Bagian 27

9 1 0
                                    

"Ini, pak."

Setelah membayar uang taxi, gua langsung masuk ke dalam rumah.

"Anj, astagfirullah. Candaan lo ga lucu bangsat!"

"Ye, gitu aja lo marah. Biasanya juga lo duluan yang nyari gara-gara ke kami."

"Tapi candaan lo kelewatan. Gua alergi kotoran, kalian juga udah tau tentang ini."

Tiba-tiba serangan dadakan datang menghampiri kepala Farhan.

"ASTAGA, INI APALAGI YA ALLAH!!!"

Sontak temannya yang tadi meletakkan es batu ke kepala Farhan langsung tertawa terbahak-bahak.

Teman yang lain ikut melempari es batu ke arahnya.

"Awas ya kalian, ga bakal gua beri ampun!"

Farhan ancang-ancang melempari setumpuk kulit kacang ke arah pintu. Alhasil, gua yang jadi korbannya.

Teman-temannya pada berpencar dan berlari ke sisi tepi pintu, gua yang baru saja melangkah masuk rumah sudah dihadiahi dengan lemparan yang tidak mengenakkan.

"Eh?"

Farhan berlari mendekati gua. "Nona manis tidak apa-apa?"

"Yee, tomat busuk bisa ae ngebujuk dengan manis."

"Kenapa rumah jadi kapal pecah begini?"

"Sorry nona, nanti kami beresin. Nona manis tidur saja, ntar abang nyusul."

"Widih, abang gatuh?"

"Huuuu, playboy akut sana lo minggat."

"Haluuuu!!"

Mereka semua saling menyahut satu sama lain meledeki Farhan.

Gua menatap satu persatu ke arah mereka. "Kalian cuma berlima?"

Farhan menunjuk dirinya dan ke arah teman-temannya. "Iya, nona. Tambah Rey jadi berenam."

Gua mengangguk singkat.

"Ada apa emangnya nona?"

Gua tampak berpikir lalu segera melangkah menuju lantai atas.

Sampai di kamar.

Gua segera mengganti pakaian dan termenung cukup lama di meja tata rias.

"Habis darimana?"

Sontak gua berbalik badan dan melihat Rey mendekat ke arah gua.

"Kalau orang bertanya itu dijawab!"

"Main bareng Suci."

"Lo sering lupa waktu buat pulang. Udah lupa sekarang punya rumah yang harus diurus?"

"H-hah?"

"Beres-beres sana, lo bau!" Setelah mengucapkan hal itu, Rey langsung menutup kuat pintu kamar.

Gua mencium aroma badan gua. "Harum gini kok dibilang bau sih, salah penciuman tuh anak."

Alhasil, gua tetap menuruti perkataan Rey dan mandi malam itu juga.

"hu-huekkk..." Dengan cepat gua berlari ke dalam kamar mandi.

"Non, aden minta kop..." mpok Sari melongo saat sudah berada di depan pintu kamar mandi.

"NON NAYAAAAAA.... ADEN, NON NAYA PINGSAN DEN."

Rey yang mendengar gaduh dari dalam kamar langsung berlari ke lantai atas.

Sepuluh menit berlalu.

Gua sadarkan diri dan merasakan pusing yang begitu hebat.

"Awkh..." Perut gua terasa keram.

"Minum dulu." Rey menyodorkan segelas air ke hadapan gua.

"Makasih."

"Kalau begitu mpok buatin teh hangat ya non."

"Ga usah mpok, saya udah mendingan."

"Buat aja mpok. Sekalian bawain bubur kacang ijo ke sini ya mpok." - Rey

"Baik den, mpok permisi dulu."

Gua menatap Rey dengan tatapan bingung.

"Apa?" Tanya Rey yang merasa diperhatikan.

"Kenapa lo peduli ke gua?"

"Gua ga peduliin lo, tapi janin yang ada di rahim lo."

"APAAA?!!" Teriak gua histeris.

"Apa kurang jelas yang tadi gua omongin?"

Gua menggeleng pelan, "K-kok bisa?"

Rey menghela napas gusar, "Ya bisalah. Malam itu..."

Spontan gua menutup kedua telinga gua cepat. "Ga, semua ini ga boleh terjadi!!" Gua kembali histeris di tempat.

"Kalau ga terima kehadirannya, gugurin aja. Sebebas lo!"

"APAAA?!!"

Rey langsung membekap mulut gua dengan tangannya. "Lo hobi cosplay jadi pasar ya? Ga usah kaget, lo cuma ada dua opsi dan itu ga merugikan gua sama sekali."

"Opsi apa?"

"Tetap mengandung anak itu atau terserah lo kalau mau digugurin."

Gua masih tidak menyangka ada nyawa yang harus gua bawa di dalam perut ini.

Apa-apaan semua ini.

"Lo belum makan malam?"

"Itu pertanyaan atau nyuruh gua makan?"

"Maaf lama den, ini buburnya." mpok Sari datang membawa nampan berisikan mangkuk bubur kacang ijo dan segelas teh hangat.

"Letak di atas nakas aja mpok dan suruh anak ini habisin makanannya." Setelah itu Rey keluar dari kamar.

"Non makan ya, malam ini non belum makan apa-apa."

"Mpok, saya beneran hamil mpok?"

Mpok Sari mengangguk senang. "Iya non, tadi dokter yang meriksa non bilang gitu. Kata dokter, non ga boleh capek dan harus jaga kesehatan biar dedek bayinya sehat."

Cobaan apalagi ini. Gua mengacak-acak rambut gua sangat gusar.

"Maaf Nara, gua mengkhianati lo. Gua udah janji dengan diri gua sendiri ga akan merebut apapun yang lo punya, termasuk menjadikan milik yang seharusnya lo punya jadi seutuhnya milik gua..."

"Gua harus apa ya Tuhan!!"

"Non, dimakan ya buburnya."

"Nanti saya makan mpok. Bisa tinggalkan saya sendiri?"

"Kalau begitu mpok tinggal dulu ya non, jangan lupa dihabisin bubur sama teh hangatnya."

Setelah mpok pergi, gua langsung mengusap pelan perut rata gua.

"Mama ga tau harus senang atau sedih dengar kehadiran kamu di dunia ini. Yang harus kamu tau, mama ga mau kamu kenapa-kenapa di dalam sana, yang kuat ya nak."

Rey menutup knop pintu dan tersenyum singkat. Ga buruk juga, begitulah pikirnya. Ia takut jika Naya akan berbuat hal aneh setelah mengetahui fakta ini.

•••

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang