Author POV
"Kenapa, pak?"
"Pijitin kaki saya."
"Hah?"
Zidan menghela napas. "Apa masih kurang jelas ucapan saya tadi?"
"Eum, jelas pak. Saya kira ada urusan penting sampai bapak hubungin saya di jam makan."
"Oh, jadi kamu ga ikhlas nemuin saya?"
Suci menggeleng lirih, "Huh, mau jujur tapi takut dilempar keluar kantor."
"Ya udah, tunggu apa lagi?"
"Eh, iya pak. Anu, itunya..."
Zidan masih stay rebahan di sofa panjang yang ada di ruangannya.
"Apa?"
"Saya duduk dimana?"
"Itu saja masih suka kebingungan. Duduk di pangkuan saya."
"H-hah? M-maksudnya, pak?"
"Saya rasa kamu perlu cek ke dokter, apakah ada yang salah dengan pendengaran kamu atau kamu hanya pura-pura budek biar saya perhatian ke kamu."
"Dih, pede abis ni kakek rempong."
"Terus aja ngatain saya kakek rempong. Kamu nanti yang saya jadikan nenek rempongnya."
"Hah? Kok bapak bisa tau apa yang saya ucapin dalam hati? Terus maksud bapak tadi apa?"
"Berisik, Suci! Saya capek, mau istirahat."
"Ya udah, kalau capek tidur aja pak. Ngapain minta saya pijitin segala."
Sontak Zidan beralih duduk dan menarik pergelangan tangan Suci ke depan.
Brukk.
Suci melototkan mata kaget.
Apa-apaan ini? Begitulah pikirnya.
Suci terjatuh di atas badan Zidan, sedangkan Zidan meluruskan posisi tubuhnya ke sofa panjang tersebut.
"P-pak..."
"Temanin saya tidur kalau gitu." Zidan mulai memejamkan matanya.
"S-saya ga mau pak." Cicit Suci pelan.
Zidan tersenyum dalam hati. Entah kenapa baginya tingkah Suci sangat menggemaskan.
"Ga mau apa, hm?"
"Anu."
"Kalau ngomong yang jelas." Bisik Zidan tepat di wajah Suci.
"Saya lebih milih pijitin bapak aja daripada harus kayak gini."
"Ya udah, ga jadi kaki. Sekarang pijit kepala saya."
Suci masih stay meletakkan kedua tangannya di depan dada. Ia sangat takut jika 'boba' nya mengenai dada bidang milik bosnya itu.
"Masih ga mau?"
"M-maaf, pak."
"Kenapa minta maaf? kamu ga ada salah apa-apa sama saya."
"Bisa lepasin saya, pak? Saya ga bisa napas."
"Mau saya bantu?"
"H-ah? b-bantu apa, pak?"
Zidan hendak mendekatkan bibirnya ke bibir Suci. Namun dengan cepat Suci menutup bibirnya.
"Jangan pak!"
Ceklek
"Sial! Kenapa ada yang datang." Gumam Zidan dalam hati.
Dengan secepat kilat Zidan menaikkan badannya untuk mengambil selimut yang ada di meja dekat sofa dan menutup seluruh badannya sampai ke dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡