10. Pulang bareng

114 14 0
                                    

Mood tiba-tiba ancur gatau kenapa!
Banyak ide buat lanjutin ini cerita tapi bingung pas udah mau ngetik.
Gataulah kalo ini cerita makin absurd.
Kalo ada yang baca ya syukur, kalo enggak ya ngelus dada. SABAR!

Suka atau tidak sama cerita ini, tergantung sama kalian sendiri.
Gw cuma ngetik apa yang ada diotak gw.

Satu yang gw tahu. "Menulis cerita ternyata lebih susah daripada menghalu".
Ya iyalah! Menghalu mah tanpa mikir, bablas sesuka hati mau bayangin apa aja! Hhahaha

🍂

Langkah Ana terburu-terburu ketika melewati koridor yang berisikan geng rumpi itu. Salahkan saja pada Devan yang memaksanya untuk berangkat sekolah bareng. Kejadian langka untuk seorang Devan berangkat sekolah bareng cewek. Bahkan mungkin ini baru pertama kalinya.

Devan memang playboy, tapi ini pertama kalinya dia datang ke sekolah bersama cewek. Biasanya dia hanya mengantar cewek ketika dia pulang sekolah saja.

"Ana siapanya Devan?"

"Kok mereka bisa berangkat sekolah bareng?"

"Apa mereka saling kenal? padahal gue nggak pernah liat dia deket sama tuh cewek,"

"Lah Devan kan playboy, cuma sekedar berangkat sekolah bareng cewek itu mah gampang,"

"Tapi ini Ana loh, Ana anak IPS 1"

"Mungkin dia korban Devan selanjutnya,"

Ana menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat terakhir. Ia menoleh, menatap sosok yang berani mengatakan kalimat itu.

"Bisa gak, pagi-pagi gak usah gibahin orang!"

Emosi Ana terlsulut, ini tidak bisa dibiarkan. Dia tidak mau dikatakan sebagai korban ke-playboyan seorang Devan.

Pandangan Ana teralih pada sosok cewek yang sedang menyenderkan punggungnya ke tiang teras kelas itu. Cewek itu tengah menatapnya dengan senyuman sinis, seperti sedang mengejek Ana bahwa ia akan jadi korban Devan selanjutnya.

"Apa? mau bongkar rahasia gue yang dilorong itu? Silahkan!" ucap cewek itu menantang.

Ana yang sedari tadi menatap tajam cewek itu, kini keningnya berkerut. Kenapa cewek itu tidak takut sama sekali. Kenapa cewek itu malah menyuruh Ana membongkar rahasianya. Tapi bukan Ana jika dia harus kalah.

"Kenapa lo nggak takut gue bongkar rahasia lo itu?" Ana tersenyum sinis. "Oh gue paham, lo ditinggal Devan ya? Devan mencampakkan lo, kan? Kasihan"

Ana mengibaskan rambutnya ke belakang, lalu berbalik hendak melanjutkan langkahnya. Namun, sebelum dia benar-benar melangkah, gadis itu tersenyum.

"Gue gak akan pernah jadi korban Devan seperti lo, Tasya Rosdiana!"

Cewek bernama Tasya Rosdiana itu membulatkan matanya. Ucapan Ana berhasil membuat dirinya naik darah. Dia merubah posisinya menjadi berdiri tegak, menatap punggung Ana yang perlahan menjauh. Bahkan dia hendak mengejar Ana namun niatnya terurungkan karena ditahan oleh teman-temannya.

Tasya Rosdiana. Cewek yang terkenal dengan wajah cantiknya. Wajah cantik karena berkat polesan make up, namun masih terlihat natural karena ia pandai merias wajah.

--

"Bos preman kelas kita bentar lagi udah nggak jomblo nih,"

Ana yang sedang berpura-pura tidur di atas mejanya itu lantas mendongak, menatap seseorang yang tiba-tiba duduk di depannya.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang