Play song : Marry your daugther - Brian McKnight.
Ngga tau, ngga ngerti, lagi suka banget sama lagu diatas hwaaa...
Pak, anakmu lagi berhalu sekarang, tolong. Wkwk
Dahlah skip. Selamat membaca :)🍂
Malam ini, Devan mengajak keluarganya untuk makan malam dengan keluarga Tasya dengan alasan membicarakan kelanjutan perjodohan dirinya dengan Tasya.
Namun bukan itu alasan sebenarnya. Ini hanya permintaan dari gadis yang ia cintai.
Keluarga Devan sudah terlebih dulu tiba di restoran yang terletak di tengah kota. Keluarga Devan memilih meja yang berada di atas atap atau rooftop. Selain karena udaranya sejuk, juga bisa melihat pemandangan bintang di langit malam. Menambah suasana yang tepat untuk membicarakan soal perjodohan.
Sudah menunggu waktu kurang lebih lima belas menit, keluarga Tasya akhirnya tiba disana.
Tasya mengambil alih kursi yang berada di depan Devan. Sementara Galih-papa Tasya duduk di depan Vino dan Saras duduk di depan Celline-mama Devan, sang ibu berada di tengah antara sang papa dan anak.
"Jadi gimana? Kapan pertunangan Devan sama Tasya berlangsung?" tanya Galih mengawali pembicaraan.
"Gak usah buru-buru, kita makan aja dulu Gal," jawab Vino terkekeh. "Kamu paling ngebet dari dulu buat jodohin anak kita,"
"Itu salah satu impian aku, Vin. Dari dulu aku pingin banget kita bisa jadi besan," jawab Galih seraya tertawa pelan.
Saras-- mama Tasya menyambung, "Iya, papa Taysa ini memang pingin yang terbaik buat anaknya. Mungkin Devan pilihan yang terbaik buat Taysa," ucapnya seraya melirik ke arah Tasya.
Tasya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Devan. Sementara cowok itu, tetap diam dengan wajah datarnya.
Celline menyenggol bahu Devan. "Kamu tau gak, Van. Kamu sama Tasya sudah di jodohin waktu kalian masih umur sepuluh tahun," kekehnya, lalu pandanganya beralih pada Tasya, "kalian pasti akan jadi pasangan serasi nanti,"
"Dulu kita mau ngenalin kalian, tapi gak jadi karena Om ada kerjaan yang membuat Om pindah ke luar kota," balas Galih seraya memotong steak yang berada di atas meja.
Diikuti oleh Vino juga menyuapkan makanananya, "Tapi malah gak di sangka kalian satu sekolah di SMA. Kalian sekelas juga?" tanyanya.
Tasya menoleh ke arah kedua orang orang tua Devan, ia menggeleng. "Nggak, om. Devan kelas IPS sementara aku kelas IPA," ucapnya menjawab pertanyaan Vino.
"Tapi kalian sudah saling mengenal kan?" tanya Celline.
Tasya mengangguk, "Sudah tante. Tasya bahkan pernah pacaran sama Devan tapi sempet putus," jawabnya malu-malu, "tapi Tasya masih suka kok sama Devan," lanjutnya terkekeh.
"Bagus kalo gitu. Jadi kalian gak terlalu sulit buat saling kenal satu sama lain lagi," imbuh Saras.
Vino meneguk minumannya. Setelah itu melirik ke arah putranya, "Van, ngomong dong. Jangan diem aja dari tadi."
Devan yang sedari tadi hanya diam memandang makanan yang berada di depannya itu mendongak. Sejak tadi makanan yang berada di depannya itu sama sekali tidak tersentuh.
"Oke. Devan akan ngomong sekarang," balas Devan.
"Tapi jangan ada yang memotong ucapan Devan kali ini," pintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
Novela JuvenilPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...