Bagian 3

64 16 5
                                    

Brum... Brum...

Gua merasa semua pengendara motor ugal-ugalan ini mengikuti taxi yang gua naiki.

"Pak, mereka siapa?"

Supir taxi mengecek dari kaca mobil. "Saya juga kurang tau mba, ga kenal."

Gua ber oh pelan.

Rombongan motor gede itu ikut berhenti di gerbang depan rumah gua.

"Ini uangnya, pak. Terima kasih."

Gua segera turun dari taxi dan mendapati banyak rombongan geng motor gede menatap gua dengan helm hitam yang menutupi wajah mereka semua.

Satu orang turun dari motor dan mendekati gua. "Hai kak, kita jumpa lagi."

Gua menyerjit seketika, "Lo temannya Rey yang kemarin, ya?"

Farhan tersenyum sumringah, "Iya kak, kenalin nama saya Farhan Bin Jumail."

"Buset, ga sekalian datangin penghulu aja bro." Sahut temannya yang lain.

Gua menghela napas, "Gausah panggil kak. Kalian ada urusan apa ke sini?"

"Kami ada keperluan sama Rey, dia ada?"

"Gatau, coba kalian telpon aja dia. Gua masuk dulu ya, kalau mau nunggu bisa ikut gua ke dalam."

"Yuk, ini nih yang gua tunggu." Farhan tampak bersemangat.

"Woi, masuk ke dalam rumah. Bukan ke dalam kamar ya sat!" Teriak yang lain.

Gua menggeleng kecil, sangat toxic pergaulan mereka.

Setelah masuk ke dalam rumah, gua langsung menemui mpok Sari di dapur.

"Mpok, ada temannya Rey. Boleh buatkan minuman buat mereka?"

"Baik non, sebentar lagi mpok ke sana."

Gua bergegas ke atas dan istirahat.

Seharian ini begitu melelahkan jalan-jalan keluar.

~~~

"Woi, bangun!"

Gua membuka mata perlahan, cahaya dari tirai begitu menyilaukan.

"Tas gua mana?"

"Hah? Tas apa?" Gua perlahan beranjak duduk dan menstabilkan nyawa.

"Tas kerja gua lo taruh dimana?"

Seketika gua ingat waktu teman-teman Rey datang, dia melemparkan tas kerjanya ke gua dan menyuruh gua masuk ke kamar segera.

Gua memukul kepala perlahan, mencoba mengingat-ingat.

"Malah bengong, ga guna nanya ke lo."

Ceklek

"Ada apa, den?"

"Mpok ada lihat tas saya?"

"Tas kecil warna coklat?"

Rey mengangguk cepat, "Iya, mpok. Dimana tasnya?"

"Barusan mpok cuci dan jemur di belakang."

"Apa?!!"

"Semua barang yang ada di keranjang kotor bibi cuci tadi, den."

Rey menatap tajam ke arah gua. "Ulah lo?"

Gua menelan saliva, "Bu-bukan."

"Pembohong!" Rey langsung keluar dari kamar dengan wajah kesal.

"Aden kenapa non?"

"Sebelum mpok cuci tasnya, barang-barang yang ada di dalam tas itu mpok letak dimana?"

"Ada di meja dalam kamar khusus kain, non."

Gua bergegas ke sana untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Seketika gua ingat akan sesuatu.

Flashback On:

Rey melempar tas kerjanya ke hadapan gua dan ikut nimbrung bareng teman-temannya.

Saat hendak menaiki anak buah tangga, mpok Sari menghampiri gua.

"Non, pakaian aden sudah bibi setrika. Mau sekalian mpok bawain pakaian non ke atas?"

"Pakaian saya biar saya sendiri yang bawa, mpok."

"Kalau begitu mpok langsung antar pakaian aden ke kamar ya."

Gua mengangguk dan langsung melangkah menuju kamar khusus pemrosesan kain kotor dan bersih.

Gua meletakkan tas kerja Rey ke sebelah ranjang pakaian yang sudah dilipat dan membawa ranjang tersebut menuju lantai atas.

Sampai di kamar.

"Ada yang bisa mpok bantu, non?"

"Ga ada mpok."

"Nanti kalau ada, silahkan panggil mpok ya non."

Gua berdehem dan memasukkan semua pakaian ke dalam lemari.

Flasback Off:

"Astaga, ternyata tasnya gua letakkan di ranjang kain kotor. Pantes aja mpok cuci."

"Ternyata ulah lo."

Sontak gua berbalik badan.

"Ga becus, minggir lo."

Gua menggeserkan posisi badan gua dan memberikan ruang untuk Rey masuk ke dalam ruangan yang sempit ini.

"Mana isi dalam tas gua?"

"Kata mpok ada di meja."

"Terus kenapa masih di sini?"

"Maksudnya?"

"Cari sekarang!"

Gua menelan saliva dan bergegas mencari barang-barang yang dicari Rey di meja.

"Ini, bukan?"

"Bawa ke kamar." Rey langsung keluar dari sana.

Gua mengelus dada, "Sabar, ini kesalahan lo sendiri. Jangan ambil emosi."

Gua langsung menyusul kepergian Rey.

• • •

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang