sayang, kamu harus bangun. Kamu gak bisa ninggalin Mas kayak gini. Cukup Nareswara yang pergi, kamu masih punya Naresh untuk kita rawat bersama." Abi memeluk istrinya sembari menangis.

"Tenang dulu, Bi!" ucap Mala sembari menarin Abi ke dalam pelukannya.

"Abi gak bisa tenang, Ma! Shakilla harus tetap hidup! Anak-anak masih butuh Killa, Abi gak akan sanggup urus mereka sendiri." Abi berontak di pelukan Mala. "Abi gak bisa, Ma. Killa harus hidup apapun caranya."

"Shakilla baik-baik aja, Bi." ucap Mala.

"Tapi--"

"Dokter dan para suster itu mau memindahkan Killa ke ruang rawat biasa, Bi." tambah Mala membuat Abi menoleh ke arah dokter seolah meminta penjelasan.

"Ibu Shakilla sudah melewati masa kritisnya. Mudah-mudahan kurang dari dua puluh empat jam Bu Shakilla sudah siuman." terang dokter.

Setelah mendengar penuturan dokter, Abi pergi begitu saja membuat Mala menggelengkan kepala melihat kelakuan ajaib putranya. Wanita paruh baya itu pun meminta maaf atas kelakuan putranya yang mengganggu tindakan medis lalu keluar untuk menyusul Abi.

"Dad, gimana Mommy?" tanya Syasya dengan raut khawatirnya.

Bukannya menjawab pertanyaan Syasya, Abi malah melayangkan bogem mentah ke arah Kadek membuat pria itu mundur beberapa langkah. Gampo berusaha membatu ayahnya begitu juga Syasya yang menahan sang Daddy kembali meluapkan amarahnya pada Kadek.

"Ini rumah sakit, Dad." ucap Syasya mengingatkan.

"Kalau ini bukan rumah sakit, aku habisi kau biadab!" sentak Abi sembari menunjuk Kadek.

"Dad, tenang! Kita harus fokus sama kondisi Mommy dan adik bayi." ucap Syasya berusaha meredam amarah Abi.

"Jantung Daddy hampir saja jatuh karena bajingan itu membawa berita palsu." Abi masih saja menggebu-gebu.

"Maksud Daddy apa?" tanya Syasya tak mengerti. "Mom~"

"Shakilla akan dipindahkan ke ruang rawat biasa." ucap Abi yang mengerti ketakutan di mata Syasya.

"Tadi Killa memang sempat--"

"Ayo kita susul Killa ke ruangannya!" ajak Abi pada Syasya tanpa mau mendengarkan penjelasan Kadek.

"Sabar, Pa! Perasaan om Abi pasti lagi kacau banget, makanya om Abi nunjukin sikap kayak gitu." ucap Gampo yang masih merangkul ayahnya.

"Papa lebih dari sekedar mengerti perasaan Abi. Kehilangan seseorang yang berharga memang semenyakitkan itu. Musibah ini terlalu berat, Gam. Papa gak bisa bayangin kalau sampai ini terjadi pada Papa apakah masih bisa sekuat Abi atau tidak." terang Kadek.

"Kita susul mereka atau obati luka Papa dulu?" tanya Gampo.

"Jangan meremehkan Papa, Boy!" ucap Kadek.

"Berarti kita susul mereka." Gampo sudah paham dengan maksud dari ucapan Papa.

⚘⚘⚘

"Sayang, kamu udah bangun? Apa yang kamu rasa? Bagian mana yang sakit?" tanya Abi bertubi-tubi.

"Baby?" Killa balik bertanya dengan suara yang masih lemah.

"Ada, Sayang." jawab Abi mencoba menahan gemuruh di dadanya.

Saat ini, Abi lebih mementingkan kondisi kesehatan Killa. Maka dari itu, ia belum memberitahu mengenai Nareswara yang tidak bisa diselamatkan.

"Ale?" tanya Killa lagi.

"Ada di rumah Ayah." jawab Abi sembari mengelus tangan lembut Killa. "Kamu mau minum?" tawar Abi yang langsung diangguki oleh Killa.

"Makasih, Mas." ucap Killa setelah Abi memberi minum.

"Mas panggil dulu dokter, ya." pamit Abi yang dijawab dengan anggukan oleh Killa.

Tak berapa lama, Abi kembali dengan dokter dan seorang perawat. Pemeriksaan dilakukan dengan Abi yang setia menatap wajah pucat istrinya yang mulai kembali pada rona aslinya. Dalam hatinya ia terus mengucap syukur atas kondisi Killa yang mulai membaik. Namun di sisi lain, ia juga merasa bersalah karena merahasiakan kebenaran mengenai putranya yang sudah tiada.

"Untuk sementara, bayi Ibu belum bisa dibawa kesini karena masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Ibu berdoa saja semoga secepatnya bisa bertemu dengan putra tampannya. Mengenai ASI, sementara bisa Ibu pompa dan akan kami berikan kepada si kecil sesuai dengan prosedur." terang dokter.

"Terimakasih, Dok." ucap Killa sembari tersenyum lemah.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." pamit dokter lalu pergi diikuti oleh suster yang tadi bersamanya.

"Mas, bayi gapapa kan?" tanya Killa dengan penuh kekhawatiran.

"Gapapa, Sayang. Naresh kondisinya sudah stabil juga hanya timbangannya yang masih belum mencukupi. Kata dokter, kondisi Naresh bisa dikatakan wajar karena terlahir sebelum waktunya." terang Abi untuk menenangkan Killa.

"Jadi namanya Naresh?" tanya Killa.

"Iya, Sayang. Nama anak kita Naresh Keakaokalani Ardhana." jawab Abi.

"Ternyata kamu menyematkan nama keluargaku dan nama yang aku pilih." ucap Killa senang.

"Tentu, kamu kan ibunya, kamu juga berhak memberi nama." ujar Abi.

"Makasih, Mas." ucap Killa yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Abi.

Dalam hatinya, Abi terus berperang untuk mengatakan atau tidaknya tentang Nareswara yang sudah tiada. Di satu sisi, Killa harus tau tentang kondisi salah satu anaknya. Sementara di sisi lain, ia tak ingin membebani pikiran Killa dengan kondisinya yang seperti ini.

"Mas, kenapa ngelamun?" tanya Killa yang sedari tadi memperhatikan sikap suaminya.

"Eh, gapapa, Sayang. Mas cuma kepikiran anak-anak di rumah Ayah. Mas takut mereka ngerepotin ayah sama bunda." terang Abi dibumbui kebohongan.

"Ayah sama bunda justru akan senang kalau mereka di rumah. Lagipula anak-anak sudah besar, tidak akan ada yang merepotkan." ucap Killa bijaksana. "Oh iya, Mas udah kabarin orang rumah kalau aku udah sadar?" tanyanya.

"Ya ampun, Mas sampe lupa. Sebentar ya, Mas kabarin orang rumah dulu." pamit Abi sembari sedikit menjauh dari tempat tidur Killa.

"Kenapa Mas Abi harus ngejauh segala?" gumam Killa bingung.

TBC

Setelah sekian purnama, akhirnya kita bisa kembali bersua ya, Dear. Gimana nih puasanya? Udah ada yang bolong apa masih pada full? Semoga semuanya diberi kelancaran dalam menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya. Oh iya, menurut kalian gimana nih part ini? Apa yang Abi lakukan udah benee belom sih? Kira-kira kapan ya waktu yang tepat buat ngasih tau Killa? Yuk ramein lagi komen kalian biar aku makin terdesak dan menyegerakan untuk update. Salam cinta untuk kalian semua🤍

Love You, Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang