14. One day

71 4 0
                                    

Aku kasih musik nih, biar tambah gimana gitu wkwk.

Selamat membaca...

🍂

Devan tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Sesekali ia melirik kearah samping. Seorang cewek yang duduk di jok samping kemudi, sedari tadi hanya diam. Memandang ke arah luar jendela sebelah kiri.

Devan bingung, sejak dia menjemput Ana dikelasnya tadi, gadis itu hanya diam saja. Bukan seperti Ana yang biasanya. Ana yang biasanya cerewet. Selalu marah-marah tanpa sebab. Tapi sekarang, gadis itu berubah menjadi pendiam.

"An, lo kenapa sih?"

Ana enggan menjawab pertanyaan Devan. Ia masih setia diposisinya.

"Lo sakit? tumben lo diem aja?"

Gadis itu tetap diam. Tidak menoleh ke arah Devan sama sekali.

"Lagi PMS ya?"

"Biasanya kalau cewek PMS itu kalo gak banyak ngomong ya suka marah-marah gak jelas,"

"Tapi kalo lo kebalikannya. Lo emang beda dari yang lain, An" ucap Devan masih dengan fokus menyetir.

Ana memanyunkan bibirnya ketika mendengar ocehan Devan tentang cewek PMS. Devan playboy, kenal cewek sana sini, deket sama banyak cewek, jadi tidak heran jika dia tahu banyak tentang cewek.

"Ana, lo sari--"

"Lo punya pacar ya?!" tukas Ana cepat seraya menoleh ke arah Devan.

"--awan," sambung Devan menggelengkan kepala. Devan mengerutkan keningnya, kenapa tiba-tiba Ana menanyakan tentang itu.

Devan menoleh ke arah Ana. "Nggak, untuk saat ini gue nggak punya pacar, kenapa?"

"Bohong! terus siapa tadi yang dikantin?"

"Dikantin?"

"Ya! Istirahat pertama."

Devan membulatkan mata, bibirnya menahan senyum. Gadis yang berada disampingnya itu bukan sedang PMS, melainkan tengah cemburu.

Devan tidak menjawab pertanyaan Ana, membuat Ana semakin cemberut. Gadis itu mengalihkan pandangannya, ia kembali ke posisi awal. Kedua tangannya ia silangkan diatas perut.

Devan menghentikan mobilnya ditepi jalan. Tanpa sepatah katapun cowok itu keluar begitu saja dari dalam mobil.

Ana yang masih berada didalam mobil semakin mendumel. Cowok itu tidak memiliki kadar kepekaan sama sekali. Ana jadi ragu jika Devan itu playboy tingkat akut.

Tapi sedetik kemudian, Ana menyadari sesuatu. Kenapa ia jadi mendadak berubah sikap begini?

Ada apa dengannya? Jika benar cewek tadi pagi itu pacar Devan, apa masalahnya? Ana menyadari pertanyaan konyol tadi yang ia tanyakan pada Devan.

"Gue kenapa? ngapain coba gue nanya itu tadi, bodoh, bodoh, bodoh!" ucap Ana seraya memukul kecil kedua pelipisnya dengan tangannya.

Ana menghentikan aksinya ketika melihat Devan masuk ke dalam mobil kembali dengan membawa kantong plastik yang berada ditangannya.

Lantas Ana langsung menyenderkan kepalanya, lalu memejamkan matanya berpura-pura untuk tidur.

"Nggak usah pura-pura tidur, nih makan,"

Ana membuka matanya perlahan. Gadis itu melihat Devan tengah menatapnya seraya menyerahkan sebuah steorofom. Sial! susah juga bohongin Devan.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang