"Sekedar suka atau terlanjur cinta, tak ada alasan untuk tidak bisa merasakannya."
- Devaniel Marvien -
Jika Devan bisa beranggapan begitu, Ana juga bisa membantahnya agar tidak jatuh terlalu dalam.
"Devan itu playboy, dia bisa mengatakan kalimat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak seperti biasanya, pagi ini, di tempat duduknya di dalam kelas, Ana merenung ketika mengingat kejadian semalam. Yang biasanya membuat kelas pagi menjadi gaduh adalah dirinya, kali ini hanya keheningan yang terjadi. Tentu saja dengan sikap Ana yang demikian, teman-temannya melirik kebingungan.
Dibangku nomer dua dari belakang, sebelah jendela, dengan tas sekolah yang masih berada di atas meja, Ana tumpukan kepalanya di atas tas tersebut. Menutup telinga kanan dan kiri dengan kedua tangannya, Ana berusaha mencoba menghilangkan bayang-bayang kejadian semalam.
Kejadian yang membuat Ana kehilangan harga dirinya. Harga diri yang sudah dia jaga-jaga untuk suaminya kelak, telah direnggut oleh si kutu kupret Devan sialan itu. Kekesalan yang menggerogoti hati dan pikirannya ia lampiaskan dengan menggebrak meja.
"Bangsat! First kiss gue!"
Teriakan Ana berhasil menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di dalam kelas. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi yang dimana hampir keseluruhan teman kelas Ana sudah berada di dalam kelas, yang dimana menandakan pelajaran pertama akan dimulai. Ana memberanikan diri untuk menatap satu persatu temannya yang merasa terkejut dengan tingkahnya yang tiba-tiba, ketika tatapannya mengarah pada teman-temannya, Ana mendapat tatapan keheranan dari mereka.
Seluruh penghuni kelas terus menatap ke arah Ana dengan sejuta pertanyaan. Tidak ingin dianggap aneh atau dipikirkan yang tidak-tidak, Ana menggelengkan kepalanya, meyakinkan teman-temannya untuk tidak memikirkan sesuatu yang bukan-bukan.
"Ng—nggak, bukan seperti yang kalian pikirkan." Ana berusaha mengelak, semoga saja teman-temannya tidak terus kepikiran dengan teriakannya tadi. "Semalem gue mimpi pangeran nyium gue, ah iya, gue mimpi jadi Cinderella terus ada pangeran datang tiba-tiba nyium gue waktu gue tidur," alibinya dengan menganggukkan kepala.
Hembusan napas panjang terdengar di dalam ruangan setelah mendengar alasan klise dari Ana. Dan hebatnya, seluruh penghuni kelas langsung percaya begitu saja, tidak ada komentar dari yang lainnya
Ana bisa bernapas lega sekarang, namun juga baru sedetik, kelegaan itu hilang ketika dengan tiba-tiba seseorang menepuk bahu kirinya. Ana menoleh ke samping, alis kirinya terangkat.
Siapa yang bisa percaya begitu saja dengan alibi Ana itu. Bukannya yang dicium waktu tidur itu adalah Putri salju, sedangkan mimpi Ana, ia menjadi Cinderella. Entah teman-temannya yang terlalu bodoh mudah dibohongi atau Ana yang terlalu pintar mencari alibi.
Ana mendengus sebal, untuk sahabatnya satu ini, sulit sekali untuk dibohongi. Tidak pernah bisa ia menyembunyikan sesuatu dari Jessica apalagi dengan ekspresi yang ditunjukkannya, seolah Jessica bisa membaca Ana lewat ekspresi Ana. Termasuk untuk hal satu ini, tentang kejadian semalam, sepertinya ia juga harus ceritakan pada Jessica agar perempuan itu tidak terus meneror karena penasaran. Ana mengisyaratkan Jessica untuk mendekat yang langsung dilakukan oleh Jessica.