Bagian 19

26 14 1
                                    

"Apa?!"

Gua langsung membawa Suci duduk.

"Lo anuan tadi malam?!"

Gua menghela napas, beginilah kalau cerita dengan Suci.

"Suara lo kecilin, Ci."

"Gua kaget banget, wah. Ada angin apaan suami lo berlagak gitu."

Gua langsung memegangi kepala. "Gua juga gatau, kayaknya dia mabuk berat tadi malam."

"Biasanya kalau dalam keadaan ga sadar, dia ga akan mau tanggungjawab."

"Maksud lo?"

"Gini loh, semisal kalian melakukan tanpa sadar apalagi tidak didasari rasa cinta. Nah, pasti salah satu dari pihak memberikan pembelaan dengan mengatakan bahwa dia ga pernah menyentuh lawan jenisnya. Paham?"

"Gatau deh, gua ga mau ngingat kejadian itu lagi."

"Setelah kalian sama-sama ga sadar, Rey bilang apa?"

"Seperti biasa, cuma diam."

Plak

Suci langsung memukul meja caffe. "Nah, apa gua bilang. Pasti dia cuma jadiin lo pelarian semata."

Gua menggeleng-geleng. "Udah ya, stop bicara yang aneh-aneh. Lagian gua sama Rey udah terikat dalam pernikahan yang sah. Masa ngelakuin hal itu aja harus dipermasalahin."

"Iya juga sih, tapi lo ga ngerasa aneh gitu. Setidaknya salah satu dari kalian bisa menolak tindakan itu."

Gua menatap Suci cukup lama.

~~~

Belakangan ini kepala gua begitu sakit tak tertahankan.

Gua membuka mata dan melihat ke sekeliling tempat.

Gelap dan tidak ada cahaya.

Gua berlari mencari jalan keluar, namun tidak melihat cahaya sedikitpun.

"Rey??"

Gua berputar memandangi segala sudut ruangan dan menitikkan air mata.

"Siapapun tolongin aku... aku takut...!"

"Naya."

Gua berbalik badan saat ada yang memanggil nama gua.

"Aku dibunuh!"

Sontak gua memundurkan langkah agar bisa menjauh dari suara aneh tersebut.

"Jangan pernah mempercayai siapapun di dunia ini."

"Lo siapa?"

"Aku sudah mati, tapi kenangan aku masih hidup!!"

"Nara?"

"Jangan sentuh Rey!!"

Sontak gua terjatuh ke dalam sebuah lobang yang besar.

"Huh, hah, huh, hah, huh..."

Gua langsung meneguk segelas air dan terbangun dengan berpeluh keringat.

"Mimpi apalagi ini?"

Gua langsung memejamkan mata dan meremas rambut gua sangat prustasi.

Malam hari

Gua terdiam cukup lama di balkon.

Pandangan gua kosong, begitupun raga gua.

Gua merasa saat ini bukanlah gua yang dulu.

Gua memukul-mukul pembatas balkon dan terduduk di lantai.

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang