Sekedar info, cerita ini mungkin bakal sering terjadi perubahan cover/sampul.
Masih bingung sama cover yang bagus yang mana wkwkwk.🍂
Masih berada di halaman parkiran sekolah, namun sudah banyak orang yang memperhatikan Ana. Bahkan sampai ada yang berani mengatai Ana jalang.
Sontak Ana menatap tajam gadis itu. Ia melangkah untuk mendekat ke arahnya, namun tanganya tiba-tiba ditahan oleh Devan.
Devan menggelengkan kepala, mengisyaratkan pada Ana untuk tidak terpancing oleh omongan orang lain. Tapi bukan Ana jika ia membiarkan begitu saja. Gadis itu menepis tangan Devan lalu berjalan mendekat ke arah kumpulan cewek biang gosip.
"Eh, kalian!" sentak Ana setiba dihadapan cewek-cewek tadi, "Punya mulut bisa di jaga gak?!"
Gadis yang masih berdiri didepan pintu mobilnya itu melangkah maju mendekat ke arah Ana.
"Dia berani ngelawan kita guys!" balas cewek itu seraya melipatkan tangannya diatas perut. "Oh iya, ada pawangnya disini. Gak tau aja kalo besok atau lusa pasti bakal ditinggal!" lanjutnya dengan sesekali melirik ke arah Devan yang berdiri di belakang Ana.
Devan yang sedari tadi hanya diam memeperhatikan pertengkaran absurd itu, melangkah maju.
"Tasya, stop! Kita udah selesai, jangan ikut campur urusan orang lain!" tegas Devan tidak terima.
Dia mengakui kesalahannya karena sudah pernah menjalin hubungan dengan cewek bernama Tasya Rosdiana itu. Sungguh ia menyesal sekarang. Andaikan waktu bisa diputar, lebih baik ia mengenal Ana terlebih dulu dan menyadari perasaannya.
"Kenapa? Kalian takut?" gadis bernama Tasya itu tertawa sinis. "Lo juga bodoh, Van, kemarin cewek lo jalan sama Kenzo, sekarang berangkat bareng sama lo, dan besok jalan lagi sama Kenzo" Tasya melirik ke arah Ana. "Apa itu namanya kalo bukan cewek murahan!"
Emosi Ana meledak saat itu juga. Ia mendekat ke arah Tasya lalu menjambak rambutnya dengan keras.
Tasya meringis kesakitan. Ia balik menjambak rambut Ana. Kejadian adu jambak terjadi.
Devan menarik Ana untuk menghentikan aksinya. Tapi tak sedetik pun Ana melepas tarikan rambut itu.
"Hentikan atau gue lapor ke guru BK!"
Hingga akhirnya suara itu berhasil menghentikan aksi kedua cewek yang saling beradu jambak itu. Mereka berdua menoleh bersamaan ke arah sosok yang sudah berani menghentikannya.
"Kenzo" pekik Ana lirih.
Devan juga sama. Ia menoleh ke arah Kenzo yang berdiri dibelakangnya.
Kenzo melangkah maju, mendekat ke arah dua cewek yang sedang bertengkar entah merebutkan apa. Kenzo menarik pergelangan tangan Ana dengan tiba-tiba. Ia membawa Ana pergi dari parkiran untuk masuk ke dalam sekolah.
Devan yang melihat itu menahan emosi didalam tubuhnya. Rahangnya mengeras menatap punggung Ana yang perlahan menjauh.
Tasya menoleh ke arah Devan. Ujung bibir kirinya terangkat.
"See, belum juga gue selesai ngomong, udah kejadian dulu. Karma emang gak kemana, Van" ucap Tasya seraya menepuk bahu Devan.
Setelah itu ia mengisyaratkan pada teman-temannya untuk masuk ke dalam sekolah. Meninggalkan Devan yang tengah menahan emosinya.
--
Ditengah perjalanan menuju kelas, Kenzo menghentikan langkahnya membuat Ana juga berhenti. Dikoridor sekolah depan kelas berlabel 12 IPA 1 itu, mereka tengah berdiri saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEV'ANA (END)
JugendliteraturPROSES REVISI "Entah ini hanya sekedar rasa suka atau bahkan cinta, keduanya nggak harus memiliki alasan." - Devaniel Marvien. "Lo itu playboy. Dengan mudah, lo bisa mengatakan kalimat itu pada cewek manapun." - Melissa Anatsya. _________________...