29. Rumit

56 5 2
                                    

🎶 Play song : Tanya hati - Pasto

[ Gak ada kaitannya lagu sama bab ini. Cuma lagi suka aja denger lagunya, liriknya itu hmmm, mewakili hati. Eh, jadi curhat. ]

[ Pas nih lagunya buat yang lagi galau, hehe ]

🍂

Praduga Devan ternyata salah yang mengira gadis itu kencan dengan pacarnya. Ana hanya menghadiri pesta ulang tahun temannya. Yang tidak lain ialah Raka.

Devan merutuki kebodohannya. Sedari tadi tangannya mengusap rambutnya dengan kasar. Devan tidak bisa membayangkan bagaimana takutnya Ana waktu kejadian tadi.

Devan melirik wajah Ana sekilas. Rasa bersalahnya bertambah ketika melihat mata Ana yang sembab. Apalagi kenyataan yang sebenarnya terjadi, bukan seperti apa yang ia pikirkan. Ia mengingat kembali percakapannya dengan Jessica tadi.

"Jadi, Ana pergi ke acara Raka bukan dinner sama Kenzo?"

"Iyalah, kata siapa Ana dinner sama Kenzo? Tapi bener kan, Ana baik-baik aja?"

Devan mengusap wajahnya kasar, "Ana baik-baik aja. Buruan pulang, gak baik cewek keluar malam-malam!"

"Iya-iya, bentar lagi gue pulang. Udah ya, gue di panggil Raka nih, gue kabari nyokapnya Ana setelah ini. Jagain Ana baik-baik, awas lo macem-macem!"

Devan kembali menatap wajah Ana. Sesekali ia membenarkan rambut Ana yang menutupi wajahnya. Devan lalu bangkit dari posisinya untuk mengambil air putih dan mencari minyak kayu putih atau semacamnya yang mungkin bisa membangunkan gadis itu dari pingsannya.

Setelah menemukannya, Devan meletakan air putih diatas nakas. Lalu mendekatkan minyak kayu putih di depan hidung Ana. Ia duduk di samping gadis itu yang tengah terbaring.

Beberapa saat kemudian, Ana mengerjapkan matanya berulang kali. Pandangan yang awalnya samar semakin jelas ketika ia bisa benar-benar melihat wajah Devan yang berada di depannya.

Melihat Ana yang sudah membuka mata dan mau bangkit dari posisinya, dengan segera Devan membantu gadis itu untuk duduk, bersandar pada bahu ranjang.

"Minum dulu,"

Ana meraih gelas yang berisi air itu dari tangan Devan. Lalu ia tengguk air minum tersebut hingga setengah.

"Sekarang lo istirahat. Tidur, udah malem," titah Devan seraya kembali membantu Ana untuk berbaring. Namun Ana menahan tangannya.

"Kita dimana?" tanya Ana setelah mengamati kamar yang kini ia tempati. Ruangan ini begitu tidak asing baginya. Ia pernah datang kesini berulang kali bersama sahabatnya.

"Apartemen Jessica,"

Ana mengerutkan keningnya, "Kok bisa kita ada disini?" tanyanya kebingungan.

Ana merasa lebih tenang setelah minum air yang di beri Devan. Seakan ia sudah melupakan kejadian beberapa jam yang lalu. Tapi, darimana Devan bisa masuk ke dalam apartemen Jessica sementara gadis itu masih berada di pesta pacarnya.

"Gue bisa masuk kapanpun dan sesuka gue. Jessica sepupu gue jadi gue bebas keluar masuk apartemennya," jelas Devan membuat Ana membelalakan matanya tak percaya. Devan sama Jessica saudara sepupu? Sejak kapan?

"Se-pupu? Kok gue baru tahu,"

"Jessica sama gue gak pernah akur dari dulu. Dia pernah tinggal sama gue waktu kecil, tapi karena kita sering bertengkar dia milih tinggal sendiri di apartemen ini," jelas Devan.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang