42. Takdir

60 1 0
                                        

Play song : Seluruh Nafas Ini - Last Child ft. Giselle

Lagunya deep bgttttt :(

🍂

Ana bersama Aldito bergegas menuju bandara setelah mendapat informasi bahwa Devan akan segera terbang ke Jepang.

Dengan baju pasien yang masih melekat ditubuhnya, Ana memegang erat seatbelt saat Aldito mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Mengejar waktu karena pesawat yang akan ditumpangi Devan take off tiga puluh menit lagi dari sekarang.

Sementara perjalanan dari rumah sakit menuju bandara membutuhkan waktu sekitar lima belas menit. Namun dengan kecepatan tinggi yang Aldito lakukan, berharap dia bisa sampai bandara sebelum Devan benar-benar pergi.

"Al, gue bingung," kata Ana dengan raut wajah takutnya.

"Kenapa?"

Ana menggelen. Hidupnya penuh dengan tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa seolah dunia tau semua sementara dirinya tidak sama sekali.

Mulai dari pernikahan kedua orangtuanya yang berantakan karena sang mama dituduh selingkuh oleh suaminya sendiri. Meskipun waktu itu Ana masih dibilang anak kecil, namun ingatan tentang kata "selingkuh" selalu terngiang dibenaknya.

Waktu itu ia belum paham, apa arti dari kata selingkuh sebelum akhirnya ia baru mengerti setelah menginjak di sekolah menengah pertama.

Ana selalu bertanya, sebenarnya perselingkuhan itu benar adanya atau hanya sekedar tuduhan. Tapi ia tidak tahu, hanya dengan mendengar cerita dari mamanya ia percaya begitu saja.

Kedua, Papaya yang tidak mengakui dirinya sebagai anak kandung membuat dirinya kembali bertanya-tanya. Jika dia bukan anak kandung dari Galih, kenapa golongan darah mereka bisa sama.

Perihal perjodohan. Jika dirinya memang anak kandung dari Galih, dia lah yang seharusnya dijodohkan dengan Devan. Namun kenapa Galih bersikukuh menganggap bahwa Tasya anak kandungnya dan Tasya yang akan dijodohkan dengan Devan. Setidaknya kalau Galih tidak mau mengakui dirinya sebagai anak kandungnya, akui juga bahwa Tasya bukan anak kandungnya.

Kenapa seolah dunia tidak adil pada dirinya.

Tentang perasaan dirinya pada Devan. Dia selalu menanyakan pada dirinya, apakah dia bener-bener mencintai Devan atau hanya sekedar ingin membalas kebaikan yang keluarga Devan berikan.

Devan terlalu abu-abu bagi dirinya. Kadang Devan terlihat seperti sangat mencintainya, tapi juga terkadang menyepelekan dirinya begitu saja.

"Semua yang bikin lo bingung bakal terjawab, An." ucap Aldito lagi karena Ana hanya diam.

Ana menoleh ke arah Aldito. "Kapan, Al?" tanyanya lesu.

"Nanti, kalo udah waktunya,"

Ana mendengus. Kalimat barusan yang terlontar dari mulut Aldito hanya penenang sementara. Semua pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dibenaknya tidak akan terjawab dengan mudah begitu saja.

Dia sudah melalui banyak proses. Namun tak ada sedikitpun jawaban yang bisa ia dapatkan dengan kebenaran yang nyata.

"Kalo semisal kita telat, terus Devan udah pergi, apa yang bakal lo lakuin?" tanya Aldito tanpa menoleh ke arah Ana.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang