Bagian 16

32 16 0
                                    

Gua merasakan ada cahaya yang begitu silau melintas di pandangan gua.

Gua membuka mata perlahan dan melihat Rey sedang membuka tirai jendela.

"Nyokap lo datang."

Gua masih mengumpulkan nyawa, mendengar ucapan Rey barusan rasanya nyawa gua belum siap untuk terkumpul.

"Buruan turun."

Gua mengabaikan ucapan Rey dan kembali tidur.

"Sana pergi! Nyokap lo udah nunggu lama."

Terpaksa gua turun untuk berjumpa dengan ibu tiri gua.

"Kamu udah ga konsultasi lagi?"

"Masih."

"Siap-siap, saya antar kamu ke sana."

Gua menyerjit heran, "Sejak kapan anda ngurusin hidup saya?"

"Saya tunggu di luar, ini perintah papa kamu."

"Ga usah sok baik, saya bisa sendiri."

"Papa kamu telpon nih, saya tunggu sepuluh menit di luar, cepat!"

Gua berdecak sebal.

Lama-lama tingkah laku Sinta bikin gua ingin melemparkan bom nuklir ke rumahnya.

Sepuluh menit kemudian.

"Gua pamit keluar sebentar ya, Rey."

Rey mengabaikan gua dan fokus pada berkas-berkas di hadapannya.

Gua menuruni anak buah tangga dan tidak melihat keberadaan mpok Sari di rumah.

Gua langsung masuk ke dalam mobil dan menatap malas ke arah Sinta.

"Bagus deh, kamu mau nurut sama saya."

"Bukan demi anda, tapi demi papa saya."

Sinta berdecih, "Anak pembawa sial kok ngelunjak sama orangtua."

"Maksud anda ngomong gitu?"

Sinta mulai menancap gas mobil dengan kecepatan sedang.

"Kamu pikirkan aja sendiri."

"Sejak kedatangan anda, hidup saya jadi tidak ada gunanya."

"Kenapa ga mati aja?"

Sontak gua menatap penuh ke arah Sinta. "Kenapa ga anda duluan aja? Malah saya akan menjadi orang pertama yang mengantarkan anda langsung ke pemakaman."

"Coba aja. Paling orang pertama yang terluka adalah papa kamu. Secara dia begitu mencintai saya."

"Anda mempermainkan perasaan papa saya!!"

Sinta melirik gua sejenak, "Maksud kamu?"

"Anda pikirkan aja sendiri."

Setelah terjadi perperangan dingin, akhirnya kami sampai di tempat tujuan.

Rumah Sakit Mutiara

"Saya antar sampai ke dalam, ya."

"Gausah, saya benci ngajak tante-tante."

Setelah mengucapkan hal itu, gua langsung menutup kuat pintu ruangan.

"Hallo Naya. Apa kabarnya hari ini?"

"Hai dok, baik."

"Kamu sama siapa ke sini?"

"Sendiri. Bisa langsung ke intinya ga dok? Soalnya saya ada urusan setelah ini."

"Okay, silahkan duduk."

Dk. Nando memberikan berkas ke hadapan gua. "Ini, silahkan kamu baca terlebih dahulu."

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang