39. Bad or Good News?

2.4K 168 11
                                    

Hola, Dear! Como estas? Mana nih yang udah nungguin Killa? Oke tanpa banyak basa-basi lagi, langsung aja ke ceritanya. Semoga suka🥰

🌺Happy Reading🌺

"Mom, ayo bukain kado Ayesh!" ajak Caca yang tidak sabar untuk membuka kado-kado milik adik bungsunya.

Naresh memang baru saja merayakan ulang tahun pertamanya. Bukan acara yang meriah, hanya tasyakur yang dihadiri oleh keluarga dan beberapa kerabat dekat. Selain sebagai perayaan ulang tahun Naresh, pengajian juga dimaksudkan untuk mengenang dan mendoakan Nareswara yang sudah berpulang ketika lahir. Setelah pengajian, Abi dan Killa membawa anak-anaknya ke makam untuk ziarah sekaligus mengenalkan Naresh pada kembarannya.

"Istirahat dulu lah, Kak. Ini kita baru saja sampai di rumah." sahut Abi.

"Aku ngajak mommy bukan daddy." balas Caca.

"Nanti malem kita buka-bukain ya, Kak? Sekarang, kakak bersih-bersih sama istirahat dulu. Katanya Deshal mau ke sini, masa nemuin pacar badannya bau apek gitu." Killa berujar dengan lembut.

"Oh iya, untung aja mommy ingetin aku. Yaudah aku ke atas dulu mau siap-siap ketemu pacar." pamit Caca lalu pergi ke kamarnya.

"Gampo gak ke sini juga?" tanya Killa pada Syasya yang tengah bersantai.

"Dia nanti malem ke sini sama orang tuanya." jawab Syasya.

"Ngapain dia ke sini sama orang tuanya?" sewot Abi.

"Mohon maaf Bapak Abimana Sanskara Meidiawan, kebetulan orang tuanya pacar saya itu rekan anda. Mereka datang untuk memberikan kado dan ucapan selamat untuk tuan muda Ayesh." terang Syasya dengan nada yang terdengar lucu dan kesal dalam waktu yang bersamaan.

"Harusnya kamu bilang yang mau dateng itu Om Kadek sama Tante Ayu. Kalau kamu bilang orang tua pacar kamu, kesannya mereka mau ngelamar, Sayang." Killa berucap sembari menahan tawa karena melihat ekspresi suaminya.

"Kan sama aja, Mom." balas Syasya.

"Buat Daddy itu beda. Iya kan, Dad?" Killa meledek sang suami yang kini lebih memilih pergi ke dalam kamarnya.

"Mommy sabar banget sih ngadepin orang kayak daddy." ucap Syasya.

"Daddy juga sabar ngadepin mommy yang kekanakan." balas Killa.

"Daddy lebih kekanakan sih kayaknya." ucap Syasya sembari tertawa.

"Kamu istirahat terus bersih-bersih juga, gih. Kalau Ale udah bangun, tolong disuruh mandi juga, ya." Killa beranjak dari duduknya sembari menggendong Ayesh yang tengah terlelap.

"Okay, Mom." jawab Syasya lalu pergi ke kamarnya.

Malam harinya, Abi mendapat kabar kurang baik mengenai kondisi Dikta. Killa juga ikut khawatir dengan kondisi laki-laki yang sudah mereka anggap sebagai putra sulungnya itu. Perasaan yang sama juga dirasakan oleh Syasya yang sudah lebih dulu menerima kabar itu dari sang kekasih.

"Ada apa, Mom? Mommy sama Daddy dari tadi keliatannya khawatir gitu." tanya Caca yang menyadari raut kedua orang tuanya. "Lo juga kenapa, Sya? Sedih karena Gampo gak jadi ke sini?" lanjutnya.

"Nggak sama sekali. Gue cuma kepikiran bang--" Syasya menghentikan ucapannya karena ia merasa salah bicara.

"Bang, abang siapa?" tanya Caca membuat Syasya menoleh ke arah Killa untuk meminta bantuan.

"Kami sedang khawatir dengan kondisi kesehatan abang kamu. Bang Dikta mendapat perlakuan tidak menyenangkan selama berada di dalam sel. Terakhir, abangmu itu dikeroyok oleh tahanan lain." terang Killa dengan hati-hati.

"Bang Dikta--"

"Rencananya, kami mau jengukin dia setelah oma dan opa datang. Kalau kamu belum siap, kamu di rumah aja juga gapapa." ucap Killa.

"Caca mau ikut." Caca berucap setelah sempat terdiam beberapa saat.

"Kalau belum siap, tidak usah dipaksakan." ucap Abi.

"Caca siap, Dad. Caca juga mau punya abang yang bisa jagain Caca. Mommy selalu bilang agar Caca berdamai dengan masalalu. Udah satu tahun, Caca harusnya udah sembuh, Dad. Caca mau melawan ketakutan Caca dan berdamai dengan masalalu. Caca mau ketemu sama bang Dikta kayak Syasya yang diem-diem sering nemuin dia." terang Caca dengan tegas.

"Sya, kamu sering ke sana?" tanya Killa tak menyangka.

"Iya, Mom. Syasya ke sana ditemenin Gampo. Maaf Syasya gak bilang sama mommy atau daddy. Syasya gak mau buat mommy sama daddy kecewa, tapi bang Dikta juga abang Syasya. Kalau bukan Syasya yang jengukin, siapa lagi? Abang udah gak punya siapa-siapa, Mom." terang Syasya dengan kepala tertunduk.

"Gapapa, Sayang. Mommy ngerti posisi kamu. Mommy malah seneng kalau kamu udah bisa menerima abang kamu." ucap Killa sembari mengelus pundak Syasya.

"Caca juga mau deket sama abang, Mom." Caca menunjukkan raut sendunya.

"Iya, Sayang. Nanti kita jengukin abang, ya." Killa membawa Syasya dan Caca ke dalam pelukannya.

Tak lama kemudian, orang tua Abi datang. Setelah mendengar penjelasan Abi, keduanya setuju untuk menjaga Ale dan Ayesh di rumah. Sementara Abi, Killa, dan kedua putrinya menjenguk Dikta di rumah sakit khusus tahanan.

"Gimana kondisi Dikta, Dek?" tanya Abi ketika sampai di ruang rawat Dikta.

"Kondisinya mulai stabil, Bi. Selain luka luar, dia juga dehidrasi, dan asam lambungnya tinggi. Beberapa hari terakhir, Dikta nggak makan apa-apa karena jatah makannya dirampas. Bahkan makanan yang dibawa Gampo sama Syasya terakhir kali jenguk juga dirampas." terang Kadek yang sudah lebih dulu sampai dan mendengarkan penjelasan dari pihak kepolisian. "Gue saranin, lo lekas cabut tuntutan terhadap Dikta, Bi. Walaupun sebenernya gue juga gak mau perilaku Dikta dianggap benar, tapi dia udah bener-bener berubah." lanjutnya.

"Dikta bisa dijenguk, kan?" Killa mengalihkan pembicaraan yang membuat Abi bimbang.

"Masuk aja, Kill. Barusan Gampo lagi bantu Dikta makan." jawab Kadek.

"Ayo!" ajak Killa pada kedua putrinya.

Dikta sempat terdiam sejenak melihat kedatangan Syasya, Abi, Killa, dan yang paling membuatnya tak menyangka adalah kehadiran Caca. Ia segera menundukkan pandangannya karena merasa tidak pantas berada dalam satu ruangan dengan korban dari kasusnya yang juga berstatus sebagai adiknya.

"Ta, kenapa kamu gak pernah bilang kalau ada yang mengganggu kamu di sel?" tanya Killa dengan lembut.

"Ini layak Dikta dapat, Bun." jawab Dikta yang memang memanggil Killa dengan sebutan Bunda sejak beberapa bulan lalu.

"Nggak, Ta. Ini keterlaluan, kamu sampai harus dirawat seperti ini." bantah Killa.

"Sakit yang Dikta rasa gak akan pernah bisa nebus kesalahan Dikta ke bunda sama Ca--eum Natasha." terang Dikta.

"Caca gak sakit, Bang. Caca udah sembuh sejak mommy, daddy, dan Syasya nguatin Caca." sahut Caca membuat Dikta menoleh ke arahnya. "Maafin Caca, Bang." lanjutnya sembari memeluk Dikta yang kini mematung karena perlakuan Caca ini.

"Kamu gak salah, abang yang salah. Maafin abang, Ca. Gak seharusnya laki-laki bajingan ini menyentuh adiknya yang begitu baik ini." ucap Dikta.

"Caca udah maafin abang." Caca melepas pelukannya. "Dad, cabut tuntutan abang, ya." pintanya dengan sungguh-sungguh.

🌺TBC🌺

Gimana nih? Bebasin Dikta apa jangan ya? Menurut kalian, Dikta udah beneran baik apa cuma akting?

Kali ini, aku gak mau ngeghosting kalian lagi. Jadi, aku mau bilang kalau minggu depan aku gak janji bisa update karena mau pindahan dulu. Doakan semoga semuanya lancar biar tetep bisa update minggu depan ya, Dear. Sampai jumpa di chapter selanjutnya💙

Love You, Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang