"Sekedar suka atau terlanjur cinta, tak ada alasan untuk tidak bisa merasakannya."
- Devaniel Marvien -
Jika Devan bisa beranggapan begitu, Ana juga bisa membantahnya agar tidak jatuh terlalu dalam.
"Devan itu playboy, dia bisa mengatakan kalimat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masih berada di parkiran sekolah, namun sudah banyak siswa lain yang menatap Ana dengan tatapan yang tidak biasa. Satu, dua diantara mereka bahkan ada yang menyunggingkan senyum sinis melihat Ana baru saja tiba bersama Devan, seolah apa yang mereka lihat itu adalah hal yang tidak mereka suka. Bahkan ketika Ana keluar dari area parkir menuju gedung sekolah, disepanjang perjalanan tak hanya sedikit yang berani mengumpatnya, menghinanya, dan juga mengatainya sebagai perempuan murahan.
Ana menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah perempuan yang dari kemarin membuatnya naik pitam. Tatapannya tajam dengan napas yang memburu, ketika Ana ingin mendekat ke arah perempuan itu, pergelangan tangannya ditahan oleh Devan.
Devan menggelengkan kepala, memeringati Ana untuk tidak terpancing oleh omongan orang lain. Tapi Devan salah, bukan Ana namanya jika ia membiarkan begitu saja. Ana mengibaskan tangan Devan lalu berjalan mendekat ke arah kumpulan perempuan biang gosip.
Ana berdiri didepan kumpulan geng rumpi itu, dengan kedua yang bersedekap diatas dada, ia menyeringai. "Cantik, sih. Tapi mulutnya kaya comberan."
Perempuan yang berdiri di dekat pilar besar itu melangkah maju mendekat ke arah Ana.
"Dia berani ngelawan kita, guys. Soalnya ada pawangnya disini." Tasya tak mau kalah, ia melirik ke arah Devan yang berdiri dibelakang Ana. "Nggak tau aja kalau besok atau lusa pasti bakal ditinggalin."
Devan yang sedari tadi hanya diam menyimak pertengkaran absurd itu melangkah maju, ia menarik tangan Ana dan membawanya ke belakang tubuhnya.
"Tasya, udah, kita udah selesai, jangan ikut campur urusan orang lain," tegas Devan penuh peringatan.
Devan mengakui kesalahannya karena sudah pernah menjalin hubungan dengan perempuan bernama Tasya Rosdiana itu. Sungguh Devan menyesal sekarang, andaikan waktu bisa diputar, lebih baik ia mengenal Ana terlebih dulu dan menyadari perasaannya.
Tasnya tertawa sinis. "Lo juga bodoh, Devan. Lo ninggalin gue demi cewek murahan kaya dia?" ia melirik Ana sebelum kembali menatap Devan. "Lo lupa dia juga deket sama ketua OSIS kita? Hari ini dia berangkat sama lo dan besok dia pulang sama Kenzo? Apa itu namanya kalau bukan cewek murahan?"
Emosi Ana meledak saat itu juga, ia melewati tubuh Devan dan mendekat ke arah Tasya lalu menjambak rambutnya dengan kasar. Tasya meringis kesakitan, ia tidak terima dengan tindakan Ana yang tiba-tiba itu. Tasya balik menjambak rambut Ana dengan tak kalah kasar.
Adegan adu Jambak terjadi dengan umpatan yang terus terlontar dari mulut kedua perempuan itu. Ana yang tak terima dihina sebagai perempuan murahan, Tasya yang tak terima karena Devan tiba-tiba meninggalkannya demi perempuan itu.
Devan menarik kedua bahu Ana dari untuk menghentikan aksinya, tapi tak sedetik pun Ana melepas tarikan rambut itu.