12. The heirs

130 9 2
                                        

Hawa dingin dimalam hari berhasil merenggut tubuh seorang perempuan yang tengah berbaring di sofa ruang tamu, dengan ponsel yang berada di genggamannya, sesekali ia menyibak switer yang ia kenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hawa dingin dimalam hari berhasil merenggut tubuh seorang perempuan yang tengah berbaring di sofa ruang tamu, dengan ponsel yang berada di genggamannya, sesekali ia menyibak switer yang ia kenakan. Seolah rumah milik sendiri, ia bahkan menyilangkan kaki kirinya diatas kaki kanannya.

Ponsel yang digenggam dengan posisi landscape itu menampilkan sebuah drama dari negeri ginseng. Meski episode yang sudah rilis terlalu banyak, tak sedikitpun menggetarkan seorang Ana untuk menonton secara maraton drama tersebut.

Namun sialnya, gangguan akan selalu ada saja ketika Ana tengah asik menonton drama kesukaannya itu. Gangguan kali ini berasal dari suara benda yang jatuh dari arah dapur, sontak perempuan itu bangkit dari posisinya dan melenggang pergi ke arah sumber suara.

"Devan? Lo ngapain?" tanya Ana setelah melihat Devan tengah mengambil panci yang terjatuh diatas lantai.

Devan mendongak, lalu memperlihatkan gigi ratanya. "Gue laper, pengin yang anget-anget."

Ana memutar bola matanya, tak percaya melihat benda yang dibawa oleh Devan. Ana juga baru menyadari sesuatu, tidak seperti biasanya Devan berada di rumah di waktu yang masih menunjukkan pukul sepuluh malam ini, biasanya laki-laki itu keluar dari rumah selepas pulang sekolah lalu akan kembali pada tengah malam.

Ana menggeleng, menepis pikiran yang entah mengapa tiba-tiba melintas di pikirannya. Dengan mulut yang Ana tahan agar tidak mengeluarkan tawa, ia mengambil alih panci yang ada tangan Devan.

"Lo mau bikin mie instan apa mau rebus air pake panci sebesar itu?" tanya Ana seraya mengambil panci berukuran besar yang Devan ambil. "Lo duduk aja, biar gue yang bikinin."

Lalu Ana melangkah mendekat ke arah kitchen set setelah mengembalikan panci besar itu dan menggantinya dengan yang berukuran lebih kecil. Sebelum menyalakan kompor, Ana melirik ke arah belakang dimana Devan sudah duduk di kursi meja makan dengan tenang, terlihat seperti anak kecil yang tengah mengunggu makanan disiapkan.

Kompor dinyalakan dengan ukuran api sedang, panci kecil yang berada diatas tungku sudah berisi air. Kurang lebih dua atau sampai tiga menit menunggu air hingga mendidih sebelum memasukkan telur.

Tidak harus menunggu hingga telur matang, setelah setengah kematangan, baru mie instan yang masih mentah itu Ana masukkan ke dalam air mendidih itu. Untuk kematangan mie membutuhkan waktu kurang lebih lima menit, sembari mengunggu mie matang, Ana menyiapkan bumbu mie instan ke dalam dua mangkuk kosong yang kini sudah ia siapkan diatas meja kitchen.

Tanpa Ana sadari, dari belakang, dari tempat duduknya, Devan terus memperhatikan setiap gerakan Ana, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas begitu saja. Melihat Ana yang tengah sibuk masak itu, membuat Devan sempat berpikir bahwa sepertinya ia tidak salah jika memilih Ana untuk menjadi istrinya kelak, eh!

Lamunan Devan terbuyar ketika Ana tiba-tiba membalikan badan lalu melangkah menghampirinya.

"Makan di ruang tengah aja yuk, sambil nonton drakor," ajak Ana tanpa meminta persetujuan dari Devan, dua mangkuk panas itu kini ada di kedua tangannya, ia melangkah begitu saja melewati laki-laki itu.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang