30. Keputusan

91 6 2
                                        

"Gue juga suka sama lo, Ana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue juga suka sama lo, Ana. Gue cinta sama lo."

Kedua bola mata Ana melebar sempurna mendengar ungkapan perasaan Kenzo. Ana yakin apa yang dikatakan laki-laki itu tidak lah tulus dari hatinya. Ana tahu, Kenzo hanya sedang bersedih karena baru saja kehilangan orang yang sangat berharga baginya.

"Gue tahu lo lagi sedih jadi omongan lo ngelantur," tegas Ana menyadarkan kenzo. "Udah ya, nggak usah ngomong yang nggak-nggak, mending kita pulang sekarang."

Namun Kenzo justru menahan tangan Ana yang hendak bangkit itu. "Lo nggak percaya sama gue?" tanyanya. "Mungkin ini bukan waktu dan tempat yang tepat buat gue bilang ini. Mungkin juga ini terlalu cepat bagi lo, tapi gue nggak mau menyiakan sesuatu yang udah ada di depan mata gue."

"Ken— "

"Apa?" sahutnya lirih. Kenzo meraih kedua tangan Ana lalu ia genggam dalam posisi duduk saling berhadapan itu. "Gue suka sama lo, gue cinta sama lo, Ana. Gue bisa buat lo bahagia lebih dari apa yang udah Devan lakuin buat lo."

"Kenzo, udah, stop. Lo nggak suka sama gue, lo cuma lagi sedih karena kehilangan mama lo. Lo harus tenangin diri lo dulu, gue tau lo masih ada perasaan sama mantan lo."

Ya, kenyataannya memang begitu kan, Kenzo masih menyayangi mantannya. Jika dia sudah tidak ada perasaan dengan mantannya itu, seharusnya ia sudah memiliki kekasih baru, tapi selama tiga tahun satu sekolah dengannya, Ana tidak pernah mendengar Kenzo memiliki seorang kekasih.

Untuk dekat dengan Ana pun karena memang rencana awal hanya untuk di jadikan pacar bohongan, untuk Kenzo kenalkan pada ibunya ketika beliau masih hidup.

Ana bangkit dari posisinya setelah melepas genggaman tangan Kenzo. "Sekarang kita pulang. Papa lo udah nungguin lo di mobil. Kasihan dia, bukan cuma lo yang sedih disini, tapi papa lo juga," ucapnya, lalu pergi meninggalkan Kenzo seorang diri.

--

Kenzo tidak kembali ke mobil ayahnya, ia justru pergi ke cafe yang terletak tidak jauh dari gedung sekolah. Kenzo duduk termenung di dalam cafe tepat di sebelah dinding kaca seraya mengamati gedung sekolah yang berlabel Bakti Jaya itu.

Hanya butuh waktu kurang lebih setengah tahun lagi Kenzo bisa menyelesaikan sekolahnya. Tapi Kenzo tidak tahu apakah ia bisa baik-baik saja tanpa sosok ibu didalam hidupnya. Kenzo benar-benar sendiri sekarang, semua orang yang ia sayangi silih berganti pergi darinya.

"Kak Kenzo."

Sapaan dari seseorang membuat Kenzo sadar dari lamunannya, untuk sejenak ia menoleh ke arah sosok yang memanggilnya.

"Hm?" Kenzo berdehem dengan kening yang berkerut, seorang perempuan yang masih memakai seragam putih abu-abu itu tengah berdiri di sebelah mejanya.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang