43. Tidak percaya (diri)

2.3K 147 4
                                    

Hola, Dear! Como estas? Langsung aja aku kasih nih kelanjutan kisah Abi Killa and family. Selamat membaca💙

🌺Happy Reading🌺

Menjadi seorang ibu yang memiliki balita bukanlah halangan bagi Killa untuk meraih cita-citanya. Apalagi ia memiliki suami, anak, saudara, dan keluarga yang sangat mendukung keinginannya untuk kembali memasuki bangku pendidikan. Setelah putra bungsunya genap berusia dua tahun, Killa memutuskan untuk merangkai impian yang sempat tertunda.

"Masih ada yang kurang gak, Mom?" tanya Caca yang tengah sibuk membuat papan nama untuk ospek Killa.

"Udah, Ca. Itu tinggal dirapihin sama dikasih plastik biar nggak rusak kalau kena air." ujar Killa sembari menimang putra bungsunya.

"Siap, Mom." Caca menyahut sembari tangannya sibuk merapihkan papan nama buatannya.

"Ada yang bisa Dikta bantu, Bun?" Dikta menghampiri bunda dan adiknya.

"Nggak usah, Mas Ta. Kamu kan udah capek kerja seharian. Mending kamu bersih-bersih sana." tolak Killa.

"Ale mana, Bun?" tanya Dikta.

"Tadi sih masih tidur siang, coba dilihat di kamarnya." jawab Killa.

"Yaudah, Dikta nemenin Ale aja." Pria jangkung itu beranjak menuju kamar Ale.

"Mandi dulu, Mas. Kamu bau tau." Caca berteriak mengejek kakak laki-lakinya.

"Iya, bawel!" jawab Dikta tanpa menoleh.

Caca sudah bisa menerima Dikta dengan baik berkat dukungan seluruh keluarganya. Dikta sendiri tidak pernah memperlihatkan gelagat yang aneh selama tinggal di rumah keluarga Meidiawan. Rumah tangga Killa berjalan seperti pada umumnya. Kadang ada perdebatan dan kemarahan, tapi pada akhirnya selalu menemui titik kebaikan.

"Besok aku kelas siang, Ayesh biar sama aku aja." ucap Caca.

"Apa gak ngerepotin kamu?" Killa mengkhawatirkan jadwal putri tengahnya.

"Nggak sama sekali, Mom. Lagian Ayesh anteng kok kalau main sama aku." Caca berkata dengan penuh percaya diri.

"Ya antenglah kalau dikasih hp terus." sambar Dikta yang bergabung bersama Ale.

"Nggak ya! Aku ajak main juga kok." bantah Caca.

"Besok Dikta juga mulai meliburkan diri mau rehat beberapa hari, Dikta bisa jaga Ayesh." Pria jangkung itu tak mau memperpanjang perdebatannya dengan Caca.

"Kamu kalau cuti ya istirahatlah jangan malah jagain Ayesh." ucap Killa.

"Healing Dikta tuh sama si gemoy, Bun." balas Dikta.

"Ale juga bantu Mas Ta jaga Ayesh." tambah Ale.

"Anak-anak mommy baik banget sih, Mommy jadi terharu." ucap Killa sembari tersenyum.

"Sini, Bun Ayesh biar aku yang bawa ke kamar!" Dikta mengambil alih adik bungsunya dari gendongan Killa.

"Caca gak nyesel maafin Mas Ta." ucap Caca sembari memandang kepergian kakak tertuanya.

"Mommy bangga sama kamu, Kak." Killa mengelus bahu Caca dengan penuh kasih sayang.

"Mommy, besok Ale mau beli buku gambar baru sama Mas Ta. Gapapa kan, Mom?" Ale meminta pendapat ibunda tercintanya.

"Boleh dong, Sayang." jawab Killa sembari mengelus lembut puncak kepala Ale.

"Nanti kakak ikut, ya." pinta Caca.

"Bilang aja sama Mas Ta." jawab Ale membuat Caca mencebik.

"Gak mungkin gak diijinin juga kan, Kak?" Killa membujuk Caca yang sedikit merajuk.

Love You, Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang