21. Pergi

109 6 0
                                        

Ana ingat, waktu kecil ia menginginkan pernikahan setelah mendatangi pernikahan tantenya dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana ingat, waktu kecil ia menginginkan pernikahan setelah mendatangi pernikahan tantenya dulu.

"Mama mama, Melissa mau kaya tante Cintya gitu. Cantik ih," ucap Melissa kecil seraya menarik-narik dress yang dipakai sang ibu.

Lisa yang tengah mengobrol dengan tamu lainnya menundukkan kepala agar bisa melihat jelas putrinya yang tingginya hanya sepinggang. "Iya, besok kalau kamu udah gede, kamu bisa kaya tante Cintya."

Ana kecil memanyunkan bibirnya, kedua tangannya ia lipat diatas dada. "Enggak mau, Melissa maunya sekarang!"

Lisa membelalakkan mata. Dasar bocah edan! Masih umur sepuluh tahun sudah mau nikah, dia kira nikah itu cuma sekedar merias wajah?

"Kamu kenapa, kok cemberut gitu?" tanya seorang pria dewasa yang tiba-tiba menghampirinya.

"Melissa mau kaya tante Cintya sama om Alex, Papa, mereka cantik sama ganteng. Melissa pingin seperti mereka," ujarnya pada sang ayah dengan nada merajuk.

Sosok yang dipanggil papa itu merubah posisinya menjadi jongkok. Menjajarkan tinggi badannya dengan anaknya. "Iya, nanti kalo kamu udah gede, kamu bakal jadi kaya tante Cintya."

"Enggak mau, Melissa maunya sekarang!"

Sosok pria dan wanita yang tidak lain adalah orang tua dari Ana itu saling tatap, mereka menggelengkan kepala bersamaan seraya tersenyum.

Kini pandangan ayah Ana mengarah pada Ana. "Iya udah, nanti kamu papa kenalin sama anak temen papa. Besok kalo kalian udah gede, kalian akan jadi seperti tante Cintya sama om Alex, mau?"

Ana kecil mengangguk semangat. "Sekarang kan, Pa?"

"Iya, nanti malam kita main ke rumah temen papa," jawab ayahnya seraya mengelus puncak kepala sang anak.

"Yes!" girang Ana kecil setelah mendengar ucapan ayahnya.

Namun keinginan Ana kecil itu belum sempat terpenuhi ketika kejadian malam itu terjadi. Malam yang menyebabkan ia harus berpisah dengan ayahnya.

"Ana?" pekik Devan menyadarkan Ana dari lamunannya, ia menarik kedua bahu Ana agar bisa melihat wajah Ana yang sudah berderai air mata. "Kenapa nangis?"

Ana melamun setelah mendengarkan cerita mimpi Devan, ditengah lamunannya tiba-tiba cairan bening itu jatuh dari matanya tanpa ia sendiri sadari.

Ana menangis setelah mengingat kejadian waktu itu, siangnya ia bahagia karena akan dikenalkan dengan anak teman ayahnya, tapi malamnya ialah pertemuan terakhir dengan ayahnya.

Dan beberapa hari yang lalu di rumah Devan adalah pertama kali dirinya bertemu dengan ayahnya kembali setelah bertahun lamanya.

Ana tersadar, dengan cepat ia menyeka air matanya. "Gue nggak papa, gue harus pergi, sorry."

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang