40. Duka Dikta

2.4K 175 11
                                    

Hola, Dear! Como estas? Finally i'm back. So, langsung aja yuk dibaca kelanjutan kisah Killa Abi Family. Semoga suka💙

🌺Happy Reading🌺

"Jadi, panggilnya Mas Ta, nih?" Killa bergabung dengan anak-anaknya.

"Iya, soalnya Ale pengen dipanggil abang." jawab Syasya.

"Mulai sekarang, Bang Dikta dipanggil mas dan Syasya dipanggil mbak. Jadi, panggilnya Mas Ta dan Mbak Sya. Caca sama Ale tetep dipanggil kakak sama abang." terang Caca.

"Oke, Dek Ayesh hapalin dari sekarang, ya." ucap Killa pada Ayesh yang tengah sibuk dengan cemilannya. "Mas Ta kalau mau nginep di sini boleh banget loh. Daddy udah siapin kamar khusus di atas." Killa beralih menatap Dikta.

Yap, Dikta sudah bebas sejak satu minggu yang lalu. Namun ia belum berani tinggal di rumah keluarga Meidiawan. Karena menurutnya, Caca masih memiliki trauma padanya. Meskipun beberapa kali adiknya itu berinteraksi dan melakukan pysichal touch, tapi tetap saja gesture yang ditunjukan berbeda. Ia juga sadar diri bahwa dirinya bukanlah bagian dari keluarga Meidiawan.

Kebebasan Dikta juga bukan hal yang instan. Proses hukum memang cukup rumit dan membutuhkan banyak waktu. Dikta baru bisa bebas beberapa bulan setelah Caca mencabut gugatannya. Ia mulai menata diri dan kembali mengambil alih perusahaannya. Pria jangkung itu juga semakin dekat dengan adik-adiknya. Sambutan hangat Killa membuat dirinya merasa begitu diinginkan dan disayangi. Dua hal yang sudah sejak lama ia impikan untuk hadir dalam hidupnya.

"Kapan-kapan ya, Bun." ucap Dikta.

"Kenapa gak tinggal di sini aja, Mas?" tanya Syasya.

"Iya, padahal kampus sama kantor mas lebih deket dari sini." tambah Caca.

"Kalau mas di sini, siapa yang jaga rumah?" Dikta balik bertanya.

"Bukannya di rumah Mas ada pembantu?" Ale menyahuti.

"Iya, tapi kan tetep aja beda. Kapan-kapan Mas nginep sini, deh." pungkas Dikta.

"Makan malem dulu di sini ya, Ta." ucap Killa.

"Iya, Bun." jawab Dikta dengan senyuman.

Dikta benar-benar merasa beruntung mengenal keluarga ini. Meski dirinya pernah melakukan kesalahan, tapi itu semua tidak pernah diungkit sama sekali. Mereka justru memberikan perhatian dan kasih sayang, terutama Killa yang kini sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.

"Gam, kok barengan sama daddy?" tanya Syasya saat Gampo data bersama Abi.

"Gue ke sini mau ketemu sama Bang Dikta." ucap Gampo sembari berdiri di samping Dikta.

"Ada apa, Gam?" tanya Dikta penasaran.

"Sory, Bang. Lo yang tabah, ya. Sya, Ca, Ale, kalian semua juga harus ikhlas dan tabah." ucap Gampo sembari menepuk pundak Dikta.

"Kenapa emangnya?" Dikta belum memahami maksud dari ucapan Gampo.

"Ini ada apa sih?" Ale kebingungan.

"Tante Lidya dinyatakan meninggal dunia setelah melakukan percobaan bunuh diri di dalam sel." terang Gampo sembari memejamkan matanya.

Baik Dikta, Syasya, Caca, maupun Ale sama-sama terdiam. Ale diam karena tidak mengerti apa hubungan antara dirinya dengan orang yang dikabarkan meninggal itu. Sementara ketiga kakaknya terdiam karena tak menyangka secepat ini Lidya pergi.

"Lo jangan bercanda, Gam!" Dikta bangkit dari duduknya dan mendorong bahu Gampo.

"Gue serius, Bang." jawab Gampo membuat Dikta terduduk lemah.

"Baguslah--"

"Tidak baik mengatakan keburukan seseorang yang sudah meninggal. Biar bagaimanapun, beliau tetaplah ibu kamu. Dendam tidak akan membuat kamu puas, sayang." Killa menyela ucapan Caca yang ia rasa akan begitu menyakitkan.

"Maaf, Mom." ucap Caca menyesal.

"Sejahat apapun, dia tetep nyokap gue, Gam." Dikta mulai menitikan air matanya. "Dia pernah sayang dan menginginkan gue. Dia pernah meluk gue dengan kasih sayang. Dia nyokap gue, Gam."

"Lo yang kuat, Bang. Gue tau lo pasti terpukul, tapi gue juga tau lo bukan orang lemah." Gampo membagikan kekuatannya dengan memeluk Dikta.

"Sya?" Killa memanggil Syasya yang masih sibuk dengan pikirannya.

"Aku benci, tapi aku juga sakit, Mom." ucap Syasya masih dengan tatapan lurusnya.

"Nangislah, Kak!" Killa memeluk Syasya dengan penuh kasih sayang.

"Mas udah kabarin mama sama papa, mereka sedang dalam perjalanan untuk mengurus kematian Lidya. Bang Fadel sama istrinya menuju kemari untuk menjaga Ayesh." terang Abi.

"Kita semua siap-siap untuk mengikuti proses pemakaman Tante Lidya." ucap Killa. "Gam, bantu Dikta, ya." sambungnya.

Setelah siap, mereka segera menuju tempat pengurusan jenazah. Dikta terlihat begitu terpukul, begitu juga Syasya yang terlihat menyimpan kesedihan. Sementara Caca dan Ale terlihat biasa saja. Caca dengan segala kebenciannya dan Ale yang belum mengerti apa-apa.

"Ca, ayo cium mama kamu untuk terkahir kalinya." ucap Mala tapi Caca masih diam.

"Nggak baik menyimpan dendam kepada orang yang sudah sangat berjasa di hidup kita. Apalagi orangnya juga sudah meninggal." Killa merangkul Caca untuk mendekat ke jenazah Lidya. "Ayo, jangan sampai air matanya menetes!" Killa memperingati.

"Caca udah maafin semua kesalahan mami dan akan berusaha ikhlas dengan itu." bisik Caca setelah mencium jenazah ibunya.

"Ale, sekarang giliran kamu." ucap Mala.

"Kenapa Ale harus cium orang yang udah jahat sama Ale?" tanya Ale.

"Mommy akan jelaskan di rumah, sekarang ayo cium dulu." Killa menggendong Ale agar bisa mencium jenazah ibunya.

"Walaupun tante jahat, tapi Ale udah maafin tante. Soalnya mommy juga udah maafin tante. Semoga tante masuk surga dan ketemu sama adik Nareswara." ucapan Ale membuat semua orang yang mendengarnya terharu.

Ucapan polos dari seorang anak yang tidak tau bahwa orang yang ia cium adalah ibu kandungnya. Caca dan Syasya berpelukan erat sambil menangis setelah mendengar ucapan Ale. Dikta hanya terdiam dan matanya mengeluarkan air mata tanpa ia perintah.

🌺TBC🌺

Gimana nih? Udah puas sama kisah Killa Abi? Apalagi ya yang harus digali? Apa yang mau kalian tau lagi dari Abi Killa?

Oh iya, maaf ya aku lama sekali tidak update. Ternyata menyesuaikan diri di tempat baru tidak semudah itu ya guys. Aku kira aku bisa langsung beradaptasi karena dulu waktu pindah ke asrama rasanya mudah aja. Sekarang malah kerasa banget sedih dan galau maybe aku lagi homesick. So, ya aku minta maaf sama kalian karena udah dibuat nunggu lama lagi. Big thanks buat kalian yang masih setia nunggu dan selalu support dengan vote, coment, bahkan chat. Big big love untuk kalian semua💙

Sampai ketemu minggu depan👋

Love You, Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang