14. One day

105 4 0
                                        

Devan mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata, selama perjalanan ini ia sesekali ia melirik kearah samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Devan mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata, selama perjalanan ini ia sesekali ia melirik kearah samping. Seorang perempuan yang duduk di kursi sebelah kemudi itu sedari tadi hanya diam menatap ke arah luar jendela sebelah kiri.

Devan bingung, sejak menjemput Ana di kelasnya tadi, perempuan itu sama sekali tak membuka suara, tidak seperti pada biasanya. Ana yang biasanya banyak bicara, sering mengumpat, marah-marah tanpa sebab itu berubah menjadi perempuan pendiam.

Seolah kesabarannya mulai habis, Devan melirik Ana sekilas. "Lo kenapa sih?"

Ana enggan menjawab pertanyaan Devan, ia tetap diam di posisinya.

"Lo sakit? Tumben diem aja?"

Perempuan itu tetap diam, tidak menoleh ke arah Devan sama sekali.

"Lagi datang bulan, ya?" tebak Devan kemudian, sungguh tidak mengenyangkan jika Ana mendadak diam seperti ini. Devan lebih senang ketika perempuan itu banyak bicara, mendebat apapun yang Devan katakan. "Biasanya kalau cewek yang lagi kedatangan tamu itu kalau nggak banyak ngomong ya suka marah-marah nggak jelas, tapi lo justru kebalikannya. Lo emang beda dari yang lain."

Ana memanyunkan bibirnya ketika mendengar ocehan Devan tentang perempuan ketika mengalami datang bulan. Jangan lupa kalau Devan itu playboy, sudah pasti mengenal banyak perempuan, sudah pasti mengerti seluk-beluk perempuan, jadi tidak heran jika dia tahu banyak tentang perempuan.

"Ana, lo saria-"

"Bisa diam nggak?!" tukas Ana pada akhirnya, ia menoleh ke arah Devan, menatapnya tajam. "Iya tahu iya yang kenal banyak cewek, iya tahu iya yang paham banget soal cewek. Dan yang terakhir, iya gue tahu kalau sekarang lo udah punya cewek baru."

Devan mengerutkan keningnya, tak memahami arah pembicaraan Ana yang tiba-tiba membahas pasangan. Devan menoleh ke arah Ana. "Nggak, untuk saat ini gue nggak punya pacar?"

"Bohong banget! Terus apa itu tadi di kantin?"

"Di kantin?" tanya Devan memastikan.

Ana mendengus. "Iya, istirahat pertama."

Devan melebarkan matanya, bibirnya menahan senyum. Perempuan yang berada di sampingnya itu bukan sedang kedatangan tamu bulanan melainkan tengah cemburu.

Devan tidak menjawab pertanyaan Ana yang justru membuat perempuan itu semakin mengerucutkan bibirnya. Ana mengalihkan pandangannya, kembali ke posisi awal menatap jendela dengan kedua tangan yang bersedekap di dada.

Devan menghentikan mobilnya di tepi jalan, tanpa sepatah katapun laki-laki itu keluar begitu saja dari dalam mobil.

Ana yang masih berada di dalam mobil semakin ngedumel, laki-laki itu tidak memiliki kadar kepekaan sama sekali, Ana jadi ragu jika Devan itu termasuk playboy tingkat akut.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang