Bagian 38

108 1 0
                                    

Gua memutuskan untuk ke rumah papa.

"Pa..."

Gua langsung masuk ke dalam rumah yang pintunya sudah terbuka lebar.

"dk. Nando?"

Dia menoleh ke arah gua. "N-naya?"

"Dokter kok di sini? ada urusan apa?"

"Kamu ngapain ke sini lagi? udah puas lihat saya dimarahin papa kamu?" Ujar Sinta yang tiba-tiba datang membawakan segelas jus.

"Kenapa dk. Nando ada di sini? kalian ada hubungan apa sebenarnya?" Tanya gua sedikit penasaran.

"Kamu ga usah nuduh yang engga-engga. Kalau ga ada urusan, lebih baik kamu pergi dari rumah saya."

"Dimana papa gua?"

"Papa kamu ga ada di sini. Dia pergi entah kemana."

"Sialan! Lo usir papa gua kemana, bangsat!!" Teriak gua emosi.

"Naya, tahan emosi kamu. Nanti kepala kamu bisa pusing." Ujar dk. Nando.

"Diem lo! Gua udah ingat semua tentang kalian!!"

dk. Nando langsung beranjak dari duduknya. "Maksud kamu?"

"Lo dan si Sinting sepasang kekasih 'kan? Jawab!"

dk. Nando tersenyum sinis. "Akhirnya kamu juga ingat sama saya."

"BAJINGAN LO DOKTER GADUNGAN!!"

"NAYA, STOP! Sekarang kamu pergi dari rumah saya." - Sinta

"Dasar sampah lo, Sinta. Gua akan mengusut lo ke pengadilan. Gua sumpahin lo mendekam di penjaga. Sampai saatnya tiba, lo ga akan gua maafkan, kecuali lo mati di tempat!" Gua langsung pergi dari sana.

Diperjalanan mencari taxi, perut gua menjadi keram.

"Akhh.... huhh hahh.... s-sakit banget." Gua memegangi perut gua, mencoba meredakan sakitnya, namun tetap ga bisa.

Gua dengan cepat mengeluarkan ponsel gua dari tas selempang dan menekan kontak siapa saja yang gua dapat.

📞

"Tolong, perut gua sakit banget."

Tut.

Alhasil, gua terjatuh di tempat.

Rumah Sakit

Gua membuka mata perlahan.

"Akhirnya kamu sudah sadarkan diri. Apakah kamu sering merasakan nyeri dibagian perut?"

"Sering dok."

"Mungkin karena faktor ibu dan bapak yang selalu tidak akur, membuat sang anak merasakan ikatan itu."

Dokter tersebut melirik ke arah Gibran sebentar, lalu kembali menatap ke gua. "Jadi, saya sarankan buat kalian jangan terlalu sering berantem atau jarang bersetubuh."

"Bersetubuh? maksudnya dok?" Heran gua.

"Oh, maaf. Maksud saya bukan ke arah 'itu', tapi diusahakan bapak mengelus perut ibu dan memanjakan keduanya."

"Makasih dok sarannya." Ujar Gibran.

"Ya, kalau begitu sama permisi dulu. Silahkan diselesaikan masalah keluarganya." Dokter tersebut langsung pergi dari ruangan.

"Ga jelas banget tuh dokter." Lirih gua pelan.

"Apa yang dikatakan dokternya benar. Kamu ada masalah apa sama suami kamu?"

"Ga penting."

"Kamu ga kasihan sama anak kamu? dia sampai ngerasain apa yang kalian lakukan loh."

"Lo ga akan tau gimana jadi gua, jadi lebih baik diam!"

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang