"Ini kopinya."
"Letak sana dulu."
Gua menuruti ucapan Rey dan meletakkan segelas kopi di samping laptopnya.
"Duh, mana ya kertas kerjasama proyek kemarin." Rey grasak-grusuk membuka halaman demi halaman kertas yang bertumpukan di sebelah laptop.
"Aish, jangan sampai hilang."
"Nyari apa, Rey?"
"Apa tinggal di kantor ya." Rey terus mencari dan mengabaikan pertanyaan gua.
Gua berinisiatif untuk membantu tanpa disuruh.
"Ini, bukan Rey?"
Rey tidak melihat gua dan terus mencari di sisi lain.
Tiba-tiba tangannya menyenggol gelas kopi yang gua letakkan di samping laptop.
Alhasil, kopi tersebut jatuh mengenai beberapa berkas Rey yang tergeletak di meja.
"Shit! Apa-apaan ini!"
Gua dengan cepat mengambil gelas kopi yang jatuh dan melap berkas Rey yang basah menggunakan tissue.
"Sorry, ini mau gua jemur ga?"
"Semuanya jadi basah, lo ga pernah becus kalau kerja! Nyusahin!!"
Gua menunduk, "Sorry."
"Mpok!!!!"
Rey langsung menekan tombol yang ada di sebelah saklar lampu kamar, tombol tersebut akan terhubung langsung ke lantai bawah dan membuat bunyi agar orang yang ada di lantai bawah bisa segera ke lantai atas.
Hal ini hanya bisa dipahami oleh orang rumah.
"Gua buatkan lagi kopinya ya."
"Jauh-jauh lo dari gua!!"
Gua memundurkan langkah. Seketika itu juga mpok datang dengan tergesa-gesa.
"Ada yang bisa mpok bantu, den?"
"Tolong keringkan berkas saya yang basah ini mpok. Sekalian buatin saya teh hangat dan roti."
"Baik den, segera dilaksanakan."
Mpok Sari menatap ke arah gua sejenak lalu mengerjakan semua perintah yang diucapkan Rey barusan.
Gua ikut turun menyusul mpok Sari menuju dapur.
"Semua ini salah saya mpok."
"Kenapa ngomong gitu, non?"
"Saya tadi buat kopi untuk Rey, trus kopinya saya letakkan di samping berkas penting Rey. Tiba-tiba kopinya kesenggol dan tumpah mengenai berkas-berkas itu, mpok."
"Paling aden cuma marah sebentar non. Non ga usah khawatir dan ngerasa bersalah gitu."
"Tadi wajah Rey marah banget gitu ke saya, mpok."
Mpok Sari memegangi tangan gua dan memberikan senyuman. "Sekali lagi mpok ingatin, ini bukan salahnya non. Nanti mpok bilangin kata maaf non ke aden, pasti aden dengarin mpok. Percaya sama mpok ya."
Gua menghela napas gusar, "Lain kali saya hati-hati kalau di dekat Rey, mpok."
"Kalau gitu mpok nganterin ini dulu ke atas ya non."
Gua berdehem dan menatap kepergian mpok sari dengan tatapan sendu.
~~~
"Lo nempatin janji, lusa baru jempai gua. Eh, tapi tumben datang ke kantor gua. Ada gerangan apa nih bestie?"
"Gua cuma mau lihat suasana di sini."
Suci menyerjit heran, "Lah, tumben banget lo peduli dengan suasana."
Gua menghela napas, "Rambut lo udah baikan, syukur deh."
"Iya nih, sehabis pulang kemarin gua langsung ke salon lokal. Untung teknologi di sana ga kalah canggih dengan salon bule."
"Lo ga dendam 'kan ke gua?"
"Ngapain dendam, tingkah lo memang selalu kayak gini kalau gua kerjain."
"Lega dengarnya, takutnya lo mau santet gua karena dendam."
"Ya kali, gua ga sesuram itu."
Obrolan kian berhenti. Gua menyeruput jus mangga sejenak lalu menatap Suci sedikit lama.
"Ada apa, Nay?"
Gua menggeleng perlahan, "Bukan apa-apa."
"Ceritain, gua gasuka tatapan lo tadi. Kenapa lagi sekarang?"
"Ga ada apa-apa."
"Pasti ada apa-apa, buruan ceritain ke gua."
"Gua mau nanya sesuatu sama lo."
"Nanya apa?"
"Lo pernah ngelakuin kesalahan ga?"
Suci tertawa, "Ya pernahlah, kayaknya sering. Sampai-sampai gua dimarahin mulu sama si bos."
"Respon bos lo gimana?"
"Pastinya marah, tapi tergantung kesalahan gua. Kalau gua lupa ngumpulin berkas yang deadlinenya hari ini, kemungkinan dia buka sesi ceramah dibarengin dengan wajah kesal."
"Perasaan lo gimana?"
"Ikutan marahlah, masa gua dikasih ceramah tanpa snack. Biasanya mah kalau ikutan seminar dikasih makanan, lah dianya engga. Pokoknya sehabis dia marah-marahi gua, gua ikutan marahin dia di belakang."
Gua menghela napas panjang. "Ya udah deh, gua balik dulu ya."
"Kok cepat banget sih, ga mau sekalian makan siang di sini?"
"Ga deh, gua makan di rumah aja."
"Ya udah, hati-hati. Kalau udah sampai di rumah kabarin gua ya."
Gua langsung keluar dari gedung tempat kerjanya Suci sambil sesekali melamun.
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡