Saat gua hendak menutup pintu rumah, tiba-tiba Juan datang.
"Juan? Lo ngapain ke sini."
"Rey mana?"
"Lah, emangnya lo ga berpapasan sama dia?"
Juan menggeleng.
"Baru aja dia pergi kerja. Ada urusan apa?"
Juan menyerahkan sebuah kado ke hadapan gua.
"Ini apa?"
"Jaket Nara."
"Kok ada sama lo?"
"Rey nyuruh gua pegang dulu. Jadi setelah hampir 1 tahun lebih lamanya, gua mau kasih jaket ini ke Rey."
"Lo sedekat apa sama adik gua?"
Juan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eum, kayaknya ga enak banget kita ngobrol di depan pintu seperti ini. Apa boleh kita ketemuan di luar aja?"
Gua mengangguk ragu, "Okay."
Taman Kota
Juan membawa gulali dan memberikannya ke gua.
"Lo jangan dengerin ucapan Vio waktu itu, ya."
"Dia siapa lo?"
"Teman sma. Dari sma dia ngejar-ngejar gua, padahal udah gua tolak berkali-kali tetap aja dia ga berhenti buat dekatin gua."
"Cinta mati banget kayaknya dia sama lo."
"Jangan deh, gua ga tega nolaknya. Udah semua cara gua lakuin tapi dia tetap kekeh dekatin gua."
Gua tergelak, "Parah banget ya kalau ada tipe kayak dia yang suka sama kita."
Juan terkekeh sambil mengangguk. "Bener banget."
"Oh iya, masalah jaket tadi gimana?"
"Sebenarnya gua dengan Nara teman dekat. Mungkin karena kami teman sma dan sering ketemu pas ngumpul bareng Rey, kami berdua jadi sering ngobrol dan terbuka satu sama lain."
"Menurut lo Nara itu orangnya seperti apa?" Tanya gua heran.
"Nara anaknya baik, murah senyum, dan lucu. Coba aja lo tanya sama yang lain, pasti responnya juga sama kayak gua."
"Banyak juga ya temannya di sini."
"Semua teman-teman Rey, juga temannya Nara. Jadi kami saling melindungi satu sama lain."
Gua ber oh pelan. "Gua mau nanya sesuatu dong, boleh ga?"
"Boleh."
"Rey punya bar, ya?"
Juan menatap ke arah lain, "Tanya aja langsung ke Rey. Gua ga ada hak untuk menjawabnya."
Gua mengangguk paham.
Obrolan kian berhenti dan Juan lebih dulu memutuskan untuk pamit karena katanya ada urusan mendadak.
Gua memakan gulali yang dibelikan Juan dengan nikmat.
Kapan lagi bisa merasakan gulali di Taman Kota Jakarta yang indah ini.
"Nay, ikut gua sebentar."
Gua mendongak mendapati Aldo yang kini sudah berdiri di hadapan gua.
"Lo stalkingin gua, ya?!"
Aldo langsung menarik tangan gua, membawa gua menuju luar taman.
"Lepas!"
Aldo melepas tangan gua.
"Gua perlu bicara sama lo."
"Apa? Lo mau bicara tentang apa lagi sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡