Setelah sampai rumah, gua langsung melangkah cepat menuju gudang.
Gua membuka koper biru gelap yang masih ada di dalam gudang dan mengeluarkan semua isinya.
Gua mengecek satu persatu bingkai yang ada di dalam koper tersebut, namun juga tidak menemukan barang yang gua cari.
"Masih di gudang 'kan, mpok?"
"Iya, den. Belum ada mpok beresin."
Gua mendengar langkah kaki mendekat ke arah gudang.
Dengan cepat gua membereskan kembali semua isi ke dalam koper dan menyusunnya seperti sedia kala.
Bruk
Tatapan gua berhenti pada sebuah bingkai yang terjatuh dari pegangan gua.
Ceklek
"Kalau tau begitu, mungkin besok tidak usah mpok letakkan di gudang, den."
"Gapapa, mpok. Saya lupa ngabarin ke mpok."
Rey langsung mengambil koper biru gelap tersebut dan membawanya keluar gudang.
Gua menahan napas dari balik tirai gudang.
Setelah dirasa keberadaan Rey dan mpok Sari sudah tidak ada di gudang, gua memutuskan untuk segera keluar juga dari gudang tersebut.
~~~
"Suci, berkas..."
"...Ini, pak. Sudah selesai semua."
Zidan menatap sejenak ke arah Suci lalu mengecek satu persatu berkas yang sudah Suci serahkan ke tangannya.
"Meeting hari ini..."
"...Sudah dihubungi, pak. Semua klien bersedia hadir tanpa halangan apapun."
Zidan mengangguk singkat. Ia langsung kembali ke dalam ruangannya, namun tiba-tiba kembali lagi ke meja Suci.
"Besok akan ada..."
"...Saya sudah tau, pak. Besok notulen perusahaan akan saya kirimkan ke klien baru kita."
Zidan menghela napas. "Kerja bagus."
Suci tersenyum senang. "Terima kasih, pak."
"Buat klien!"
Sontak Suci menatap penuh ke arah Zidan. "Maksudnya, pak?"
"Kerja bagus buat klien yang mau bergabung ke perusahaan ini."
Setelah mengucapkan hal itu, Zidan kembali ke dalam ruangannya.
Suci mengelus-elus dadanya menahan sabar. "Untung masih di dalam kantor, kalau di luar udah gua bejek-bejek si kakek rempong sampai penyok!"
"Kalau mau ngomong, langsung ke hadapan saya."
Seketika Suci berpura-pura menyibukkan diri dengan membuka lembaran-lembaran berkas. "Si kakek cenayang kali ya. Tau banget apa yang gua lakukan."
Suci melirik ke arah ruangan bosnya dan memejamkan mata perlahan. "Uh, syukurlah dia ga natap gua lagi. Mana tajem banget matanya."
Caffe
"Sorry guys, gua telat."
Gua menatap kedatangan Suci dengan senyuman.
"Oke, kita udah lengkap. Coba lihat ini."
Gua menunjukkan sebuah foto ke hadapan Suci dan Gibran.
"Ini teka-teki yang waktu itu lo ceritain, Zid?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡