Waktu berlalu dengan begitu cepat, tak terasa sudah enam tahun Abi dan Killa mengarungi kehidupan bersama. Melepas Syasya menikah dan meninggalkan rumah, mengantarkan Dikta melamar wanita pujaannya, membantu Caca membangun usaha fashion, dan melihat Ale bertumbuh menjadi remaja yang disenangi banyak perempuan. Hingga hari ini, untuk pertama kalinya mereka mengantar Aresh sekolah di sekolah dasar.
"Sayang, kamu yakin mau antar Aresh?" tanya Abi saat Killa sedang sibuk memasak.
"Iya, Mas. Aku udah janji sama Aresh akan mengantar ke sekolah," jawab Killa tanpa menoleh.
"Kamu tidak merasa lelah, hm?" tanya Abi sembari memeluk Killa dari belakang serta mengelus perut buncit istrinya.
Yap, Killa tengah mengandung dan sudah memasuki waktu persalinan. Perkiraan dokter, Killa akan melahirkan sepuluh hari lagi. Namun Killa masih disibukkan dengan urusan keempat anaknya yang masih berada di rumah. Sesekali, Syasya dan Gampo juga datang untuk memenuhi ngidam Syasya. Ya, Syasya baru saja dinyatakan mengandung anak pertamanya setelah ia menyelesaikan pendidikan kedokteran. Usia kandungannya baru memasuki tiga belas minggu.
"Nggak, Mas. Lagipula aku harus banyak bergerak biar nanti lahirannya mudah. Aku juga cuma nganterin Aresh terus balik lagi," balas Killa. "Maaf, Mas. Aku mau masukin dulu bekalnya anak-anak." Killa melepas pelukan suaminya.
"Kalau gitu, biar mas yang antar kalian ke sekolah." Abi mengikuti sang istri yang bergerak kesana-kemari.
"Memangnya mas gak sibuk di kantor?" Killa menghentikan sejenak pekerjaannya untuk melihat reaksi suami tercintanya.
"Nggak, urusan kantor masih bisa dihandle sama asisten mas. Lagipula mas kan cuma telat datang bukan gak datang sama sekali," terang Abi dengan sangat yakin.
"Kalau memang mas gak sibuk, ya gapapa." Killa kembali menata makanan dalam kotak bekal anak-anaknya.
"Bun, aku gak sarapan di rumah, ya. Ada meeting mendadak di kantor." Dikta tiba-tiba menghampiri mereka dengan pakaian yang sudah sangat rapih.
"Masih bisa nunggu sebentar buat masukin sandwich gak?" tanya Killa.
"Maaf, Bun, gak bisa. Dikta buru-buru banget. Nanti Dikta sarapan di kantin kantor deh." Dikta mengambil kotak bekal makan siang yang diberikan Killa dan menyalami ibu angkatnya itu.
"Hati-hati nyetirnya, langsung kabari ke rumah kalau ada apa-apa!" ucap Abi ketika Dikta menyalaminya.
"Siap, Dad," jawab Dikta lalu pergi dengan terburu-buru.
"Ayo kita sarapan, Mas!" Killa berjalan ke arah meja makan dan diikuti oleh suaminya.
"Morning, Mom, Dad!" sapa tiga orang yang sudah duduk rapih di meja makan dengan sangat kompak.
"Morning sayang-sayangnya mommy," balas Killa langsung mengambilkan makanan untuk suaminya.
"Hari ini, Ale sama Aresh diantar daddy," ucap Abi.
"Tapi Aresh maunya sama mommy, Dad." Aresh sedikit merengek.
"Mommy juga ikut antar kalian berdua," ucap Killa yang kini sudah beralih mengambilkan makanan untuk putra bungsunya itu.
"Yeay! Aresh suka diantar Mommy sama Daddy." Aresh kembali ceria dan tampak bersemangat.
"Kakak gak sekalian, Dad?" tanya Caca dengan nada sedikit menggoda.
"Kamu kan punya Deshal," jawab Abi singkat.
"Yaelah, Dad, kakak juga cuma bercanda kali." Caca kembali fokus dengan makanannya.
"Kalau kamu mau, ayo kami antar!" Killa justru menanggapinya dengan serius.
"Nggak, Mom. Caca nanti ke butik sama Eshal sekalian mau kencan." Gadis itu geli sendiri dengan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Mommy!
RomanceApa yang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengar seorang siswi SMA hamil? Apa yang akan kamu lakukan jika itu terjadi pada sahabat baikmu? Bagaimana jika kamulah yang menjadi salah satu penyebab kehamilannya? Apakah kamu akan bertanggungjawab?