Bagian 8

44 16 6
                                    

"Kalau datang bilang-bilang dong, bro. Biar kami bisa nyambut lo dengan karpet merah."

"Kebetulan hari ini gua senggang, jadi bisa nyusul kalian ke sini."

Gua membuka mata perlahan dan menatap ke sekeliling kamar.

"Nona manis sudah sadar, Rey!!" Teriak Farhan.

Semua teman-teman Rey sudah berada di dalam kamar gua dan menatap gua saat ini.

Rey datang membawa segelas air.

"Semuanya keluar!"

Teman-teman Rey langsung bergegas keluar saat mendengar perintah.

"Minum."

Gua menurut dan mengambil gelas air yang Rey corongkan ke gua.

"Mana obat lo?"

Gua menunjuk ke arah lemari.

Rey membuka lemari tersebut dan melemparkan kantung kresek ke ranjang. "Minum obat lo. Kalau lo nyusahin kayak gini lagi bakal gua tinggalin lo sendirian di sini."

Gua segera meminum obat dan merebahkan diri untuk kembali istirahat.

"Bini lo?"

Rey menutup rapat pintu kamar. "Yuk kita nge-game bareng."

Rey dan Ryan berjalan beriringan menuruni anak buah tangga.

Tengah malam

Gua terbangun dan merasa tenggorokan begitu kering.

Gua mencoba ke lantai bawah dan melihat teman-teman Rey sudah pada tidur dengan nyenyak.

Gua meneguk habis segelas air dan merasakan hamparan angin dari arah dapur.

"Kenapa pintunya kebuka, ya?"

Gua hendak menutup pintu dapur, namun tiba-tiba tatapan gua berhenti di awan.

"Indah banget."

Gua keluar villa dari pintu dapur dan duduk di kursi yang ada di dekat pohon rindang samping villa.

"Huhhh...."

Gua menghirup udara malam ini dengan begitu tenang.

Namun, seketika wajah pria yang membayar gelang di taman kota tadi siang, memberikan gua begitu banyak pertanyaan.

Siapakah dia?

Apakah gua mengenalinya?

"Kenapa bengong?"

Sontak gua terperanjat kaget saat pria yang saat ini gua pikirkan sudah duduk di sebelah gua.

"Gimana keadaan lo?"

"Gapapa."

"Dasar cewek."

Gua menatap ke arah pria tersebut.

"Lo cewek 'kan? Cewek yang kalau ditanya jawabannya gapapa dan terserah."

Gua kembali menatap bintang yang ada di langit-langit malam.

"Lo punya penyakit asma atau apa gitu?"

"Ga ada."

"Kenapa pas gua samperin lo pingsan."

Gua mengibas-ngibaskan tangan gua di depan hidung.

"Sorry, bau banget ya?"

Gua menatap ke arah tangan kiri pria tersebut.

"Niatnya gua mau ngerokok lebih lama, tapi karena ada lo gua tunda lain waktu."

Pria tersebut mematikan putung rokoknya dan ikut memandangi bintang.

"Lo temannya Rey?"

"Yoi, kami ber-delapan udah temanan lama sama suami lo."

"Uang lo gua ganti secepatnya."

"Gausah, gua ikhlas kok."

"Gua ga suka nerima barang atau jasa dari orang lain gitu aja."

Pria itu mengangguk-angguk, "Okay, lo bisa ganti dengan hal lain."

Gua menatap ke arah pria tersebut.

"Besok buatin gua sarapan nasi goreng dengan telur setengah mateng."

Gua berdehem pelan.

"Eh kita belum saling kenalan. Nama gua Ryan, lo?"

"Naya."

"Kinaya?"

Sontak gua menoleh penuh ke arah Ryan.

"Teman sd gua ada juga yang namanya Naya, jadi kemungkinan depannya pakai Ki, ya?"

Gua mengangguk singkat.

"Lo tampak familiar." Lirih Ryan pelan.

"Ha?"

"Ga ada, gua masuk dulu ya. Lo jangan kelamaan di luar, ntar masuk angin."

Gua menatap kepergian Ryan dengan heran.

~

Ryan tersenyum menatap gua dan lebih dulu duduk di meja makan.

"Yang lain kemana?"

"Masih siap-siap. Sebelum mereka datang, gimana kalau lo makan kuning telur ini."

Gua menyerjit, "Maksudnya?"

"Gua kurang suka sama bagian tengah telur. Apa lo juga ga suka?"

"Gua? Suka."

Ryan mencorongkan piring nasi gorengnya ke hadapan gua. "Silahkan duduk. Kita makan sama-sama."

"Handuk gua mana Farhan?"

Sontak tatapan gua dan Ryan teralihkan ke arah salah satu kamar yang berada tak jauh dari dapur.

"Tunggu apalagi? Buruan dimakan."

Gua mengambil sendok baru dan memisahkan putih telur dan kuning telur.

"Makan aja, tapi tinggalin putih telurnya buat gua ya."

Gua mengangguk singkat.

Setelah gua mengunyah kuning telur yang setengah matang, gua mengembalikan piring tersebut ke hadapan Ryan.

"Wih, masak sarapan apa sekarang nona manis?"

Gua beranjak dari kursi dan menatap ke arah segerombolan teman-teman Rey yang datang ke meja makan.

"Nona, besok 'kan kita sudah mau pulang. Bagaimana kalau kita selfie berdua?"

"Ekhem!"

Farhan langsung tertegun dan menyanduk nasi goreng dengan cepat.

"Segera sarapan dan temui gua di luar."

Setelah mengucapkan hal itu, Rey keluar villa tanpa sarapan.

Teman-teman Rey yang lain langsung menikmati sarapan yang gua buat dengan tenang.

"Mampus lo Farhan, bakal dicincang bos."

"Ayo, gua ga ikutan ya."

Farhan melahap makanannya dengan cepat sampai tersedak.

"Uhuk-uhuk."

"Baca doa dulu sebelum makan, bro. Gua duluan ya." Ryan melambaikan tangan ke semua teman-temannya.

"Mau kemana bro?"

"Nyusul Rey." Teriak Ryan yang sudah tidak terlihat di dalam villa.

• • •

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang