"Sekedar suka atau terlanjur cinta, tak ada alasan untuk tidak bisa merasakannya."
- Devaniel Marvien -
Jika Devan bisa beranggapan begitu, Ana juga bisa membantahnya agar tidak jatuh terlalu dalam.
"Devan itu playboy, dia bisa mengatakan kalimat...
Tiap kali baca ulang cerita ini, jujur aku dibuat jatuh cinta lagi sama ceritaku yang satu ini. Ada perasaan senang dan terharu bisa menyelesaikan cerita ini sampai akhir. Namun aku menyadari, sangat menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan cerita ini, maklum yaa, ini cerita pertama yang aku beranikan diri untuk di publikasikan.
Sudah tidak terhitung lagi berapa kali cerita ini aku revisi, karena memang setiap harinya aku belajar menulis, rasanya pengen mengubah penulisan cerita ini tanpa mengubah alur cerita. Jadi ini nggak tahu yang ke berapa kalinya aku revisi, tapi semoga saja versi barunya bisa lebih dapet feelnya daripada yang sebelumnya.
Selamat membaca!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang perempuan yang masih terlelap dalam tidurnya, terpaksa terbangun karena terus mendengar suara bunyi gedoran pintu. Posisi kamarnya yang memang tidak terlalu jauh dari pintu utama, membuat perempuan itu mau tidak mau membuka mata.
Waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam, tapi siapa yang mau bertamu diwaktu yang sudah sangat malam ini. Ayam pun masih enggan berkokok, masih enggan untuk bangkit dari kandangnya, sedangkan ini orang terus mengganggu kenyamanan tidur orang lain.
Dengan jalan sempoyongan dan melawan rasa kantuk yang amat dalam, perempuan berambut panjang itu sesekali menguap, menggerakkan otot tangan dan kaki agar bisa berdiri dengan seimbang.
Perempuan itu lalu keluar dari kamar berjalan menuju pintu utama. Sesampainya disana, baru saja tangan perempuan itu meraih handle pintu rumah yang ada didepan dan membukanya perlahan, seseorang dari luar menjatuhkan kepalanya begitu saja di bahu kirinya.
Sontak ia membelalakkan mata, rasa kantuk yang sedari tadi ia tahan, hilang seketika. Perempuan itu menahan bobot tubuhnya agar tidak terjatuh kebelakang dengan memegang kedua bahu seseorang yang baru saja menubruknya.
"Devan," pekik perempuan itu seraya menggoyangkan bahu laki-laki yang memiliki nama Devan.
Mencium aroma khas minuman keras yang keluar dari hembusan napas mulut Devan, perempuan itu telah meraih kesimpulan bahwa laki-laki itu sedang dalam keadaan mabuk.
"Anjirr, lo mabuk lagi ya?!" suaranya lebih keras daripada sebelumnya, perempuan itu mencoba mendorong kedua bahu Devan agar terlepas dari posisinya.
Namun kekuatan tangannya tak sebanding dengan berat badan seorang Devan yang notabennya adalah seorang laki-laki. Bahkan mungkin berat badan Devan bisa dua kali lipat dari berat badannya sendiri, karena memang tubuhnya jauh dari kata ideal. Tubuh yang kecil dan ramping itu menopang berat badan Devan yang memiliki tubuh atletis.
Butuh beberapa menit sebelum akhirnya perempuan itu menemukan sebuah ide, ia memutar posisinya, lalu meraih tangan Devan untuk ia letakkan dileher belakangnya. Jalan satu-satunya adalah membawa Devan ke dalam kamar Devan.