Bagian 17

26 15 0
                                    

"Ini pak semua berkas-berkasnya. Sekarang apa saya sudah boleh pulang?"

Zidan mengecek satu persatu berkas yang sudah Suci berikan.

"Revisi."

"Lagi?"

Zidan menatap ke arah Suci.

"Baik, pak."

Suci terpaksa kembali ke meja kerjanya dan merevisi berkas-berkas tersebut.

Hampir setengah jam Suci merevisi berkas, ia kembali memasuki ruangan bosnya.

"Ini, pak. Sudah saya revisi semuanya."

"Masih belum lengkap, revisi."

Sontak Suci melongo di tempat. "Apalagi yang mau direvisi, pak?"

"Kamu tanyakan saja ke resepsionis, mungkin mereka tau jawabannya."

Suci menelan salivanya, "Maksud saya, apa bapak tidak bisa memberikan tanda di bagian yang harus saya revisi? Biar saya tidak mengulang terus-terusan seperti ini."

Zidan menggeleng, "Itu tugas kamu."

Ingin rasanya Suci melempar bosnya itu dengan berkas tersebut. Namun, ia sadar jika hal itu dilakukan, maka karirnya akan terancam.

"Baik, pak. Saya lakukan dan mungkin ini akan menjadi yang terakhir kalinya."

"Apa?"

"Oh, ga ada apa-apa pak. Saya permisi dulu."

Suci menahan kesal dan membanting berkas-berkas tersebut ke atas mejanya.

Zidan melihat reaksi Suci dari balik kaca ruangannya. Seketika senyuman terbit dari bibirnya.

Suci menyelesaikan semua berkas hampir 2 jam lamanya, karena bosnya meminta untuk merevisi sebanyak 5 kali.

"Bagaimana, pak?"

Zidan mengangguk, "Ini boleh, silahkan kamu letakkan ke lemari saya."

"Kenapa ga bapak sendiri yang taruh?"

Sontak Zidan menatap dingin ke arah Suci.

"Baik, pak. Saya laksanakan."

Suci membuka lemari yang ada di dekat meja Zidan dan menyerjit bingung. "Ini taruh dimana, pak?"

Zidan selesai memasang jas kerjanya dan melirik sebentar ke arah lemarinya. "Bagian atas itu aja."

Suci langsung menurut dan berjinjit untuk sampai ke rak paling atas. "Duh, ga sampai lagi."

Zidan melangkah mendekati Suci dan berdiri di belakangnya.

Zidan mengambil semua berkas dari tangan Suci dan meletakkannya ke rak paling atas.

Spontan Suci berbalik dan mendapati dada bidang bosnya. Alhasil, kepalanya saat ini menempel di dada bidang milik Zidan.

"Tumbuh itu ke atas, bukan ke samping."

Setelah mengucapkan hal itu, Zidan meninggalkan Suci sendirian di sana.

"Ingin rasanya gua menendang si kakek rempong ke AMERIKAAA!!!!"

~~~

Gua terbangun dari tidur sore.

Tiba-tiba keadaan ruangan begitu remang-remang akibat cahaya lilin.

Gua beranjak dan mendekat ke saklar kamar. Namun, lampu tidak bisa menyala.

"Ada apa ya?"

Gua hendak keluar kamar namun bayangan sosok hitam keluar dari kamar mandi.

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang