Gua merebahkan diri ke atas ranjang dan menatap langit-langit kamar.
Semua yang terjadi penuh dengan teka-teki yang sama sekali ga bisa gua pecahkan.
Gua beranjak mengambil buku kecil dari laci tata rias dan membawanya ke meja.
Ingatan
Lembar 1 [Kecelakaan 1 tahun lalu]
- Bar
- Suara musik dan dentuman gelas
- Lampu-lampu malam
- Terdorong ke jalanan : Vio (teman Juan)Gua membuka lembaran baru dan mulai mencatat kejadian hari ini.
Lembar 2 [Kematian Nara]
- Bingkai biru
- Teman-teman Rey & Aldo (?)
- Rantai makananGua membuka lembaran selanjutnya dan mencoret-coretnya dengan pena.
"Ayo berpikir Naya, lo pasti bisa menyelesaikan teka-teki ini."
Gua memukul pelan kepala gua agar segera bisa mengingat apa yang terjadi saat kecelakaan 1 tahun lalu.
"Stop bicara omong kosong, lo ga pernah ketemu sama adik gua."
"Kalau gua bilang pernah, gimana?"
"Adik lo sangat feminim dan lugu. Sayangnya, secepat ini adik lo pergi. Padahal gua cukup tertarik dengan dia."
Sontak gua melototkan mata tidak percaya.
"Aldo?!"
Gua langsung meletakkan buku kecil ke dalam laci tata rias dan beranjak keluar dari rumah.
Kantor
"Baru aja tadi kita ketemu, sekarang udah kangen aja sampai niat nyusul gua ke sini."
"Gua mau bicarain misi yang tadi kita bahas."
Suci tidak lagi nyengir dan menatap serius ke arah gua.
"Aldo. Gua yakin dia ada hubungannya dengan kematian adik gua."
Suci tampak merenung.
"Beberapa belakangan ini dia sering temui gua dan bicara ngelantur, Ci. Mulai dari dia yang bicara omong kosong tentang hubungan kami yang udah berakhir, kecelakaan gua 1 tahun yang lalu, dan kematian Nara. Padahal yang gua tau, dia ga pernah sama sekali bertemu langsung dengan Nara dan gua ga pernah ngajak dia ketemuan sama saudara kembar gua itu."
"Oke, tenang. Gua masih belum ngerti kenapa lo bisa mutusin pelakunya secepat ini."
"Dia kenal adik gua dan katanya pernah ketemu. Bahkan dia tau sifat adik gua seperti apa."
"Dia bilang apa?"
"Lo ingat pas dia nyamperin gua saat kita lagi makan di kedai biasa?"
Suci mengangguk ragu. "Jadi?"
Gua langsung menceritakan kejadian saat Aldo membahas tentang Nara ke hadapan Suci.
Suci tampak kaget dan menutup mulut tidak percaya. "Dia bilang gitu? Wah, gila ya tuh anak. Mau cari apa dia sampai ngedeketin adik lo juga."
"Gua harus cari tau tentang ini."
Gua langsung beranjak meninggalkan Suci sendirian di meja kantin.
"Eh, Nay. Kabarin Gibran dulu...!" Teriak Suci yang masih terjangkau oleh pendengaran gua.
Gua keluar dari kantor tempat kerja Suci dan mencari taxi yang lewat.
"Pak, taxi!"
Gua langsung masuk ke dalam taxi dan menghidupkan layar ponsel.
Unknown
Gua men-tap nomor yang tidak dikenal dan menyimpannya dengan nama Aldo.
Aldo
Gua mau ketemu.
Gua sharelock sekarang.
√√Tumben banget
lo yang ngajak
duluan ketemu?Ada apa nih?
📍Lokasi
√√Setelah taxi berhenti di tempat tujuan, gua langsung berlari memasuki area taman.
Tidak sampai lima menit, Aldo datang dengan nyengiran khasnya.
"Lo gagal moveon, ya?"
"Lo kenal adik gua darimana?"
"Waduh, udah diserbu pertanyaan aja nih gua. Duduk dulu kali ya, gerah habis lari."
Ingin rasanya gua menonjok wajah jeleknya Aldo, tapi segera gua tahan agar bisa mendapatkan jawaban darinya.
"Kenapa bengong? Ikut duduk."
Gua menuruti ucapan Aldo dan duduk di sebelahnya.
"Jawab cepat!"
"Santai, gua mau menikmati udara di sini dulu."
Gua menghela napas dalam-dalam.
"Lo ingat ga pertama kali kita kencan?Sejak pertama kali gua merasakan debaran di dada gua."
"Gua memberanikan diri untuk nembak lo dan ditolak. Tapi semangat gua ga berhenti sampai di situ. Gua berusaha menarik perhatian dengan masuk ke dalam club basket agar lo selalu memusatkan perhatian lo ke gua."
"Saat itu lo beri gua satu persyaratan. Jika gua menang dalam pertandingan basket antar sekolah, lo bersedia jadi pacar gua."
"Akhirnya gua berhasil memiliki lo. Gua..."
"...stop. Gua ga mau dengar tentang kisah dramatis lo itu. Gua cuma butuh lo jawab dimana lo kenal adik gua?"
Aldo menatap ke arah lain dan berdecih, "Lo ga pernah mau ngertiin perasaan gua atau apa?"
Gua beranjak dari duduk dan melipatkan kedua tangan ke depan dada. "Gua cuma butuh kepastian, bukan omong kosong lo!"
Sontak Aldo beranjak dari duduknya dan mendorong bahu gua ke belakang dengan sangat keras. "Gua dipermalukan oleh seantero sekolah karena lo, bangsat!!"
Gua tersenyum miring. "Memangnya lo sadar apa yang udah lo perbuat?"
Aldo menatap gua dengan tajam.
"Gua ngelakuin semua itu karena apa? lo pikir aja deh sendiri. Gua malas ngungkit masa lalu yang ga ada habisnya."
Aldo memegang kedua bahu gua dan mencengkramnya kuat. "Lo adalah wanita yang gua sukai dengan sepenuh hati dan akan menjadi wanita yang gua benci mulai detik ini."
Setelah mengucapkan hal itu, Aldo hendak meninggalkan gua di sana.
"Kita udah lama putus, tapi kenapa lo datang bawa cincin?"
Aldo berbalik badan, "Lo sama sekali ga ingat?"
"Ingat apa?"
Aldo meninggalkan gua begitu saja menimbulkan tanda tanya bagi gua.
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡