"NAYAAAA, HARI INI GUA SENENG BANGETTT."
"Ih, Suci. Jangan teriak-teriak, lo bikin anak gua trauma." Gua langsung mengelus-elus perut gua.
"Lo tau ga sih, bos gua mendadak jadi sweet gitu sama gua. Gimana ga makin cinta gua sama dia."
Gua menghela napas. "Ini udah bulan ke-5 lo menceritakan bos lo. Kalau ngerasa saling suka kenapa ga nikah aja sih? ntar ketikung loh."
"Naya! lo doain gua pisah sama bos gua?"
"Astaga, bukan gitu mba bucin. Gua cuma nyaranin ke arah yang lebih baik. Setidaknya kodein ke dia kalau lo suka sama dia dan lihat responnya setelah itu. Kalau dia juga suka sama lo, ya udah minta aja kepastian."
"Ga ah, gengsi. Gua 'kan suka ngata-ngatain dia. Ntar dianya ketawa pas tau kalau gua suka sama dia. Palingan besar kepala tuh orang."
Gua menghela napas. "Terserah lo deh. Hari ini gua juga lagi senang banget tau."
"Widih, pengantin baru mah beda banget hawanya. Ceritain dong."
"Udah ga pengantin baru lagi woi."
"Iya deh iya, tentang apa?"
"Dia panik pas gua pingsan."
"Lah? letak kebahagiaannya dimana maesaroh? biasanya juga gitu kok sama lo dan ini udah bulan ke-5 lo menceritakan bahwa suami lo itu seperhatian itu sama lo dan anak yang ada dikandungan lo."
Gua berpikir sejenak, "Tapi bukan itu titik kebahagiaannya."
"Apa?"
"Lebih dekatan lagi deh." Gua mendekatkan bibir gua ke telinga Suci. "Gua ngidam cium bibir dia."
"WHAT?! Astaga, kece abis kemauan anak lo. Kesenangan lah tu si bapaknya. Eh ga deng, mamaknya pasti lebih senang lagi bahkan sampai jingkrak-jingkrak di depan gua ntar."
Gua mencibir kesal, "Pede abis Aunty Tomat."
"Besok pas anak lo ultah ke 1 tahun gua hadiahin tomat 10 kardus deh."
"Buset, ga sekalian perkebunan tomat aja nte."
"Kalau itu tunggu gua jadi presiden Indonesia aja ya, baru gua mau ngasih."
"Ga bakal terjadi. Gitu 'kan maksud lo?"
Suci mengangguk senang, "Itu lo tau. Udah dulu ya, gua mau lanjut ngebucin sama kesayangan gua."
"Gini nih kalau udah bucin sampai lupa sama orang yang menemaninya pas galau."
"Biarin, wle." Suci meninggalkan gua sendirian di cafe yang biasa kami kunjungin.
"Yah, kopinya udah dingin." Gua segera menghabiskan segelas kopi yang udah gua pesan beberapa menitan yang lalu.
"Apalagi sih? gua ga mau ketemu lo!" - Aldo
"Kakak cuma mau kamu bahagia, itu aja."
"Alah, omong kosong. Dulu-dulu lo juga ngomong gitu ke gua, tapi buktinya apa?"
Gua menatap lama ke arah seberang jalan.
"Itu bukannya Aldo ya? dia sama siapa?" Gua langsung beranjak dari sana dan berada lebih dekat dengan mereka.
"Alasan kakak dulu cuma ga mau kamu sampai kecantol sama dia. Apalagi dia hamil diluar nikah, Al."
"Sinta? mereka ada hubungan apa?"
"Udah ya, gua ga mau bahas tentang Nara lagi dan lo ga usah sok jadi ibu yang baik buat mereka."
"Terserah kamu!" Sinta mengacak kesal rambutnya dan berlenggang pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡