4. Gue anterin

223 18 1
                                        

Yang sekian tahun tak kunjung ada kabar, apakah ada kemungkinan datang lalu membalas perasaan?

Lebih baik dihukum panas-panasan atau lari mengelilingi lapangan sebanyak lima puluh kali daripada harus terbaring lemah di ranjang dan ruangan yang bernuansa biru ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lebih baik dihukum panas-panasan atau lari mengelilingi lapangan sebanyak lima puluh kali daripada harus terbaring lemah di ranjang dan ruangan yang bernuansa biru ini. Seorang gadis yang terkenal dengan tingkah gilanya, terbaring sakit disalah satu rumah sakit yang ada di ibu kota.

Melissa Anatsya, diagnosa menderita sakit tipes karena melewati hari tanpa makan kemarin.

Rasa bosan tengah menyelimuti dirinya karena selama dua hari penuh berada di rumah sakit. Selama itu pun dia merasa rindu dengan suasana kelas, suasana yang penuh dengan canda dan tawa karena tingkah gilanya sendiri.

Dalam posisi duduk di atas ranjang dengan bantal kepala yang ia jadikan untuk sandaran punggungnya, Ana melamun seorang diri. Namun rasa bosan itu perlahan hilang ketika seseorang dari luar tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi.

Ana terkejut, ia mendongakkan kepala lalu menoleh ke arah pintu.

"Ana lo apa kabar?!" Teriakan seorang perempuan dari arah pintu membuat Ana menatapnya tajam.

"Lo bisa lihat sendiri, kan?" Ana mengadahkan tangan di atas kakinya. "Kalo gue sehat, gue nggak bakalan ada disini, bego!"

Jessica— biang kerok kerusuhan barusan hanya menampilkan cengiran, melangkah mendekat ke arah Ana lalu naik ke ranjang yang sedang ditempati Ana dengan tampang tanpa dosa.

Suara berisik dari balik pintu terdengar kembali setelah Jessica sudah nyaman dengan posisinya, duduk bersila di depan kaki Ana yang mau tidak mau Ana tekuk, untuk memberi ruang pada Jessica yang duduk.

Lantas kedua perempuan itu menoleh ke arah pintu bersamaan dengan beberapa orang yang memakai seragam sama persis dengan Jessica masuk kedalam ruangan dengan rebutan.

"Gimana, Na? Udah baikan?" tanya salah satu laki-laki yang memiliki gaya rambut berjambul katulistiwa, dia berdiri di sebelah kanan ranjang Ana.

"Udah kok, bentar lagi paling dibolehin pulang."

Sedangkan yang lainnya berada di sisi lain Ana, seperti perempuan centil yang suka sama berbagai merk make up itu menyela. "Kelas sepi nggak ada lo tau nggak," ucapnya dengan nada dramatis.

Ana menoleh kearah perempuan itu yang berdiri disebelah kirinya. "Bakar kelas aja kalo mau rame."

Keasbunan Ana barusan sontak membuat seisi ruangan tertawa. Jessica pun tanpa sadar menepuk kaki Ana, menggelengkan kepala karena merasa heran dengan sikap Ana yang ada ada saja.

"Nggak ada yang malakin uang jajan gue pas lo nggak ada, Na." Laki-laki yang berdiri di depan kaki Ana seraya menyenderkan punggungnya di tepi ranjang berhasil mengehentikan tawa.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang