39. Terungkap

42 1 0
                                    

Kalian bisa nemu cerita ini darimana?

Kalian baca part ini jam berapa?

Suka nggak sama ceritanya?

Selamat membaca!

🍂

Lisa duduk di kursi samping ranjang rumah sakit. Tangannya tak berhenti mengusap rambut putrinya yang tengah terbaring lemah. Dari pemeriksaan tadi siang hingga hari sudah malam ini, Ana belum juga menyadarkan diri.

Devan dan Aldito sudah pergi dari rumah sakit setelah Lisa yang memintanya. Awalnya Devan ingin terus tetap menjaga Ana, tapi Lisa memintanya pulang untuk membersihkan badannya terlebih dulu.

"Mama janji, Melissa,"

Lisa mengajak ngobrol Ana meskipun ia tahu Ana tidak akan meresponnya.

"Mama janji akan nyari papa kamu. Mama akan minta dia buat donorin darah buat kamu, sayang,"

"Mama janji akan melakukan apapun demi kesembuhan kamu. Kamu yang kuat, ya, sayang. Mama ngga bisa bayangin hidup tanpa kamu. Cuma kamu satu-satunya yang mama punya,"

Tangannya menurun menggenggam tangan Ana yang bebas jarum infus. Hatinya terasa sesak melihat anak semata wayangnya ini lemah tak berdaya.

Kenapa kebahagiaan selalu menghindar darinya, apa salah anaknya hingga dia tidak bisa merasakan kebahagiaan sekali saja.

Setelah dikecewakan oleh cinta pertamanya, dia harus kembali merasakan sakitnya ketika harus memilih diantara hidup atau perasaannya. Memilih hidupnya dengan menghindari Devan dan harus merelakan perasaannya.

"Maafin mama belum bisa jadi mama yang baik buat kamu,"

Setelah dua jam berlalu, Ana tak kunjung juga sadarkan diri. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Lisa setia menemani anaknya. Bahkan sudah berkali-kali dia menguap karena kantuk, tapi dia enggan untuk tidur. Takutnya ketika dia tidur, Ana bangun memerlukan sesuatu.

Pintu kamar rumah sakit terbuka, menampakkan Devan yang masuk sendirian membawa satu kantong plastik. Ia menghampiri Lisa yang masih duduk disamping brankar yang ditempati Ana.

"Bibi," sapa Devan.

Lisa menoleh kebelakang, "Devan? ngapain kesini malem-malem?"

"Bibi belum makan kan dari sore? Ini aku bawain makanan buat bibi, bibi makan dulu ya," kata Devan menyodorkan kantong plastik yang ia bawa.

Lisa memang belum sempat makan daritadi. "Tapi Ana.."

"Ijinin Devan buat jagain Ana, Bi," Devan membantu Lisa untuk bangun dari duduknya. Ia membawa Lisa ke sofa yang tersedia disana.

"Bibi makan dulu, kalo Ana tau bibi ga makan, Ana pasti sedih,"

Devan membuka kantong plastik yang ia bawa. Dia menyempatkan diri membeli makanan di jalan ketika perjalanan ke rumah sakit tadi.

"Nah, Bibi makan ya,"

Lisa mengangguk, kemudian melahap makanannya.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang