34. She?

59 3 0
                                    

Play song : Duka - Last Child.

Lagunya mengingatkan pada seseorang hehe..


---

Devan berhasil bertahan hidup tanpa ada Ana disampingnya. Meskipun cowok itu berubah sikap selama satu tahun ini. Ya, satu tahun sudah berlalu sejak kepergian Ana.

Devan tidak pernah lagi merokok, clubing, pulang malam. Bahkan dia sudah sadar dari sifat playboy-nya.

Devan yang biasanya menduduki peringkat ke dua puluh dikelasnya, waktu kelulusan ia mendapat peringkat ke sepuluh se angkatan.

Bayangkan. Peringkat ke dua puluh dikelasnya melonjak naik di peringkat ke sepuluh pararel. Sungguh menakjubkan bukan?

Ya. Devan memaanfatkan waktu sebaik mungkin. Setengah tahun ia belajar mati-matian untuk bisa mendapatkan nilai bagus agar bisa mendaftar di perguruan tinggi. Karena Devan menyadari waktu sebelum itu ia siakan hanya untuk bermain-main.

Namun selain itu, Devan juga menjadi pribadi yang lebih pendiam, dingin dan cuek ke semua orang. Tidak hanya pada kedua orang tuanya. Tapi semuanya.

Sehabis pulang sekolah ia langsung masuk kedalam kamarnya dan hanya keluar untuk makan saja. Ia lakukan semua itu selama satu tahun belakang.

Sekarang Devan sudah menjadi seorang mahasiswa. Semester satu pastinya. Ia bersyukur bisa masuk di salah satu Universitas terbaik di Jakarta.

"Bro, ngalamun aja," sapa seseorang tiba-tiba.

Devan tersentak sejenak. Lalu menoleh ke belakang, "Apa?"

Sosok yang memanggil Devan itu mengambil posisi duduk didepan Devan. Mereka tengah dikantin kampus sekarang.

"Galauin apa sih, tugas?" tebak seseorang itu. Devan menggeleng.

"Terus?"

"Bukan apa-apa,"

Dika Darmawangsa. Ya sosok itu, Dika. Teman SMA Devan bahkan sampai sekarang. Ia mengikuti Devan untuk kuliah di satu kampus meskipun beda fakultas.

"Gak usah bo'ong, gue tau lo lagi ngalamunin tugas, kan?" tanya Dika sekali lagi.

"Gak. Tugas udah selesai dari kemarin," jawab Devan. Dengan raut wajah datar tanpa menatap Dika yang berada didepannya. Arah pandangnya memang ke depan, tapi bukan untuk Dika. Entah kemana.

Dika mengangguk. Enggan membuat Devan emosi. "Van, main yuk malam ini," ajaknya.

"Kemana?"

"Clubing."

"Gak,"

Dika menggeram kesal. Devan sangat susah sekali sekarang untuk diajak ke club'. Dika merasa, kepergian Ana yang menjadi alasan Devan berubah sikap seperti ini.

"Van, ada kabar dari Ana?" tanya Dika tiba-tiba. Membuat Devan seketika menatapnya, bahkan dengan tatapan tajam.

Melihat raut wajah Devan yang berubah, Dika merasa tidak enak, "Eh sorry, gue gak--"

"Gak ada," potong Devan cepat.

Devan sudah berusaha mencoba untuk melupakan Ana dari ingatannya. Tapi jujur, ia tidak bisa melakukan itu. Meskipun Ana bisa hilang dari ingatannya, tapi tidak untuk dari hatinya. Hati Devan sudah terpatri nama Melissa Anatsya.

Seseorang dari belakang Devan tiba-tiba menepuknya. Devan menoleh lalu menaikan satu aslinya.

"Ada tugas dari Bu Dewi. Hari ini kelas beliau kosong dan digantiin sama tugas ini," ucap sosok itu. Kemudian menyerahkan beberapa lembar kertas diatas meja Devan.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang