🎶 Play song : Saat kau pergi - Vagetoz
🍂
Kenzo merutuki kebodohannya sendiri. Ana tidak tahu apapun tentang dirinya. Gadis itu tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya. Ana pun tidak tahu apa yang kini tengah ia rasakan. Tapi apa yang sudah dia lakukan beberapa waktu yang lalu, membuat Ana merasa takut dengan sikapnya.
Kenzo yang tengah menatap jalanan di depannya itu, menghela napas kasar. Kembali lagi, dia menyakiti hati seseorang yang bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kenzo memutarbalikan arah mobilnya. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan lebih cepat dari sebelumnya. Berharap gadis itu masih berada di tempatnya.
Setelah sampai di tempat dimana dia menurunkan Ana dengan paksa, ia bisa bernapas lega karena melihat Ana tengah duduk di trotoar tepi jalan sambil minum es krim.
Kenzo turun dari mobilnya lalu mendekat ke arah Ana. Sontak Ana merasa terkejut. Kenapa cowok itu datang lagi?
"Ana," panggil Kenzo berdiri di depan Ana.
Ana yang masih duduk itu, mendongakkan kepalanya. "Kenapa?"
"Gue minta maaf buat yang tadi. Gue nggak bermaksud marahin lo, gue cuma.." ucap Kenzo menggantung.
"Santai aja, mau?" tanya Ana memotong ucapan Kenzo seraya menyerahkan satu es krim ke arahnya.
"Lo-- "
"Tadinya gue beli dua buat mama gue yang satu. Tapi kayanya nggak mungkin deh bisa sampai rumah. Keburu mencair nanti," potong Ana terkekeh menatap Kenzo.
Kenzo tersenyum. Ada saja tingkah gadis di depannya itu. Selalu bisa menghangatkan suasana kembali. Kenzo jadi merasa bersalah.
Kenzo meraih es krim yang di beri Ana. Lalu merubah posisinya, ikut duduk disamping Ana. Kedua kakinya ia tekuk dan membiarkan sikunya bertumpu pada lutut.
"Gue nggak pernah akur sama bokap," ucap Kenzo tiba-tiba.
Ucapan Kenzo sontak membuat Ana menoleh ke aranya. Sementara cowok itu menatap ke depan dengan tatapan yang sulit diartikan. Ana tidak menanggapi perkataan Kenzo. Ia lebih memilih diam menunggu Kenzo melanjutkan ucapannya.
"Dia berkhianat dari mama gue. Dia selingkuh sama wanita lain dan lebih parahnya lagi, dia nggak mau ceraiin mama gue juga nggak mau mutusin hubungan sama selingkuhannya," lanjut Kenzo.
Mengingat itu, Kenzo ingin sekali membunuh pria yang seharusnya ia sebut 'papa'. Bagaimana dia tidak ingin membunuhnya. Rasa sakit yang dirasakan dirinya dan mamanya selama ini terlalu dalam karena pria itu.
Kenzo menoleh ke arah Ana. "Lo tahu papa gue selingkuh sama siapa?" Ana menggeleng pelan. Kenzo kembali melanjutkan pembicaraannya. "Sama mamanya pacar gue," ucapnya santai. Seakan semua beban harus ia tumpahkan sekarang juga.
Sontak Ana membulatkan matanya tak percaya. Sekarang ia paham apa yang di rasakan Kenzo dan Diana. Karena ia juga merasakannya. Bedanya, papa Kenzo tidak meninggalkan Kenzo seperti papanya sendiri.
Namun apa yang dirasakan Kenzo jauh lebih sakit, ketika mengingat bahwa papanya juga tidak memutuskan hubungan dengan selingkuhannya.
"Terus sekarang, bagaimana kabar mereka? Papa lo, pacar lo?" tanya Ana hati-hati, ia takut Kenzo marah kembali ketika ia salah bertanya. Namun di luar dugaan, Kenzo menjawabnya dengan tenang.
"Papa gue pulang seminggu sekali. Dia datang cuma sekadar menemui mama terus pergi lagi," jawab Kenzo. Ia menyibak rambutnya kasar. "Untuk pacar gue, ah lebih tepatnya mantan pacar gue. Dia lebih mengalah demi mamanya, padahal udah jelas yang dia pilih itu kesalahan besar,"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
Teen FictionPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...