Play song : Hati-hati di Jalan - Tulus.
Lagu yang lagi viral nih, dengerin bareng yuk!
🍂Cuaca hari ini sedang bersahabat, tidak panas namun juga tidak mendung. Suasana yang pas untuk menikmati beberapa varian menu di cafe Ana. Beberapa pelanggan datang bergantian. Ada yang datang sembari mengerjakan tugas, ada juga yang datang bersama pasangannya.
Setelah menyerahkan pesanan pelanggan, Ana kembali ke meja kasir. Niatnya hanya untuk sekedar melihat pemasukan hari ini.
Ana tersenyum lebar ketika melihat nominal angka yang terpampang dilayar komputer. Waktu masih menunjukkan pukul setengah satu siang, tapi pemasukannya sudah lumayan banyak.
"Maaf mba Ana, kemarin saya nemuin ini dibawah meja pelanggan," ucapan Melly sontak membuat Ana menghentikan aktivitasnya.
Ana menerima benda yang dikasih Melly, "Apa ini?"
"Nggak tau juga saya mba, kaya diary kalo ndak salah,"
Ana membolak-balik benda tersebut. Benda itu memang sebuah diary yang berukuran kecil. Awalnya Ana tidak ingin membukanya karena itu termasuk privasi. Siapa tahu itu beberapa catatan penting seseorang yang orang lain tidak boleh mengetahuinya.
Ana mengangguk, "Ah, iya terimakasih Melly, biar saya aja yang simpen, ya," ucapnya, Melly mengangguk lalu kembali menyelesaikan pekerjaannya.
Tapi jika Ana tidak membukanya, Ana tidak akan bisa tahu barang itu milik siapa. Dengan keberanian yang sudah terkumpul, perlahan akhirnya Ana membuka buku diary tersebut.
Sampul buku diary tersebut bergambar langit gelap yang terhiasi bintang dan bulan. Terlihat seorang perempuan yang tengah duduk diatas jendela yang terbuka sedang menatap keatas.
Melihat sampul buku diary ini, Ana seperti melihat dirinya sendiri. Dulu sering kali dia melakukanya ketika masih tinggal dirumah Devan. Duduk diatas jendela yang terbuka sambil memandang bintang dan bulan, terasa menenangkan bagi Ana.
Halaman pertama tidak terlalu banyak tulisan disana. Hanya sebuah kalimat pembuka yang isinya, "Dreams are not pursued, but realized" ditulis dengan huruf kapital.
Ana semakin penasaran dengan isi tulisan di halaman berikutnya. Ana kira halaman kedua langsung berisi tentang curhatan seseorang, tapi ternyata hanya seperti halaman sebelumnya, ada satu kalimat yang tertulis disana.
"I love you, Tasya." Itulah kalimat yang Ana temui dihalaman kedua. Oh, mungkin buku diary ini milik seseorang yang tengah menyukai seorang perempuan yang bernama Tasya, pikir Ana.
Ana mengamati bentuk tulisan tersebut, di halaman pertama tulisannya menggunakan huruf kapital, jadi Ana tidak bisa menebak buku diary ini milik seorang laki-laki atau perempuan.
Tapi setelah membaca dan mengamati bentuk tulisan dihalaman kedua yang menggunakan huruf kecil, Ana menebak jika buku ini milik seorang laki laki-laki karena bentuk tulisannya kurang rapi alias jelek.
Merasa apa yang dilakukannya tidak benar, Ana kembali menutup buku itu. Itu termasuk privasi jadi Ana tidak boleh sembarang membukanya. Biarkan saja pemiliknya datang sendiri ke cafe untuk mencari, dan Ana akan menyerahkannya saat itu juga.
Ana bangkit dari posisinya berniat untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun dengan tidak sengaja, Ana menyenggol buku diary yang sudah ia letakkan diatas meja hingga jatuh ke lantai, dengan posisi buku bagian halaman terakhir terbuka.
Devaniel Marvien.
Ana mematung ketika membaca nama tersebut yang tertulis dibagian halaman terakhir. Tidak mungkin jika buku ini milik Devan. Ana tidak percaya jika seorang Devan memiliki buku diary. Si cowok playboy itu punya diary? Sok sadboy sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
Teen FictionPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...