EKSTRA PART

24 1 0
                                    


Hallo everyone!!!

This is real ending dan gak akan ada part-part berikutnya lagi. Terimakasih buat kalian yang sudah mampir diceritaku. Ini bukan cerita pertama yang aku buat, tapi ini cerita pertama yang aku beraniin buat dipublikasikan.

Mari kita saksikan keuwuan Ana dan Devan setelah melewati banyak masalah selama memperjuangkan perasaan mereka.

Happy reading!!!

💗💗

Suasana di taman memang menyenangkan untuk sekedar bersuka ria. Apalagi terdapat danau yang tidak terlalu luas disana cukup membuat hawa disana sejuk dan tenang. Suasana seperti ini yang mampu mengalihkan pikiran tentang seluk beluknya kehidupan.

Seperti dua sejoli ini yang tengah duduk berduaan dari satu jam yang lalu.

Ana melihat bunga mawar yang ada di taman itu. Lantas ia berdiri mendekat ke arah tanaman itu.

"Devan, fotoin aku dong!" perintah Ana pada Devan.

Devan mengangguk lalu berdiri. "Sini hpnya," balasnya sembari mengadahkan tangan ke arah Ana.

Ana yang sudah mengambil gaya dengan bibir tersenyum itu pun perlahan memudar. "Nggak mau nyimpen fotoku, ya?" tanyanya dengan raut sedih.

Devan terdiam sebentar, berpikir apakah ucapannya salah? Dia meminta ponsel kekasihnya itu untuk mengambil gambarnya. Salahnya dimana?

"Engga jadi," kata Ana ketus bahkan sebelum Devan menjawabnya. Lalu Ana duduk kembali diatas karpet yang ia duduki tadi. Tepat dihadapan Devan yang hanya terhalang oleh makanan dan minuman.

Ana tidak mood untuk sekarang. Ana kira Devan mau memotret dirinya dengan ponsel milik cowok itu, namun Devan malah meminta ponselnya. Berati Devan tidak mau ada foto Ana diponselnya kan?

"Bukan gitu maksud aku, Ana. Aku kira kamu mau aku fotoin pake hp kamu," bujuk Devan. Devan akui dirinya telat menyadari. Dia tidak memikirkan ucapannya sebelum menjawab permintaan Ana.

"Iya gapapa," jawab Ana singkat, tentu dengan muka judesnya.

Devan menghela napas berat. "Yaudah, ayo aku fotoin pake hp aku," ajaknya. Namun Ana sudah terlanjur tidak mood. Ana hanya menggelengkan kepala.

"Ana, jangan ngambek dong. Maaf, ya." Ana bergeming lalu memalingkan wajahnya ke arah danau.

Devan mendekatkan badannya ke arah Ana. Menyentuh telapak tangan Ana lalu ia letakkan diatas pahanya.

"Maaf, iya aku salah. Janji gak ngulangin lagi deh," bujuk Devan pada kekasih tercintanya itu. Ana tetap diam dengan terus menatap ke arah Danau.

"Sayang..,"

Ana menepis tangan Devan dari tangannya.

"Ana," panggil Devan.

Ana tetap diam.

"Melissa Anatsya," panggil Devan dengan menyebut nama lengkap Ana.

Tentu saja Ana menoleh. Jika Devan sudah memanggil nama lengkapnya, tandanya cowok itu tengah serius sekarang.

"Apasi?" tanya Ana dengan sedikit takut. Apalagi Devan tengah menatapnya tajam.

"Ayo aku fotoin pake hp aku," tekan Devan sekali lagi. Berusaha membujuk Ana terus menerus.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang