PROSES REVISI
"Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan."
- Devaniel Marvien.
"Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun."
- Melissa Anatsya.
_________________...
Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya tidak harus memiliki alasan.
- Devan-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sinar matahari pagi menghangatkan tubuh seorang gadis yang tengah tertidur pulas. Dia enggan bangkit dari posisi ternyamannya itu.
Waktu tidak berselang lama, ketika bunyi gedoran pintu dari luar terdengar membuat gadis itu terpelanjak dari tempat tidurnya.
"Ana, udah siang. Bangun!"
Teriakan dari sang mama membuat gadis bernama Ana itu bangkit dari ranjangnya. Dia berjalan gontai ke arah pintu.
"Jam berapa?" tanya Ana setelah membuka pintu kamarnya.
"Udah jam setengah tujuh."
Ana kembali masuk ke dalam kamar setelah mendengar jawaban dari mamanya. Setengah tujuh? Berarti gerbang sekolah akan ditutup tiga puluh menit lagi.
Gadis itu meraih handuk dan seragam sekolah yang ada di gantungan belakang pintu kamarnya, lalu keluar dari kamar menuju kamar mandi yang berada dibelakang dapur.
Tidak membutuhkan waktu lama, gadis itu sudah siap dengan seragamnya dan hanya tinggal memakai sepatu. Ia duduk disalah satu kursi yang berada disebelah meja makan.
"Anak perawan baru bangun, pamali!" desis seseorang seraya menarik kursi lainnya.
Ana menghentikan kegiatan mengikat tali sepatunya, lalu menoleh kearah sumber suara.
"Dosa gue nggak sebanyak dosa lo, jadi nggak usah sok jadi orang!" Ana melanjutkan kembali mengikat tali sepatunya. Setelah selesai, ia bangkit dari posisinya dan beranjak keluar dari rumah besar itu melalui pintu garasi.
Devan hendak mengambil roti selainya, tapi ia urungkan ketika melihat Ana yang sudah menghilang dari balik pintu garasi itu. Devan bangkit dari posisinya, lalu melenggang pergi menyusul Ana.
Devan mengeluarkan mobil dari gerbang rumahnya, memutarnya ke arah jalan keluar dari komplek perumahan. Dia melihat gadis yang memakai seragam sama seperti dirinya tengah berdiri ditepi jalan raya. Lalu ia mengehentikan mobilnya tepat didepan gadis itu berdiri.
"Masuk," perintahnya pada Ana setelah membuka jendela mobil sebelah kiri.
"Gue?" tanya Ana menunjuk diri sendiri.
"Iya, nggak usah besarin gengsi dan keras kepala lo itu. Sekarang udah siang dan hari ini upacara," ucap Devan mengingatkan.
Tidak ada pilihan lain untuk Ana. Daripada menunggu ojek online atau angkutan lain yang membutuhkan waktu lama, lebih baik ia menurunkan gengsinya dan memilih ikut dengan Devan.
Ana masuk ke dalam mobil Devan, lalu memasangkan seat belt pada tubuhnya.
"Harusnya lo bersyukur punya majikan sebaik gue," ucap Devan seraya menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.