"Sekedar suka atau terlanjur cinta, tak ada alasan untuk tidak bisa merasakannya."
- Devaniel Marvien -
Jika Devan bisa beranggapan begitu, Ana juga bisa membantahnya agar tidak jatuh terlalu dalam.
"Devan itu playboy, dia bisa mengatakan kalimat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Praduga Devan ternyata salah yang mengira Ana tengah berkencan dengan kekasihnya, ternyata perempuan itu hanya menghadiri pesta ulang tahun temannya. Devan berkali-kali merutuki kebodohannya sendiri, sedari tadi tangannya menyibak rambutnya dengan kasar. Devan tidak bisa membayangkan betapa takutnya Ana waktu kejadian tadi.
Devan melirik sekilas wajah Ana, rasa bersalahnya bertambah ketika melihat kedua mata Ana yang sembab, apalagi ketika ia mengingat kembali percakapannya dengan Jessica tadi.
"Jadi, Ana pergi ke acara Raka bukan dinner sama Kenzo?"
"Iyalah, kata siapa Ana dinner sama Kenzo? Tapi bener kan, Ana baik-baik aja?"
"Ana baik-baik aja. Buruan pulang, nggak baik cewek keluar malam-malam!"
"Iya-iya, bentar lagi gue pulang. Udah ya, gue di panggil Raka nih, gue kabari nyokapnya Ana setelah ini. Jagain Ana baik-baik, awas lo macem-macem!"
Devan kembali menatap wajah Ana, tangannya bergerak naik membenarkan rambut Ana yang menutupi wajahnya. Sudah lebih dari satu jam perempuan itu tak kunjung membuka matanya, Devan bangkit dari posisinya untuk mengambil air putih dan mencari minyak kayu putih atau semacamnya yang mungkin bisa membangunkan perempuan itu dari pingsannya.
Devan menemukan kotak yang berisi bermacam-macam jenis obat disalah satu laci lemari milik Jessica, begitu juga dengan air putih yang ia ambil dari dapur. Devan meletakan air putih itu diatas nakas sebelah ranjang sebelum membuka kota obat dan mengambil minyak kayu putih disana, ia mendekatkan minyak kayu putih tersebut di depan hidung Ana setelah kembali duduk sisi ranjang.
Ana mengerjapkan matanya berulang kali, pandangan yang awalnya samar semakin jelas ketika ia bisa benar-benar melihat wajah Devan yang berada di depannya.
Melihat Ana yang sudah membuka mata dan hendak ingin bangkit dari posisinya, dengan segera Devan membantu perempuan itu untuk duduk bersandar pada bahu ranjang.
"Minum dulu."
Ana meraih gelas yang berisi air putih itu dari tangan Devan yang kemudian diminumnya air putih tersebut hingga sisa setengah.
"Sekarang istirahat. Tidur, udah malem," titah Devan seraya kembali membantu Ana untuk berbaring namun lengannya ditahan oleh Ana.
"Kita dimana?" tanya Ana setelah mengamati kamar yang kini ia tempati. Ruangan yang tidak begitu asing baginya karena ia pernah datang kesana berulang kali bersama sahabatnya.
"Apartemen Jessica."
Ana mengerutkan keningnya mendengar kejujuran dari Devan. "Kok bisa kita ada disini?"
Ana memang merasa lebih tenang setelah minum air yang di beri Devan, seakan ia sudah melupakan kejadian beberapa jam yang lalu. Tapi untuk saat ini ia dilanda kebingungan dengan darimana Devan bisa masuk ke dalam apartemen Jessica sementara perempuan itu masih berada di pesta pacarnya.