Today is a good day!..
Terimakasih untuk silent readers maupun readers sejati yang udah ngasih vote..Enggak nyangka udah dibaca 1k, uwuw..
Aku kasih yang manis-manis nih buat malam ini wkwkwk...Aku sayang kalian semuaaa...
Selamat membaca...
🍂
Hawa dingin di malam hari merenggut tubuh seorang gadis yang tengah berbaring di sofa ruang tamu. Dengan ponsel yang berada di genggamannya, sesekali ia menyibak switer yang ia kenakan.
Bagaikan sang ratu pemilik rumah, tidak pernah sedikitpun terbesit rasa malu ataupun sungkan. Ia menyilangkan kaki kirinya diatas kaki kanannya.
Prang!
Ketika ia tengah asik menonton drama kesukaannya itu, tiba-tiba terdengar suara benda yang jatuh dari arah dapur. Sontak gadis itu bangkit dari posisinya dan melenggang pergi ke arah sumber suara.
"Devan, lo ngapain?" tanya Ana melihat Devan tengah mengambil panci yang terjatuh diatas lantai.
Devan mendongak, lalu menderetkan giginya. "Gue laper, pingin yang anget-anget"
Ana membelalakkan matanya, di jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam, seorang Devan kelaparan.
"Lo mau bikin mie instan apa mau rebus air pake panci sebesar itu?"
Ana menahan tawa di dalam perut. Devan mengambil panci berukuran besar yang bisa digunakan untuk merebus air.
"Lo duduk aja, biar gue yang bikinin," ucap Ana seraya melangkah mendekat ke arah kitchen set.
Devan mengangguk, lalu menarik kursi yang ada disebelah meja makan.
Ana meraih panci kecil yang biasa ia pakai untuk merebus mie instan. Lalu ia letakkan diatas kompor dan memulai merebus air.
Setelah air mendidih, dia memasukkan mie yang masih mentah. Lalu memasukan bumbu-bumbunya dan hanya menungggu sepuluh menit mie instan sudah matang.
Devan memeperhatikan setiap pergerakan Ana. Kedua sudut bibirnya, tertarik ke atas begitu saja. Tidak salah jika ia memilih Ana untuk dijadikan istrinya. Eh!
Lamunan Devan terbuyar ketika Ana tiba-tiba menghampirinya.
"Makan di ruang depan aja yuk, sambil nonton drakor" ajak Ana tanpa meminta persetujuan dari Devan. Ia melangkah begitu saja melewati cowok itu.
Devan yang baru saja mencerna ucapan Ana, bangkit dari duduknya lalu menyusul Ana.
Sesampainya di ruang depan, Ana meletakkan dua porsi mie instan di atas meja. Lalu ia meraih ponsel yang ada di sakunya dan memposisikan ponselnya dengan posisi landscape ke arahnya di atas meja. Vas bunga kecil yang ada di meja, ia gunakan untuk penyangga ponsel miliknya.
Devan mengikuti pergerakan Ana. Cowok itu duduk di samping Ana. Duduk bersilah di atas karpet yang tersedia disana.
"Selamat makan tuan Devan terhormat," ucap Ana berdramasir.
Devan mengabaikan ucapan Ana, ia malah menyantap mie instan bagiannya dengan lahap. Enak. Batinnya.
Sementara Ana, tengah sibuk mencari drama yang belum ia selesai tonton. Judulnya kali ini adalah The Heirs dengan pemain utamanya tidak lain ialah mantan Ana sendiri.
Setelah menemukan drama favorite-nya itu, Ana baru bisa menikmati mie instan bagiannya. Tidak sedetikpun ia mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
Teen FictionPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...