27. Ingkar

53 4 0
                                    

Ana berdiri di depan cermin. Menatap dirinya dari pantulan benda tersebut. Ia sudah siap dengan pakaiannya. Dress hitam yang di bagian pinggangnya terdapat pita kecil, yang juga berhasil memikat dirinya waktu itu.

Melihat dress ini, Ana mengingat Devan. Ia membelinya menggunakan uang cowok itu. Terlalu banyak kebaikan yang sudah Devan berikan padanya, masih pantaskah jika dia menerima Devan setelah ia menyakiti perasaanya.

Setelah merapikan rambutnya yang di gerai, Ana bangkit dari posisinya. Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam. Ia tidak ingin terlambat datang ke acara Raka. Bisa disembur teman-temannya nanti.

Ana keluar dari kamarnya. Ketika baru satu langkah setelah keluar dari kamar, ia melihat Devan yang tengah berjalan ke arahnya. 

Ketika tatapan mereka bertemu, Devan menghentikan langkahnya. Niatnya untuk mengambil air putih ia urungkan setelah melihat Ana. Kemudian Devan membalikan badan dan kembali menaiki tangga.

Devan benar-benar membuktikan ucapannya. Devan sudah tidak peduli lagi pada Ana. Bahkan untuk menatapnya saja dia sudah enggan. Dan Ana harus bisa menerima itu.

Ana tidak memiliki waktu untuk terus memikirkan sikap Devan. Ia rasa lebih baik Devan bersikap seperti ini daripada sebelumnya.

--

Acara ulang tahun Raka tidak bergitu mewah. Acara tersebut di adakan dengan sesederhana mungkin dengan bertema black white. Meskipun begitu, semua keluarga besar dari cowok itu datang. Bahkan rekan-rekan kerja orang tua Raka di undang semua.

"Cek cek, selamat malam semuanya," seru pembawa acara mengintruksikan semua tamu.

"Acara akan di buka dengan sambutan dari pemilik acara. Raka Megantara, waktu dipersilahkan," lanjutnya.

Raka tersenyum. Dengan setelan jas hitam dan kemeja putih tanpa dasi, membiarkan kancing atas terbuka, membuat kesan wibawa ada pada cowok itu. Ia melangkah naik ke atas panggung kecil yang tersedia disana.

Sebelum memulai ucapannya, ia melirik ke arah seseorang yang berdiri di ujung cafe. Seseorang yang kini sudah menjadi kekasihnya.

"Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah meluangkan waktu di acara saya yang sederhana ini. Maaf, kalau masih banyak kekurangan," ucapnya serius. Baru pertama kali ini Raka berucap seserius itu.

"Maaf, saya gak bisa bicara formal, saya bicara apa adanya aja, ya?" lanjutnya terkekeh. Baru saja dipuji, tapi lihat sekarang. Raka memang cowok yang tidak pernah bisa bicara serius.

"Di umur delapan belas tahun ini, gue mau bersyukur dengan apa yang bisa gue miliki saat ini. Orang tua yang sayang sama gue, temen-temen yang baik sama gue, dan seseorang yang berarti di hati gue," ucap Raka seraya melirik Jessica sebentar. Wajah Jessica sudah tidak bisa di jelaskan lagi, malu dan senang bercampur aduk.

"Terimkasih udah hadir di hidup gue. Terimakasih udah mengisi hari-hari gue. Harapan gue, setelah ada kebahagiaan hari ini, semoga ada kebahagiaan selanjutnya. Itu saja yang bisa saya sampaikan. Silahkan nikmati hidangan yang ada, terimakasih,"

Tepuk tangan bergemuruh setelah Raka menyelesaikan sambutannya. Lalu cowok itu turun dari panggung dan menghampiri kekasihnya yang tengah berdiri bersama Ana.

Jessica memakai dress dengan panjang dibawah lutut berwarna putih. Dipadukan dengan rambut panjangnya yang diikat ke atas dan membiarkan poninya tertata rapi.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang