Bagian 18

26 15 0
                                    

Gua menutup rapat pintu rumah dan berjalan lunglai menuju kamar.

Gua tidak melihat keberadaan Rey di dalam kamar.

Gua berjalan menuju balkon dan merenung di sana.

"Lo jauh beda dengan Kinara."

"Adik lo sangat feminim dan lugu. Sayangnya, secepat ini adik lo pergi."

Gua memukul-mukul pembatas balkon dan memegangi kepala gua.

"Kenapa gua ga bisa ingat tentang kejadian kecelakaan waktu itu."

Gua kembali memukul-mukul pembatas balkon dan menghela napas dalam-dalam.

~

Pagi-pagi buta Rey pamit kerja dan tidak mengusik sarapan yang sudah gua buat.

Gua langsung menelpon Suci untuk datang menemani gua sarapan, namun panggilan gua tidak dijawab.

Alhasil, gua sarapan sendiri.

Setelah sarapan, gua kembali ke dalam kamar dan mengeluarkan semua obat-obatan yang diberikan dk. Nando.

"Obat yang kamu konsumsi ini bukanlah obat pereda ingatan, melainkan obat biasa yang tidak ada sangkutpautnya dengan penyakit kamu ini."

Seketika gua teringat akan ucapan dk. Doni mengenai obat-obatan yang selama ini gua minum.

Gua langsung mengambil secarik kertas resep obat baru yang diberikan dk. Nando kemarin dan meremasnya.

Gua beralih membaca secarik kertas dari dk. Doni.

Hal yang dilakukan:
1. Rutin minum air putih
2. Konsultasi ingatan 1× seminggu
3. Mencatat ingatan yang sudah pulih

Hal yang dihindari:
1. Memaksa ingatan kembali
2. Mengonsumsi obat lain
3. Begadang
4. Banyak pikiran

Gua menghela napas, "Gua coba dari no 3 dulu deh."

Gua langsung mengambil buku kecil yang ada di laci nakas.

Ingatan
- Bar
- Suara musik dan dentuman gelas
- Lampu-lampu malam
- Terdorong ke jalanan

Drttt...

📞 Papa is calling...

"Naya! Kamu bicara apa sama mama?"

"Mas, udah. Naya ga salah."

"Dia ga bisa dibiarin gitu aja, ma. Perlu kita ajarkan yang baik biar dia bisa berubah."

"Ada apa pa?"

"Jaga omongan kamu! Dia itu mama kamu, jangan bicara kasar apalagi membantah ucapannya."

Gua menghela napas, Sinta ngadu apalagi ke papa.

"Memang begitu kenyataannya, pa. Dia juga bicara ngelantur di depan Naya."

"NAYAA!!!"

"Mas, udah. Kasihan anak kamu."

"Kamu coba contoh adik kamu cara menghargai orang yang lebih tua. Apa seperti ini didikan kamu selama di Bali?"

"Maksud papa?"

"Nara tidak pernah sekalipun membantah ucapan papa dan mama. Tapi kamu? Sifat kamu berbanding terbalik dengan saudara kembar kamu itu."

"Naya ga ngerti mau papa."

"Papa juga ga ngerti sama sikap kamu. Sekali lagi papa ingatkan sama kamu, bicara lebih sopan ke mama. Paham!"

Tut.

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang