"Ini berkas kerjasama kenapa belum kamu revisi, Suci."
"Apasih pak, saya lagi sibuk nonton drakor."
"SUCI!"
"Eh, astaga naga." Suci langsung menutup rapat mulutnya.
"Kamu mau main-main sama saya?"
"Hah? M-maaf pak, maaf. Saya kirain tadi saya udah di rumah dan ayah saya manggil."
"Oh, jadi kamu di rumah seperti ini juga?"
Sontak Suci gelagapan dan merapikan semua berkas yang berserakan di atas meja.
"B-bukan gitu pak, m-maksud saya..."
Plak
Zidan melempar berkas yang tadi ia pegang ke atas meja Suci. "Revisi semua kesalahan yang kamu perbuat, paham!"
"Kapan pak?"
Zidan menghela napas sabar. "Saat saya bawa kamu ke KUA."
"Hah? Buat apa pak?"
"Buat jadiin kamu pembantu rumah tangga." Setelah mengucapkan hal itu, Zidan kembali ke mejanya.
"PAK, SAYA IZIN PULANG DULU BOLEH GA?" Teriak Suci.
"Boleh aja. Asal kamu mau tidur sama saya malam ini!"
"WHAT?!"
Zidan kembali ke meja Suci dan menoel pelan hidung kecil Suci. "Pikiran kamu itu harus dijernihkan dengan segala doa. Kamu mau lembur? Kalau kamu pulang sekarang, siap-siap tidak ada kata balik pulang setelah itu."
Suci semakin tidak mengerti akan ucapan Zidan. "Gila kali ni orang." Gumamnya pelan.
"Saya masih mendengarnya, Suci."
"Terus?"
Zidan langsung meletakkan kedua tangannya di meja Suci, lalu mendekatkan wajahnya ke hadapan Suci.
"B-bapak m-mau ng-ngapain?"
"Kenapa, hm? Kamu takut?"
Suci menahan napas agar aroma bosnya itu tidak tercium di indera penciumannya. Eum, mungkin lebih tepatnya saat ini ia sedang gugup dan salah tingkah.
Drttt.
Dengan cepat Suci memalingkan wajahnya yang sedikit lagi sudah menempel dengan wajah Zidan.
"APAAA!!!" Suci beranjak dari duduknya.
"Kamu kenapa?" Heran Zidan.
"Pak, ini gawattt!!! Teman saya ga mau sadarkan diri dari sore tadi."
"Terus urusannya dengan tugas kamu sekarang ini apa, Suci?"
"Jangan banyak omong, pak. Temanin saya dulu pak."
Tanpa dosa Suci sudah menarik pergelangan tangan Zidan untuk mengikuti langkahnya sampai ke parkiran.
"Kamu mau bawa saya kemana?"
"Ke perumahan teman saya cepat, pak. Ini kondisi gawat darurat!!!"
"Huhh, ada-ada aja kamu." Terpaksa Zidan menuruti Suci.
Rumah Naya
Author Off
Gua melihat ke sekeliling kamar dan sempat merasakan kecupan hangat di kening.
"Apa itu tadi?"
Gua langsung beranjak dari ranjang dan berdiri di balkon kamar.
"Huhhh, ternyata ucapan Nara benar. Gua harus mulai bertahap untuk mengingat secara rinci kejadian di malam itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡