Bayangin, orang yang kamu suka tiga tahun yang lalu, tiba-tiba datang lagi chat kamu dan ngajak nikah.
Bayangin aja dulu baru di Aminin hahhahhahaha...
( Maaf gaje)🍂
"Gue juga suka sama lo, Ana. Gue cinta sama lo," ucap Kenzo dengan tegas.
Ana membelalakkan matanya mendengar itu. Ia tahu bahwa apa yang dikatakan Kenzo tidak lah benar. Cowok itu hanya sedang bersedih karena baru kehilangan orang yang sangat berharga baginya.
"Gue tahu lo lagi sedih, Ken. Makanya lo ngomong kaya gitu. Udah ya, gak usah ngomong yang gak-gak. Mending kita pulang sekarang," ucap Ana memberi pengertian pada Kenzo.
Namun cowok itu malah menahan tangan Ana yang hendak bangkit, "Lo gak percaya sama gue?" tanyanya dengan menatap manik mata Ana begitu dalam.
"Mungkin ini bukan waktu dan tempat yang tepat buat gue bilang ini. Mungkin juga ini terlalu cepat bagi lo, tapi gue gak mau menyiakan sesuatu yang udah ada di depan mata gue,"
"Ken.."
"Apa?" sahutnya lirih. Kenzo meraih kedua tangan Ana lalu ia genggam, "Gue suka sama lo, gue cinta sama lo, Ana. Gue bisa buat lo bahagia lebih dari apa yang udah Devan lakuin buat lo," ucapnya penuh penekanan di setiap kata.
"Ken, udah, stop. Lo gak suka sama gue, lo cuma lagi sedih karena kehilangan mama lo. Lo harus tenangin lo dulu, gue tau lo masih sayang sama mantan lo,"
Ya, kenyataannya memang begitu kan. Kenzo masih menyayangi mantannya. Jika dia sudah tidak menyayangi mantannya, seharusnya ia sudah memiliki kekasih baru. Tapi tiga tahun sekolah dengan dia, Ana tidak pernah mendengar Kenzo memiliki seorang kekasih.
Untuk dekat dengan Ana pun, karena memang rencananya hanya untuk di jadikan pacar bohongan. Untuk ia kenalkan dengan mamanya ketika beliau masih hidup kemarin.
Ana bangkit dari posisinya, "Sekarang kita pulang. Papa lo udah nungguin lo di mobil. Kasihan dia, bukan cuma lo yang sedih disini, tapi papa lo juga," ucapnya, lalu pergi meninggalkan Kenzo seorang diri.
--
Kenzo tidak kembali ke mobil papanya. Ia malah pergi ke cafe yang terletak tidak jauh dari sekolah. Mengamati sekolah yang berlabel Bakti Jaya itu dari dalam cafe.
Hanya butuh waktu kurang lebih setengah tahun lagi ia bisa menyelesaikan sekolahnya. Tapi ia tidak tahu. Apakah ia bisa baik-baik saja tanpa sosok mama. Ia benar-benar sendiri sekarang. Semua orang yang ia sayangi perlahan pergi darinya.
"Kak Kenzo,"
Suara seseorang membuat Kenzo sadar dari lamunannya. Ia menoleh ke arah sosok yang memanggilnya.
"Hm?" Kenzo berdehem dengan kening berkerut. Seorang gadis yang masih memakai seragam putih abu-abu itu tengah berdiri di depan mejanya.
"Boleh aku duduk disini?" tanya gadis itu menunjuk kursi kosong yang berada di seberang Kenzo.
Kenzo diam sebentar, lalu mengangguk membiarkan gadis itu duduk di depannya.
"Sebelumnya, turut berdukacita atas meninggalnya mama kak Kenzo, ya," ucap gadis itu setelah duduk di depan Kenzo.
"Hm," balas Kenzo dingin. Entahlah, Kenzo merasa enggan membalas omongan orang lain. Kenzo hanya ingin sendiri sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
Roman pour AdolescentsPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...