33. Trauma

2.5K 185 8
                                    

Hola, Dear! Como estas? Masih nunggu kelanjutan kisah Killa, Abi, dan anak-anaknya gak nih? Oke, langsung aja aku kasih kelanjutan kisah mereka untuk menemani malam minggu kalian.

🌺Happy Reading🌺

Killa buru-buru mendatangi rumah sakit setelah suaminya memberi kabar tentang kondisi Caca. Ia datang bersama mertua dan putrinya yaitu Syasya yang ingin melihat kondisi kembarannya. Sementara orang tua Killa menjaga Naresh dan Ale di rumah.

"Apa kata dokter, Mas?" tanya Killa setelah memasuki ruang rawat Caca.

"Dokter mengatakan bahwa luka-luka Caca tidak terlalu serius, tapi kejadian ini cukup membuatnya trauma. Kemungkinan akan sulit untuk menyembuhkan traumanya." terang Abi membuat tubuh Killa dan Syasya sama-sama melemas.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Hari.

"Abi belum bisa menjelaskannya, Pa. Pelakunya pingsan setelah dipukuli oleh Gampo dan Deshal." jawab Abi.

"Segera selesaikan masalah ini, Bi." ucap Hari.

"Akan Abi selesaikan secepat mungkin." jawab Abi.

"Selain kekerasan, apakah Caca--"

"Berdasarkan keterangan dokter, Caca masih utuh. Namun, ada bagian intim Caca yang sudah disentuh pelaku. Hal itu tetap dikategorikan sebagai pelecehan." terang Kadek.

"Jangan, jangan sentuh! Pergi! Daddy tolong~" racau Caca membuat semuanya menoleh.

"Sayang, ini Daddy." ucap Abi sembari mendekati dan mencoba menyentuh putrinya.

"Lepas! Jangan sentuh!" sentak Caca sembari menepis lengan Abi tanpa membuka matanya.

"Sayang, ini Mommy. Kamu udah aman dan sekarang kamu harus tenang. Orang jahatnya udah gak ada. Kamu bisa buka mata kamu dan lihat kami." terang Killa dengan lemah lembut.

"Mommy~"

"Iya, Sayang." jawab Killa sembari memeluk Caca yang sudah menangis sesegukan.

"Sebaiknya kita semua keluar dulu. Kasihan Caca kalau terlalu banyak orang di ruangannya." ucap Kadek yang langsung disetujui oleh semua.

"Tolong panggilkan dokter, Gam!" pinta Killa yang masih setia memeluk putrinya.

"Caca takut, Mommy." Caca semakin mengeratkan pelukannya.

"Mommy tau kamu pasti masih ketakutan, tapi sekarang Mommy sama Daddy ada di sini. Gak akan ada yang bisa nyakitin kamu lagi, Sayang." ucap Killa sembari terus mengelus kepala Caca untuk menenangkan putrinya itu.

Tak lama kemudian, dokter masuk untuk memeriksa kondisi Caca. Di luar, Syasya hanya terdiam dengan pandangan yang kosong. Ada rasa bersalah yang diam-diam menyelimuti hatinya. Ia merasa bersalah karena membiarkan Caca pergi seorang diri. Padahal bisanya mereka selalu pergi bersama.

"Oma, Opa, Pa, aku ajak Syasya ke taman rumah sakit sebentar." pamit Gampo.

"Jaga Syasya, Gam!" pesan Hari yang dijawab dengan anggukan oleh Gampo.

"Sya, temenin gue bentar." ajak Gampo sembari mengulurkan tangannya.

"Kemana?" tanya Syasya.

"Ikut aja." jawab Gampo.

Syasya pun mengikuti Gampo yang membawanya ke taman rumah sakit. Keduanya duduk di salah satu bangku yang tersedia di sana. Gampo merangkul Syasya penuh kasih sayang. Ia mengerti bahwa Syasya butuh tempat untuk bersandar dan menuangkan emosinya. Selama ini, gadis itu terlalu sering memendam sendiri perasaannya.

Love You, Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang