"Aden... Aden kenapa?"
Rey membuang asal tas kerjanya dan tersungkur ke bawah.
"Mpok bantu berdiri ya den."
"Ga-gausahh! Gua bisa... Hahahaa, bi-bisa."
Mpok Sari mengambil tas kerja Rey dan berlari menuju lantai atas.
Tok tok
"Non, aden sudah pulang."
Gua membuka pintu kamar dan melihat wajah panik dari mpok Sari. "Ada apa mpok?"
"Itu non. A-aden mabok berat."
Gua langsung menuruni anak buah tangga dengan cepat dan membantu Rey berdiri.
"H-hahh! Lo ternyata ad-a di sinih."
Gua langsung membopong Rey ke dalam kamar.
"Duh, berat banget."
Gua meletakkan Rey ke atas ranjang dan merapikan posisi kakinya yang masih bergelantungan ke tepi ranjang.
"Lo kenapa sampai mabuk gini?"
"Hustt! Gua kangen sama lo." Rey langsung menarik tangan gua ke dalam dekapannya.
Alhasil, gua terjatuh ke atas badan Rey.
"G-u, gua ga bisa hidup ta-tanpa lo."
Setelah mengucapkan hal itu, gua hanya mendengar deruan napas panjang.
Seketika jantung gua bergejolak, kepala gua perlahan berdenyut.
Secepatnya gua beranjak dari atas badan Rey dan menyelimutinya dengan selimut panjang.
Pagi hari
Gua terbangun pagi-pagi buta dan langsung berkutat di dapur.
Gua membawa sup hangat dan bubur putih ke lantai atas.
Jam masih menunjukkan pukul 06.10
Gua membuka tirai kamar dan menyisakan sebagian untuk ditutup agar tidak menyilaukan pandangan Rey.
"Rey..."
Gua meletakkan nampan makanan ke atas nakas.
"Rey, gua udah buatin sup untuk penyegar."
Gua memegangi pergelangan tangan Rey dan menggoyangkannya pelan. "Rey."
Gua merasakan hangat di seluruh tubuhnya. "Panas."
Gua beralih mengecek kepalanya, benar saja. Suhu badan Rey panas.
Gua turun ke bawah dan mengisi air hangat di mangkuk kecil.
"Mpok ada kain kecil buat kompresan ga?"
Mpok Sari menyerahkan kain kecil bersih dari dalam lemari dapur. "Pakai ini aja, non."
Gua langsung melangkah cepat menuju kamar dan mengompres kain hangat tersebut untuk diletakkan ke kening Rey.
"Semoga cepat mereda."
Tak henti gua berdoa dalam hati, agar Rey segera sadarkan diri dan panasnya turun.
Gua merapikan rambut Rey yang berantakan dan menatapnya lebih dekat.
Gua menatap wajah Rey dalam diam.
Drttt.
Mendadak ponsel yang ada di saku celana Rey berbunyi.
Gua langsung mengeluarkan ponsel tersebut dan tanpa disengaja layar ponsel menyala dengan sendirinya.
Pengingat
Hari jadian kitaSontak gua menjatuhkan ponsel Rey ke tepi ranjang.
"Eummm." Rey menggeliat dalam tidurnya.
Perlahan kedua matanya terbuka dan menatap gua dengan dingin.
"Jam?"
Gua tertegun dan memberikan ponsel tadi ke pemiliknya.
Rey mengecek jam dari ponselnya dan melirik gua sejenak.
"Minggir!"
Gua langsung berdiri dan memberikan ruang untuk Rey turun dari ranjang.
"Lo baik-baik aja 'kan?"
Rey mencoba menopang ke dinding, namun tangannya tak sampai.
Dengan cepat gua memeganginya.
"Minum sup dulu, biar lo lebih mendingan."
Rey mendorong tubuh gua ke belakang. "Jangan sentuh gua."
Gua menunduk seketika, tidak sepantasnya Rey berbicara seperti itu kepada istrinya sendiri.
"Lo belum sepenuhnya sadar. Lebih baik lo minum sup dulu, biar tubuh lo lebih segar."
Rey diam tidak merespon.
"Kalau lo maksa tetap mandi, lo bisa jatuh tiba-tiba." Gua kembali mendekati Rey dan memegangi pergelangan tangannya.
"STOP!!"
Sontak gua terkejut.
Rey berbalik badan dan menatap tajam ke arah gua.
"Gausah sok baik di depan gua, lo bukan Nara!!"
"Lo dengan dia beda jauh! Camkan itu!"
Setelah mengucapkan hal itu, Rey langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menutup kuat pintu kamar.
Gua terduduk di tempat.
Gua ga pernah menyangka bahwa Rey akan mengatakan hal ini di depan gua.
~~~
"Proker baru yang pernah dibahas, silahkan kamu letakkan berkasnya sekarang juga di meja saya."
"Baik, pak."
"File jurnal untuk lusa, kamu percepat menjadi hari ini. Saya tunggu sore nanti."
"Maksudnya, pak?"
"Masih kurang jelas?"
"Jelas pak. Tapi sore nanti akan ada meeting penting bareng klien, jadi saya harus membuat notulen rapat sore ini pak."
"Lalu?"
"Sebelumnya maaf pak. Sepertinya tidak terkejar jika deadline file jurnal diselesaikan sore nanti."
"Itu urusan kamu, yang saya mau semua permintaan saya tadi sudah ada sama saya nanti malam. Apa kamu mau lembur?"
Suci dengan cepat menggeleng, "Tidak pak."
"Jauhkanlah hamba dari lembur ya Tuhan."
"Apa?"
"Bukan apa-apa pak."
"Kembali bekerja!"
Suci mengangguk singkat, "Baik pak, saya usahakan hari ini semua tugas selesai dengan cepat."
Suci kembali ke meja kerjanya dengan ekspresi masam.
Brakkk.
"Gila kali ya, mentang-mentang gua sekretarisnya, seenak hati merintahin gua."
Suci mengacak-acak rambutnya kesal dan menidurkan kepalanya ke atas meja. "AISHH, BOS SIAPA SIH ITU!!!"
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡