11. Pulang bareng (2)

102 14 0
                                    

Selamat membaca ...

🍂

Senyum yang tersungging dibibir Ana, sedetikpun tidak pernah luntur. Bagaiamana tidak bahagia diajak pulang bareng sama orang yang dikagumi? Senang bukan main tentu.

Senyumnya perlahan memudar ketika seseorang yang Ana kagumi itu bersuara.

"Mau jalan dulu, apa langsung pulang?"

Ingin sekali Ana menjawab 'jalan', namun ia urungkan dengan cepat. Jika ia pulang terlambat bukan dimarahin ibunya, tapi majikannya. Dia tidak ingin menambah masalah yang sudah ada.

"Langsung pulang aja deh" jawab Ana dengan tersenyum kembali.

Kenzo mengangguk. Lalu mengusap ujung kepala Ana dengan lembut menggunakan tangan kirinya.

Sontak Ana membulatkan mata tak percaya. Apa yang Kenzo lakukan barusan? Wajah Ana memerah bak kepiting rebus siap disantap.

"Omongan gue waktu itu, udah ada jawaban?" Kenzo kembali bersuara. Membuat senyum Ana kembali luntur.

"Belum"

"Ya udah, gak apa-apa"

Kenzo akan bersabar kali ini. Tidak tahu sebenarnya apa yang membuat Ana tidak bisa mengiyakan permintaannya begitu saja.

--

Baru saja Ana melangkah masuk ke dalam gerbang rumah majikannya, tiba-tiba sebuah mobil datang. Dan Ana tahu siapa di balik mobil itu. Dengan berinisiatif diri, ia membukakan pintu gerbang agar mobil itu bisa masuk.

Setelah itu Ana menutup kembali pintu gerbang rumah. Ketika ia hendak melanjutkan langkahnya, ia melihat Devan yang keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah begitu saja.

Bukan seperti Devan biasanya. Kenapa hari ini dia cuek pada Ana. Tapi Ana tidak ingin memikirkan yang aneh-aneh. Bukannya malah jadi baik jika Devan bersikap seperti ini. Ana menggeleng setelah itu masuk ke dalam rumah.

Setelah mengganti seragam sekolah dengan pakaian rumah, Ana memutuskan untuk menyiram tanaman yang ada di teras. Gadis itu mengambil selang lalu ia semprotkan pada tanaman yang ada disana.

Sesekali Ana bersenandung ria dengan selang yang ada ditangannya itu ia gunakan sebagai microfon.

"So look me in the eyes, tell me what you see, perfect paradise tearing at the seams!!"

Devan tengah berada di balkon kamarnya. Suara gadis yang tengah bernyanyi, menganggu niatnya untuk mencari udara segar di luar kamar.

Devan mencari sumber suara. Ia menundukkan kepala dan melihat ke arah teras rumah, lalu menemukan Ana yang tengah bernyanyi seraya menyiram tanaman.

"Wish I could escape, i don't wanna fake it, wish I could erase it, make your heart believe!!"

Di sela Ana bernyanyi, sesekali gadis itu juga melenggak-lenggokkan badannya. Berjoget seadanya, sebisanya.

Devan yang melihat Ana berjoget dengan kaku, ia tertawa. Bahkan yang awalnya hanya tersenyum, ia tertawa sampai terbahak.

Rasa kesal karena melihat Ana pulang sekolah bersama Kenzo, mendadak hilang ketika ia melihat kejadian ini.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang