Bagian 1

267 22 19
                                    

Gua terbangun dari mimpi buruk.

Kabut hitam itu kembali mendatangi gua di alam mimpi.

Bayangan secepat kilat mengelilingi langkah gua, bahkan saat itu napas gua hampir berhenti dan jantung gua begitu sesak tak tertahankan.

Ceklek

Gua menatap ke arah pintu kamar.

Seorang pria mendekat ke arah ranjang dan melempari kantung kresek ke hadapan gua.

"Lain kali jangan jadi beban, nyusahin banget lo."

Pria tersebut menutup kuat pintu kamar membuat gua sedikit terperanjat kaget.

"Huh." Gua bergegas keluar kamar.

Dapur

Gua ikut membantu mpok Sari menyiapkan sarapan.

"Non sudah lebih baikan?"

Gua mengangguk singkat dan merapikan tata letak mangkuk di atas meja makan.

"Kalau begitu mpok panggil aden dulu ya non."

Gua berdehem. Sekitar dua menitan Rey datang ke meja makan bersama mpok Sari.

"Mpok, suruh anak ini mandi dulu sana, baunya kemana-mana."

Gua menatap sejenak ke arah mpok Sari lalu mengangguk, "Saya juga mau ke atas."

"Ini sarapannya mau sekalian mpok bawain ke kamar atau bagaimana non?"

"Tidak usah, nanti saya menyusul."

Gua dengan cepat menaiki anak buah tangga dan menutup rapat pintu kamar.

"Lo kuat, anak kuat gaboleh nyerah gitu aja, semangat." Gua bergumam dan menghela napas panjang.

Setelah selesai mandi, gua langsung turun untuk sarapan.

Baru aja gua duduk, Rey beranjak dari tempatnya.

"Mau mpok buatkan susu hangat buat non?"

Gua tidak lagi menatap ke arah perginya Rey. "Ga usah mpok, saya minum air putih biasa saja."

"Baik, kalau begitu mpok ke kebun belakang dulu ya. Nanti kalau ada apa-apa tinggal tekan tombol panggilan aja ya non."

Gua mengangguk.

Lagi, lagi, Rey tidak suka akan keberadaan gua di rumahnya.

Pengen pergi, juga ga ada gunanya. Gua dan dia sudah tanda tangan perjanjian yang mengharuskan gua harus selalu berada satu atap dengannya.

Pernikahan ini, benar-benar menyiksa batin gua!

~~~

Seharian tidak ngapa-ngapain membuat gua suntuk di dalam kamar.

Hari sudah semakin sore dan Rey belum juga kunjung pulang.

Kalaupun ia sudah pulang, gua juga bingung harus ngapain berdua di dalam kamar dengannya.

Tok tok tok

"Masuk aja, pintunya ga dikunci."

"Permisi non, ada tamu yang nyariin aden."

"Siapa ya?" Gua bertanya-tanya dalam hati.

"Rey belum juga pulang, mpok?"

Mpok Sari menggeleng.

"Ya sudah, sebentar lagi saya turun buat nemuin mereka."

"Baik non, kalau begitu mpok izin ke bawah."

Mpok Sari sudah tidak ada lagi di dalam kamar.

Gua menyemprotkan parfume lumayan banyak dan menemui tamunya Rey di ruang tamu.

"Rey lagi ga ada di rumah, ada pesan yang ingin disampaikan?"

"Kira-kira pulangnya kapan, kak?"

"Mungkin sebentar lagi. Mau tunggu aja atau titip pesan?"

"Gimana bro?" Salah satu pria berbincang ke teman sebelahnya.

Lumayan banyak juga yang datang, sekitaran 7 orang berkumpul di sofa ruang tamu tersebut.

"Tipe gua banget sih ini."

"Si anjir, gua nanya malah sibuk halu nih bocah."

Mpok Sari datang membawa nampan minuman. "Silahkan diminum den."

"Mpok, Rey masih belum pulang ya?"

Mpok Sari menggeleng, "Kemungkinan aden lagi banyak kerjaan di kantor, non."

Gua ber oh dalam hati.

"Mpok ke dapur dulu ya non."

Gua mengangguk merespon.

"Saya boleh nanya sesuatu ga kak?"

Gua menatap ke arah asal suara, seorang pria yang duduk di tepi sofa tersenyum sumringah menatap gua.

"Kakaknya masih jomblo ga?"

"Ye, si playboy akut. Ngaca sana, ngaca!" Sorak mereka semua.

"Kalau masih, itung-itung mau memperbaiki diri jadi lebih baik. Biar si kakak ga malu sama saya."

"Huuuuuu!!!" Sorak mereka kembali.

"Han, Han. Semua cewek lo godain, ini nomor ke berapa lagi?"

"Ah, kalau si kakak ini dapat, gua janji tobat deh."

"Caper!"

Sontak semua mata menoleh ke asal suara.

"Eh si bos datang."

Rey melempar tas kerjanya ke hadapan gua dan ikut nimbrung bareng teman-temannya.

"Kenapa masih di sini?"

Gua mengerjapkan mata dan menatap sejenak mata elang Rey.

"Sana ke kamar, mau lo cobain pula satu-satu para buaya di sini?"

Gua menggeleng kikuk.

"Dasar cewek caper."

Gua mendengar lirihan Rey, dengan cepat gua berjalan menjauhi kerumunan tersebut.

• • •

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang