35. Pilih Jurusan

2.4K 179 2
                                    

Hola, Dear! Como estas? Langsung aja nih aku kasih kelanjutan kisah Killa dan Abi. Semoga masih suka ya💙

🌺Happy Reading🌺

"Caca sukanya fashion design, Dad." ujar Caca ketika Abi memutuskan program studi kedua putrinya.

"Kamu bisa jadi dokter estetika nanti." balas Abi.

"Caca nggak mau jadi dokter." Caca kembali menyuarakan pendapatnya.

"Masih belum selesai juga pilih jurusannya?" tanya Killa yang baru saja kembali setelah menyusui Naresh.

"Daddy maksa aku masuk kedokteran~" rengek Caca mengadu pada Killa sembari memeluknya.

"Caca kenapa gak mau masuk kedokteran?" tanya Killa mengelus lembut puncak kepala Caca.

"Caca gak suka kedokteran, Caca lebih suka fashion. Caca bukan Syasya yang bisa memaksakan diri untuk tetep belajar dengan pilihan orang. Caca nggak mau, Mom. Caca gak mau kalau harus ngulang karena nanti kuliahnya gak nyaman. Pokoknya Caca gak mau masuk kedokteran." terang Caca.

"Kalau begitu--"

"Syasya kenapa nggak mau ambil fashion design?" Killa menyela Abi yang hendak mengambil keputusan.

"Syasya gak suka fashion maupun design. Syasya emang suka gambar, tapi bukan untuk jadi fashion design. Syasya maunya jadi dokter biar bisa nolong banyak orang." Syasya memaparkan keinginannya. "Kalau Daddy mau Syasya yang masuk fashion design, Syasya gapapa. Mungkin nanti Syasya bakalan suka sama jurusan itu." lanjutnya dengan pasrah.

"Kalian mau pilih jurusan yang berbeda tapi satu kampus atau satu jurusan di kampus yang berbeda?" tanya Killa.

"Satu kampus." jawab keduanya kompak.

"Kalau seandainya permintaan kalian dikabulkan, apakah kalian bisa bertanggung jawab dengan pilihan kalian?" Killa kembali bertanya dan langsung dijawab dengan anggukan penuh semangat dari kedua putri kembarnya.

"Kalian mau masuk kamar atau kami yang pindah?" tanya Killa lagi.

"Kita ke kamar aja." jawab Syasya yang langsung disetujui oleh Caca.

"Mas gak ngerti apa maksud dari semua ini." ucap Abi setelah kedua putrinya pergi.

"Aku mau Mas tau kalau anak-anak punya alasan dibalik pilihannya. Mereka punya keinginan dan impian masing-masing. Jangan paksa mereka untuk menjadi satu orang yang sama! Bagaimanapun juga mereka adalah dua orang yang berbeda. Dua orang yang punya bakat dan kemampuan masing-masing." terang Killa.

"Mas mau mereka terus bersama-sama agar bisa saling menjaga. Apalagi Syasya memang bisa bela diri untuk menjaga Caca." ucap Abi.

"Mereka akan tetap saling menjaga, Mas." balas Killa.

"Kamu ingat, terakhir kali Caca pergi sendiri apa yang terjadi?" tanya Abi.

"Ini hal yang berbeda, Mas." ucap Killa.

"Mas tau apa yang terbaik untuk anak-anak Mas." ucapan Abi membuat Killa terdiam.

"Iya, memang hanya Mas yang paling tau dan berhak atas kebahagiaan mereka." Killa beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar dengan raut wajah sedihnya.

Abi yang melihat raut sedih di wajah istrinya pun merasa bersalah. Ia berpikir apa yang membuat Killa bersedih. Akhirnya ia beranjak untuk menyusul Killa setelah menyadari kesalahannya.

"Mommy gapapa, Sayang. Kamu jangan nangis, ya!" ucap Killa sembari menimang putranya. "Momny sedih loh kalau kamu nangis gini. Jangan nangis ya jagoan! Kamu jagoan Mommy, kesayangan Mommy, satu-satunya yang Mommy punya. Apapun yang kamu inginkan, Mommy akan wujudkan dengan tangan Mommy sendiri. Karena kamu cuma punya Mommy, begitupun sebaliknya." lanjutnya.

Love You, Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang