Play song : Ku dengannya, kau dengan dia - Afgan.
Dengerin juga lagunya biar enak pas baca.
Dari judulnya aja udah nyesek, apalagi liriknya, beuhh!--
Devan kembali ke kamarnya. Malam ini, akan menjadi malam terburuk dan tersedih baginya. Ia kecewa dengan keputusan Ana. Gadis itu lebih memilih pergi dibandingkan berjuang bersama dengannya.
Tadi ketika Devan masuk kedalam rumah langsung disambut oleh kedua orang tuanya. Tapi tanpa ekspresi apapun, Devan langsung menyelonong begitu saja ke lantai dua menuju kamarnya.
Padahal dari dulu ia tidak pernah meminta apapun dari kedua orang tuanya. Bahkan ketika ia ditawarkan untuk tinggal di Jepang dan disekolahkan di sekolah terbaik disana, ia menolak.
Di hari ulang tahun ketujuh belas tahunnya, ia juga diberi hadiah sebuah apartemen, tapi ia juga menolaknya. Devan tidak terlalu ambisius dengan fasilitas atau kemewahan di hidupnya. Devan hanya ingin satu, menemukan gadis yang ada dimimpinya.
Dan itu. Melissa Anatsya.
Devan menyadari. Karena gadis itu, Devan sudah lama tidak mainin perasaan cewek lagi. Dia tidak pernah main ke klub dan pulang malam lagi. Dan semua itu berkat Ana.
Devan merebahkan tubuhnya di ranjang. Hari ini terasa sangat melelahkan baginya. Jiwa, raga bahkan hati.
--
Satu minggu kepergian Ana. Devan berubah menjadi cowok pendiam, dingin dan cuek. Tidak hanya dengan perempuan tapi juga semua orang. Baik laki-laki maupun perempuan, orang tua bahkan anak kecil.
"Devaaannn!!"
Teriakan seseorang dikantin membuat sang empu nama menoleh. Ia menemukan seorang gadis yang tidak lain ialah sepupunya-- Jessica menghampiri Devan yang tengah duduk dikantin bersama kedua temannya.
"Dimana Ana?" tanya Jessica to the point.
Devan mendongak. "Gak tau,"
"Kok gak tau. Lo kan yang serumah sama dia. Udah satu minggu dia gak berangkat sekolah, harusnya lo tau dong dimana dia?" tanya Jessica dengan raut wajah marah.
"Gue gak tau, Jessica. Dia udah pergi dari rumah gue,"
"Apa?!"
"Kapan?!"
"Kapan dia pergi dari rumah lo?!"
"Kemana dia perginya?!" tanya Jessica bertubi-tubi.
Bahkan karena suara cemprengnya membuat kedua teman Devan menutup telinganya. Sementara Devan, wajah cowok itu datar tidak berkespresi sama sekali.
"Seminggu yang lalu. Nggak tau pergi kemana," jawab Devan seadanya.
"Kok nggak tau sih? kalian ada masalah?" tanya Tasya, Devan hanya diam tidak membalas apapun.
"Devan! ishhh."
"Devan lo kenapa sih? Bukan lo banget dingin kaya gini sama orang. Mana Devan yang playboy itu?" tanya Jessica heran melihat perubahan sikap Devan.
Devan mengabaikan pertanyaan Jessica. Ia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kantin. Membuat Jessica melongo melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
Teen FictionPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...