Selamat membaca...
🍂
Final pertandingan basket memasuki poin-poin kritis. Kelas 12 IPS 1 dan 12 IPS 5 adalah musuh bebuyutan. Dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas mereka selalu bertemu di final.
Dan kelas IPS 5 lah yang selalu menjadi juara bertahan. Untuk kesempatan kali ini kelas IPS 1 bertekad untuk memenangkan pertandingan.
Ana tengah duduk bersilah ditepi lapangan, dengan dagu yang ia tumpukan pada kedua tangannya.
Ana kebingungan harus mendukung siapa. Mendukung Devan atau kelasnya sendiri. Tapi tentu saja dia harus berbuat sportif. Ana harus jadi supoter terbaik demi kelasnya.
Lantas gadis itu berdiri, bersiap untuk memberi support pada teman-temannya yang tengah berjuang.
"Disini menang disana menang! dimana mana kita pasti menang!"
"Nggak papa kalah yang penting sombong!"
"IPS 1 semangat!!"
Teriakan Ana sontak membuat seluruh penonton menoleh ke arahnya. Gadis itu menderetkan giginya ketika semua mata tertuju padanya.
"Gue bantu," ucap Jessica seraya menepuk bahu kiri Ana.
"Gue juga ikut," ucap cewek lain di sebelah Jessica.
Ana dan Jessica menoleh bersamaan. Mereka berdua menyipitkan mata melihat Sasha tengah beridiri disampingnya.
"Eh centil, lo gak takut make up lo nanti luntur apa? disini panas banget loh," sindir Ana membuat Jessica tertawa.
Sasha mendengus kesal. Kenapa selalu saja dia diledek dengan make up-nya itu. Bukannya wajar kalau cewek dandan?
Jaman sekarang cewek cantik lebih di hargai daripada cewek yang hanya bermodal prestasi. Percuma pintar tapi jelek. Dan itu kenyataanya.
Menurut Sasha lohyaaa, bukan kata author hehehehehehe
"Kenapa sih, kalian selalu ngatain gue gitu? gue gak centil!" tanya Sasha mengerucutkan bibirnya.
Ana tersenyum hangat. Ia berjalan mendekati Sasha, "Sasha cantik, lo boleh dandan, tapi enggak disekolah. Nanti kalo dirumah atau kalo lo mau pergi kemana gitu,"
"Tapi di jaman sekarang, cewek cantik itu lebih dihargai. Lagian kalian bakal kaget liat wajah asli gue kalau enggak pake make up," setelah itu Sasha melangkah pergi meninggalkan lapangan basket dengan mata berkaca-kaca.
Ana dan Jessica menatap punggung Sasha dengan raut wajah khawatir. Apakah omongan Ana ada yang salah? Ada apa sebenarnya dengan Sasha?
Melissa Anatsya dan Jessica Wulandari memang tidak terlalu ambisius dengan benda yang bernama make up.
Karena memang tidak diperbolehkan di pakai di lingkungan sekolah, jadi harus menaati peraturan tersebut. Wow! Kenapa guru-guru tidak tahu ini. Mereka selalu saja mengenal kedua gadis itu dengan tingkah jeleknya saja.
Memang benar kata orang-orang. Lebih mudah mengingat kesalahan orang lain dari pada kebaikannya.
Bukan berarti mereka berdua tidak suka make up. Mereka akan tetap dandan diwaktu dan tempat yang tepat. Meskipun mereka tidak memakai make up disekolah, tapi mereka masih tetep cantik. Buktinya ada dua cowok yang suka sama mereka.
"Kenapa dia?"
Ana mengedikkan bahu. "Gak tahu"
Kini pandangan kedua gadis itu teralih kembali ke tengah lapangan. Tepat ketika Ana menoleh, Devan berhasil memasukan bola basket ke dalam ring. Dan itu membuat kelas Devan memenangkan pertandingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
JugendliteraturPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...