Lima bulan berlalu...
Selama lima bulan ini gua udah ga ngerasain sakit kepala yang begitu hebat.
Nara juga udah ga memberikan petunjuk apa-apa lagi di mimpi gua.
Seketika gua merasakan hidup normal seperti dulu. Tentunya karena Rey yang memberikan dampak positif buat gua.
Rey begitu peduli dan perhatian kepada gua, sampai gua benar-benar harus hati-hati kalau melakukan sesuatu.
Gua takut banget perasaan yang udah gua yakinin 'jatuh cinta' ini, akan berdampak lain.
Mungkin ya cuma kebagian jatuhnya aja, cintanya nyusul ntah kapan.
Tapi kayaknya Rey juga sesayang itu sama gua. Gua bisa pastikan dia juga jatuh cinta sama gua.
"Mikirin apa, hm?"
Gua mendongak ke atas. Rey sudah berada di belakang gua.
"Bukan apa-apa."
Rey melingkarkan tangannya ke perut gua dan mengusap pelan perut gua yang udah membuncit.
"Sehat-sehat ya nak di dalam sana."
Gua tersenyum mendengarnya. Rey benar-benar meratukan gua sebagai istrinya.
Dulu-dulu dia kemana aja? Atau karena masih syok setelah tau dia harus nikahin gua, bukan kesayangannya yaitu kembaran gua.
"Mama nanyain kamu."
Ya, kami udah mengubah panggilan kami menjadi 'aku, kamu'
"Ngapain lagi dia?"
"Katanya kenapa panggilan dari dk. Nando diabaikan. Terus kamu juga udah ga ada lagi nemuin dia di rumah sakit."
"Dih, penting banget tuh orang."
"Ga boleh gitu. Kamu ga mau sembuh, apa?"
Gua menggeleng pelan, "Aku udah nyaman seperti ini. Dengan adanya kamu dan anak kita, kesehatan aku akan baik-baik aja."
"Ya udah, kalau gitu aku siap-siap kerja dulu ya. Kamu hati-hati di rumah."
Rey mengecup singkat pucuk rambut gua.
"Nanti mau dibawain makan siang, ga?"
"Jangan kamu, suruh supir aja yang ngantarin."
Oh iya, gua sampai lupa sekarang kami ada supir pribadi.
"Kamu siap-siap gih, aku mau bantu mpok Sari nyiapin sarapan dulu."
"Jangan kecapean ya, pelan-pelan aja kalau mau ngelakuin sesuatu. Ingat! Ga boleh keluar rumah tanpa seizin aku, okay?"
Gua berdehem singkat, "Hm."
Setelah selesai sarapan bersama, Rey pamit sama gua untuk berangkat kerja.
"Non mau mpok siapin apa?"
Gua meregangkan otot tangan dan kaki gua saat duduk di sofa ruang tengah. Sesekali gua mengusap lembut perut yang membuncit.
"Boleh ambilkan buku kecil saya yang ada di meja tata rias ga, mpok?"
"Boleh non, sebentar mpok ambilkan dulu."
Acara Televisi
"Kurang ajar! Jadi selama ini kamu selingkuh di belakang aku?!"
"B-bukan gitu mas, ini cuma salah paham. Aku sama dia..."
"CUKUP!! Aku udah ga mau dengarin apapun dari kamu. Mulai saat ini, kamu aku tal... Huhhh, dadakuu...." Pria itu memegangi dadanya.
"M-mas, kamu kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡