Semua mata sontak menatap Devan. Cowok itu baru saja tiba di kantin dan mendengar teriakan Jessica. Devan sendiri sudah tahu tentang kehebohan hari ini. Devan tahu jika kebohongan Ana sudah terbongkar saat ini.
Devan mendekat ke arah Ana dan Jessica. "Balik ke kelas lo," perintahnya dengan wajah datar.
Ana yang masih mencerna ucapan Devan itu tersentak ketika Jessica tiba-tiba menarik pergelangan tangannya.
"Tunggu!"
Semua mata teralihkan pada sosok cewek yang berada di ujung kantin. Tatapan cewek itu menampilkan ketidaksukaan pada apa yang sedang terjadi. Ya, itu Tasya.
Tasya melangkah mendekat ke arah Ana dan Jessica. Disusul kedua temannya di belakang. Anya dan Manda.
Tasya menoleh ke arah Devan, "Van, lo itu calon tunangan gue. Kenapa lo masih belain cewek murahan itu!" tunjukannya pada Ana.
Devan mengepalkan tangannya. Emosinya mendadak naik kembali ketika Tasya berucap tentang pertunangannya itu. "Gue gak pernah mau tunangan sama lo!"
"Kenapa? atau jangan-jangan, bener kata Friska tadi?" Pandangan Tasya tertuju pada Ana. "Lo pake pelet mana sih, sampai Devan mau belain lo kaya gini!?"
"Cukup Tasya!" Devan tidak bisa membiarkan keributan ini berlanjut. Ini akan semakin membuat Ana sakit hati.
"Tuh kan, bahkan dia berani bentak calon tunangannya sendiri!" bela Tasya.
Teman-teman Ana berlari mendekat ke arah Ana. Mereka tiba dari lapangan basket setelah mendapat kabar sedang ada keributan di kantin. Mereka yakin keributan itu terjadi pada Ana. Dan ternyata dugaannya benar.
Devan menatap tajam Tasya. Tangannya mencengkram kuat lengan Tasya. "Gue udah bilang berkali-kali! Gue gak mau tunangan sama lo, karena gue emang nggak suka sama lo! Nggak ada sangkut pautnya sama Ana, paham!?"
Tasya tidak takut sama sekali. Bahkan ketika kedua temannya mengisyaratkan pada Tasya untuk menghentikan aksinya, ia malah mengabaikannya.
Tasya kembali menatap Ana. Masih sama, dengan tatapan kebencian. "Secara nggak langsung semua ini karena Ana! Kalo aja dia gak ada di dunia ini, gue bisa ngerasain semua kebahagian yang gue mau!" bentaknya.
Kebahagian memiliki keluarga yang utuh, kebahagiaan ketika semua keinginannya dengan mudah terpenuhi, kebahagiaan memiliki seorang kekasih yang sangat dicintainya. Semua ia bisa lakukan kecuali yang hal yang ke tiga itu.
Tapi, Tasya bersyukur. Ketika mendapat kabar akan dijodohkan dengan Devaniel Marvien, tanpa bertanya siapa cowok itu, ia sudah menganggukan kepala.
Dia menerima perjodohan ini bukan untuk membalas dendam pada Devan. Tasya benar-benar mencintai cowok itu dari pertama ia masuk sekolah.
Tasya senang bukan main ketika ia menjadi kekasih Devan waktu itu. Tapi ternyata, ia hanya korban ke-playboyan Devan semata. Dan kali, ia akan memanfaatkan perjodohan ini untuk mendapatkan Devan kembali.
Ana yang mendengar perkataan Tasya, melepas tangan Jessica yang masih berada dipergelangan tangannya. Tatapannya tertuju pada Taysa yang masih menatapnya. Ana paham dengan situasi ini. Tasya mengungkit kembali kejadian di masalalu.
"Belum puas sama apa yang lo lakuin selama ini?" tanya Ana.
Tasya menepis tangan Devan. Kini ia menghadap ke arah Ana yang ada disampingnya. "Belum! Kenapa?"
"Apa salah gue sampai lo benci sama gue, Tasya!?" tanya Ana membentak.
Tasya tertawa sinis, "Karena gue benci sama lo! Gue benci karena lo ada di dunia ini, Ana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
Teen FictionPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...