"Sekedar suka atau terlanjur cinta, tak ada alasan untuk tidak bisa merasakannya."
- Devaniel Marvien -
Jika Devan bisa beranggapan begitu, Ana juga bisa membantahnya agar tidak jatuh terlalu dalam.
"Devan itu playboy, dia bisa mengatakan kalimat...
Ketika kamu siap untuk jatuh cinta, kamu juga harus siap untuk patah hati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Golongan orang pintar dan golongan orang yang memiliki kebiasaan buruk adalah hal yang paling sering diingat oleh guru terhadap siswanya. Siapapun bisa mengenalnya jika orang tersebut memiliki salah satu dari dua hal tersebut.
Jangan percaya jika orang-orang bisa mengenal seorang Melissa Anatsya karena kepintarannya. Jika dia seorang siswa yang pintar, tidak mungkin dia berdiri dibawah tiang bendera seperti sekarang ini.
Menghadap ke tiang seraya mengangkat tangan kanan di pelipisnya, memberi hormat kepada bendera sang merah putih.
Seragam yang dari pagi memang sudah kusut, sekarang sudah menjadi seperti jemuran kering yang terkena sinar matahari berminggu-minggu.
Ana merasakan sesuatu dari atas punggungnya yang mengalir kebawah. Keringat di sekujur tubuhnya membuat siapapun enggan untuk mendekatinya, termasuk Jessica yang tega meninggalkan sahabat karibnya itu menjalankan hukuman sendiri.
Waktu pulang sekolah masih kurang tiga puluh menit lagi. Ana diberi hukuman karena setelah dikeluarkan dari kelas tadi pagi, dia tidak kunjung juga kembali ke kelasnya sampai pelajaran terakhir sebelum istirahat kedua. Ana diberi hukuman seperti ini sampai waktu pulang sekolah nanti.
Tadi pagi Ana tidak kembali ke kelasnya karena memang tidurnya yang sangat nyenyak. Tidak ada satupun gangguan yang membuatnya terbangun, perempuan itu pun melewati makan siangnya karena terlelap tidur.
Kini wajahnya sudah memerah karena terus terkena sinar matahari. Bayangkan, seberapa panasnya matahari dipukul dua siang ini. Bibirnya sudah pucat, badannya pun ikut lemas.
Bruk!
Seseorang yang tengah berjalan di koridor tidak sengaja menabrak seorang siswi perempuan yang sedang membawa buku. Buku-buku itu berserakan di lantai, si pembawa segera membereskannya sedangkan seseorang yang menabraknya, bukannya minta maaf malah mencoba menggoda perempuan tersebut.
"Adek cantik, lain kali kalo jalan hati-hati ya," goda sesorang itu sambil mencolek hidung perempuan tersebut.
Siapa yang tidak terpaku setelah mendapat sentuhan dari seorang Devan, laki-laki yang memiliki tinggi badan 180cm dan bentuk tubuh yang atletis, juga yang terkenal sebagai most wanted di SMA Bakti Jaya.
Sementara Ana yang masih setia dengan posisinya, menyaksikan kejadian itu sambil menggelengkan kepala. Jika saja dia yang menjadi perempuan itu, dia akan memarahi Devan habis-habisan, memukulnya jika perlu.
Bunyi bel pulang berbunyi, pertanda waktu hukuman Ana telah berakhir. Ana beralih dari posisinya, berjalan cepat menuju kelas untuk mengambil tas sekolahnya.
"Astaga, Ana. Lo cewek bukan sih berantakan amat." Jessica mencibir melihat penampilan Ana ketika masuk kedalam kelas.
Ana mengabaikan cibiran Jessica, langkahnya tergesa ketika meraih tas sekolah miliknya dengan cepat. "Tunggu gue di parkiran, gue mau ke toilet bentar."